Oleh: Neng Sumiyati
Ini kisah tiga hari yang lalu, mungkin menjadi sendu tersendiri
bagi perempuan asal Pontianak tersebut, dia masih menyendiri dalam kegamangan
yang tak henti, seakan dada dipenuhi sesak mendalam, lalu tanpa peduli dan
masih dalam kebingungan diri, tiba-tiba hati ingin membuka kenangan sebuah
album foto yang pada bulan November tahun 2018 lalu pernah menjadi salah satu
kepingan cerita istimewanya, ya pengaturan arsip aplikasi Instagram
menyimpannya, hingga pada hari yang sendu itupun dia kembali membuka kenangan
lamanya.
Tuturnya kala itu masih tidak meyangka bahwa sosok yang begitu
istimewa telah tiada, hingga saya bertanya “ siapakah beliau, dan seperti
apakah sosok beliau dalam pandanganmu?”.Tanpa perlu menunggu lama, notifikasi
pesan melalui Instagrampun muncul, ketika membaca pesan yang dia sampaikan
melalui pesan tersebut, seolah-olah sedang berbicara secara langsung kepada
saya dengan wajah sendu, sendu karena kepergian sosok istimewa dalam
pandangannya tersebut.
Pemaparan mengenai sosok beliau melalui pesan tersebut benar-benar
membuat saya turut kalut dalam kesenduan, tiba-tiba kesedihan begitu saja
menghujam naluri ini, walaupun belum pernah bertemu langsung dengan beliau dan
hanya mengetahuinya melalui pesan, namun benar-benar membuat saya
tersentuh.Sebuah pesan sederhana tentang kehidupan yang harus selalu
diperjuangkan, oleh siapapun dan kapanpun.
Perempuan yang sekaligus Mahasiswa Sastra Arab Uin Jogja tersebut
memaparkan, bahwa sosok yang kini telah pergi, merupakan salah satu dosen
sekaligus guru kehidupan terbaiknya.Di umur yang semakin menua serta riwayat
penyakit yang beliau derita, tidak menghalanginya untuk tetap menjalani
kewajibannya sebagai dosen maupun anggota aktif HMI, yang seperti dia tahu
bahwa panggilan “ Abang” selalu melekat pada nama beliau.
Salah satu hal yang paling berkesan dari pemaparannya adalah,
mengenai sikap beliau terhadap Mahasiswanya yang tidak mengikuti mata kuliah
beliau karena sakit, yang beliau lakukan adalah bukan hanya menanyakan keadaan
Mahasiswa tersebut kepada temannya yang berada di ruang kelas, namun juga
beliau mengirimi pesan serta menanyakan langsung kepada Mahasiswa yang sedang sakit tersebut.Sebuah
sikap yang tidak semua orang ingin melakukannya, apalagi terkait dengan riwayat
penyakit yang beliau derita.
Beliau adalah Prof.Taufiq Ahmad Dardiri, seorang dosen mata kuliah
Sejarah Sastra Arab Klasik dan Modern serta Pengantar Sastra, satu minggu
sebelum meninggalkan segalanya, beliau telah berpamitan dahulu kepada
rekan-rekan di HMI dengan kalimat terakhir “ Saya pamit ya”, lalu kepada
perempuan asal Pontianak yang kebetulan teman saya sewaktu kami sama-sama
menimba ilmu di Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining.
Salah satu kenangan terakhir yang teman saya lakukan bersama beliau
adalah ketika keadaan beliau yang sudah sangat tidak mampu untuk mengajar
karena suara yang sudah hilang, lalu tiba-tiba beliau meminta secarik kertas
serta meminjam pulpen lalu menulis dan menanyakan kabar tentang teman saya
serta memberitahu kepadanya tentang keadaan beliau yang sudah kehilangan
suaranya.
Beliau juga meruapakan sosok yang tidak pernah absen masuk kelas,
kecuali saat operasi.Karena menurut beliau, obat atas penyakit yang diderita
selama ini yaitu Mahasiswa beliau sendiri.Sebuah pemaparan tentang sosok yang
luar biasa, bagaimana menjalani kehidupan tanpa perlu menyulitkan orang lain,
walaupun beliau sendiri sebenarnya cukup sulit untuk bisa mengajar ataupun
kegiatannya yang lainnya, bahkan teman saya bilang bahwa dimasa-masa sulit
sebelum akhirnya beliau benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya.Beliau
tetap masuk kelas untuk mengajar Mahasiswa yang beliau selalu perhatikan
tersebut, walaupun hanya mampu untuk menulis satu paragraf tentang mata kuliah
yang beliau ajarkan.
Sebuah tamparan keras bagi kita khususnya, yang merasa bangga
dengan gelar millenial namun masih sangat senang untuk tidak mengindahkan
kewajiban, masih sangat senang dengan namanya bermalas-malasan, mengeluh atas
kewajiban, lantas meluluh lantahkan amarah tanpa aturan, semoga kita bisa terus
bersemangat untuk hidup serta berusaha untuk sebaik mungkin, agar diri bukan
hanya bisa menjadi beban orang lain, namun juga bermanfaat untuk sesama.
0 komentar:
Posting Komentar