Oleh : Neng Sumiyati
Berbicara mengenai kehidupan memang tidak ada habisnya, selalu
banyak paradigma didalamnya, belum lagi terkait dengan pengorbanan, perasaan
atau kegagalan.Namun semua hal tersebut tergantung bagaimana masing-masing
orang menyikapinya, ya bukankah ini salah satu pendapat yang sering kita dengar
mengenai kehidupan.Jika diibaratkan secara sederhana mungkin bisa
dideskripsikan seperti seseorang yang sedang berusaha untuk menerbangkan
layangannya, untuk mencapai itu semuanya tentu dibutuhkan proses yang panjang
yaitu dengan cara setekun mungkin mengulur tali layangan agar tidak mudah
jatuh, seperti itu juga kehidupan tergantung kita memainkan peran didalamnya.
“ Hiduplah sekali, hiduplah yang berarti” sebuah ungkapan yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, ya
salah satu ungkapan dari sosok luar biasa yaitu dari KH.Hasan Abdullah Sahal,
jika kita memaknai kata “ berarti” dalam ungkapan beliau, tentu bisa
menghasilkan beberapa paradigma, tetapi biasanya kita mengartikan kata “
berarti” seperti bermakna, bermanfaat, berfungsi dan lain sebagainya.
Lalu sebenarnya bagaimana agar hidup kita selalu berarti? Hal
tersebut sering saya tanyakan kepada ayah saya sendiri ketika kami bisa duduk
bersama, seperti waktu liburan.Beliau bilang “ hidup yang berarti yaitu
ketika kita memberi tanpa perlu dipuji” lalu saya bertanya kembali,
bagaimana caranya agar kita bisa menjadi orang seperti itu, beliau bilang “
ya, ketika kamu bertemu dengan banyak orang, berbeda karakter, suku dan yang
lainnya, maka kamu akan menemukan itu semua, kuncinya satu ketika seseorang
tidak senang dengan kita, itu tidak apa-apa.Tapi jangan sampai kita sendiri
yang tidak senang dengan dia, hal tersebut tidak boleh terjadi”.
Filosofi tentang kehidupan, saya yakin masing-masing orang memiliki
paradigma tersendiri.Tameng untuk menjalani kehidupan juga begitu, apalagi
mengenai pilihan dalam hidup, itu sangat tergantung sekali dengan masing-masing
dari kita.Apakah memilih menjadi seseorang yang selalu dalam kemewahan, namun
sebenarnya hati tidak tenang, atau menjadi seseorang yang selalu sadar akan
seharusnya menjadi hamba untuk Tuhan, atau menjadi seseorang yang selalu
diliputi kekecewaan, kebencian terhadap harapan yang tidak sampai.
Sekali lagi itu pilihan.Kita hari ini, bukankah rencana dari
manifestasi kita dahulu? Ya sekali lagi hidup itu pilihan.Namun begini,
walaupun hidup itu pilihan bukankah lebih baik kita tidak menyengsarakan orang
lain, tidak menyakiti perasaan orang lain, dan tetap fokus menjalani kehidupan
kita.Seperti sebuah pepatah dari guru kami KH.Mad Roja “ jangan jadi
gerobak, ditarik bergerak, didorong gerak, tapi dibiarin diem aja” sebuah
pepetah yang cocok untuk peranan kita dalam kehidupan.
Karena raga dan apa-apa yang kita rasakan sekarang itu titipan
Tuhan, maka dari itu semuanya kembali lagi kepada diri kita bagaimana kita
memfungsikannya sebagaimana adanya, seperti ungkapan dari Kang Ibing “ ulah
ngeluh keur ripuh, ulah ngaraja keur bagja, ripuh ujian, bagja titipan” semoga kita bisa hidup tanpa harus
memarginalkan orang lain, serta selalu dalam tuntunan-nya.
0 komentar:
Posting Komentar