Oleh Riska Khoirun
1. Biografi
Sosok pemimpin
yang cendekiawan, pemikir, dan humoris adalah sebagian dari sifat presiden ke 4 yakni
KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gusdur, kata
gus adalah panggilan kehormatan kepada anak kiai. Beliau adalah tokoh muslim Indonesia
sekaligus tokoh politik yang menggantikan BJ Habibi sebagaipresidenke 3 RI. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001 tepatnya 23 Juli 2001.
Gusdur adalah putra pertama dari enam bersaudara yakni Abdurrahman
wahid, Aisyah, Salahuddin Al Ayyubi yang sekarang dikenal dengan Salahuddin
Wahid, Umar Al Faruq, Lilik Khadijah dan Muhammad Hasyim.
2.
Pendidikan
Pertama kali Gusdur belajar kepada kakeknya KH Hasyim
Asy’ari saat serumah dengan kakeknya, beliau diajar mengaji dan membaca Al Qur’an,
sehingga diusia lima tahun beliau lancar membaca al-Qur’an. Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar
formal di sekolah, Gus Dur juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru
lesnya bernama Willem Buhl, orang Jerman yang
telah masuk Islam, dan menggantin namanya menjadi Iskandar Buhl
selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa.
Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus
Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik. Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur
memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan
menerima hadiah dari pemerintah. Pengalaman ini menjadikan Gus Dur
mampu menuangkan gagasan/ide-idenya dalam sebuahtulisan, wajar jika saat ini tulisan-tulisan
Gus Dur menghiasai berbagai media massa. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur melanjutkan studinya
di Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama)
Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik
Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Dan disekolah ini pula
Gus Dur pertama kali belajar Bahasa Inggris.
Karena merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren,
akhirnya ia minta pindah kekota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pemimpin lokal
Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan rutinnya,
setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma’shum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP,
dan pada malam hari ia ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota
Muhammadiyah lainnya. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama Gus Dur
melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegarejo Magelang Jawa Tengah.
Pesantren ini diasuh oleh K.H. Chudhari.Beliau yang memperkenalkan Gus Dur
dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktek-praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan
kyai ini pula, Gus Dur mulai mengadakan ziarah kekuburan-kuburan keramat para wali
di Jawa.
Setelah menghabiskan dua tahun di pesantrenTegalrejo, Gus Dur
pindah kembali ke Jombang, dan tinggal di PesantrenTambak Beras.
Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pamannya, K.H.
Abdul Fatah, ia menjadi seorang ustadz, dan menjadi ketua keamanan. Pada usia 22
tahun, Gus Dur berangkatketanahsuci, untukmenunaikanibadah haji, yang
kemudian diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas al-Azhar.
Pertama kali sampai di Mesir,
ia merasa kecewa karena tidak dapat langsung masuk dalam Universitas al-Azhar,
akan tetapi harus masuk semacam sekolah persiapan terebih dahulu. Di
sekolah ia merasa bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya
di Indonesia. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur
seringmengunjungi perpustakaan dan pusat layananin formasi Amerika (USIS) dan
toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.
Terdapat kondisi yang menguntung kansaat Gus Dur berada di
Mesir, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasr, seorangnasionalis yang
dinamis, Kairo menjadi era keemasankaumintelektual.
Kebebasanuntukmengeluarkkanpendapatmendapatperlindungan yang cukup. Pada tahun
1966 Gus Dur pindahkeIrak, sebuah negara modern yang memilikiperadaban Islam
yang cukupmaju.
Di IrakiamasukdalamDepartement of Religion di Universitas
Bagdad sampaitahun 1970. Selama di Baghdad Gus Dur mempunyaipengalamanhidup
yang berbedadengan di Mesir. Di kota seribu satu malam ini Gus Dur
mendapatkan rangsangan intelektual yang tidak di dapatkan di Mesir. Pada waktu yang
sama ia kembali bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat.
Ia kembali menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang ada di
Universitas.
Selepas belajar di Baghdad Gus Dur bermaksud melanjutkan studinya ke Eropa.
Akan tetapi persyaratan yang ketat,
utamanya dalam Bahasa. Untuk masuk dalam kajian klasik di Kohln,
harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin dengan baik di
samping bahasa Jerman tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang
dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi pelajar keliling,
dari satu universitas ke universitas lainnya.
Pada akhirnya ia menetap di Belanda selama enam bulan dan
mendirikan PerkumpulanPelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di
Eropa. Untuk biaya hidup dirantau, dua kali sebulan ia pergi kepelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal
tanker. Gus Dur juga sempat pergike Mc Gill University di
Kanada untuk mempelajari kajian-kajian keislaman secara mendalam.
Namun, akhirnya ia kembali ke Indonesia
setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.
Perjalanan keliling studi Gus Dur berakhir pada tahun 1971, ketika ia kembali ke Jawa
dan mulai memasuki kehidupan barunya, yang
sekaligus sebagai perjalanan awal kariernya.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar