Oleh: Ira Safira Haerullah
Mentari kembali
bersinar seperti biasanya, aroma kopi kembali tercium disetiap sudut rumah,
embun pagi mulai menyapa jiwa dan aku belum beranjak dari kasurku, rasanya
malas sekali untuk beranjak dari tempat ini, ibu memaksaku untuk segera bersiap
- siap.
"Ayoo
din segera mandi, 5 menit
lagi telat loh" kata ibu saat membangunkanku
Perkataan seperti itu yang selalu membuat diriku langsung bergegas
mandi, meskipun nyatanya sekolah masuk jam 6.50 dan ibu selalu membangunkan jam
5.45. Ibu selalu punya cara untuk membangunkanku, sekalipun dengan memalsukan
jam setiap pagi.
Jam dindingku berbunyi menandakan Pukul
06.00, aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Aku tidak perlu tergesa -
gesa karena jarak dari rumah ke sekolah hanya membutuhkan 15 menit itu berarti
aku masih punya waktu untuk sarapan dan memeriksa bukuku kembali.
"Tring tring tring" bunyi bel menandakan masuk ke kelas. Aku
segera berjalan masuk ke kelas dan duduk di samping sahabat ku, Tasya.
" Din,
gimana PR dari bu Zainab sudah dikerjakan blm ? " Tanya tasya padaku
"Sudah dong" jawabku
dengan bangga
Pagi ini adalah jam pelajaran Bahasa
Indonesia oleh bu Zainab
Bu Zainab adalah guru
dengan raut wajah yang selalu tersenyum kepada murid - muridnya , selalu lembut
dalam berbicara, tulus dalam mengajar, bahkan marah di kelasku saja tidak
pernah, beliau memang guru favorite di kelasku, beliau adalah guru yang selalu
memberikan motivasi - motivasi kepada murid - muridnya agar selalu semangat
belajar dan jangan mudah putus asa dalam segala hal jadi tidak heran jika
banyak yang senang diajar beliau.
" Din, udah 30 menit kok bu
Zainab belum datang, padahal bu Zainab selalu tepat waktu. Jangan - jangan bu
Zainab gak masuk sekolah" kata Tasya padaku
" Iya juga sih ya, mungkin lagi ada rapat di Kantor kalo gak macet
di jalan. Tunggu aja, bu Zainab pasti datang kok" aku berusaha meyakinkan
bahwa bu Zainab pasti datang
Tak lama kemudian, seorang bapak paruhbaya
dengan sepatu hitam dan rambut yang tersisir rapi masuk ke kelas, beliau adalah
pak Ahmad kepala sekolahku.
"Assalamualaikum" pak Ahmad memberi salam
"Walaikumsalam" jawab
kami, murid - murid kelas VII A
"Anak - anak, hari ini bu Zainab tidak bisa masuk karena beliau
sedang sakit, jadi untuk hari ini kalian belajar mandiri" kata pak Ahmad
kepada kami
"Yaaah..." Jawab kami dengan rasa kecewa karena guru favorite
kami tidak masuk.
Setelah itu pak Ahmad keluar dari kelas,
dan suasana kelas menjadi hening karena semua pada sibuk membaca, ya kelasku
terkenal dengan "kutu buku" karena rata - rata anak kelasku senang
membaca termasuk aku, karena dulu kami pernah diajarkan oleh bu Zainab pernah
bilang " membaca jendela untuk melihat dunia, maka banyaklah baca, memang
buku tidak langsung membuat kalian pintat tetapi dapat membuar kalian orang
yang berpengetahuan" bu Zainab pernah membawa yg kami ke perpustakaan kota
untuk membaca buku - buku baru disana, bahkan bu Zainab menyuruh kami untuk
menulis kembali apa yang didapatkan dari buku yang kita baca dan 3 tulisan
terbaik akan mendapatkan hadiah dari bu Zainab
" Kan benar kataku ra, bu Zainab gak masuk. Tapi kasihan tau bu
Zainab sakit " kata tasya dengan pelan
" Iya Sya, emang beberapa hari kemarin bu Zainab jarang masuk kata
anak kelas B, kata mereka sih bu Zainab lagi sakit"
" Emang bu Zainab sakit apa sih
?" Tanya Tasya padaku, "ya, aku juga gak tau Sya" jawabku
Tring... Tring... Tring... Bunyi bel untuk
istirahat berbunyi, aku dan tasya berjalan menyusuri lapangan, kemudian
berhenti di kantin samping lapangan dan membeli cemilan, aku memilih membeli
snak dan jus sirsak, Tasya membeli siomay dan jus jeruk.
...
5 menit kemudian, aku dan tasya kembali ke
kelas dengan tangan yang masih membawa makanan dan duduk berbicara bersama
teman - teman lainnya
Tiba - tiba Ahmad, ketua
kelas masuk dengan wajah merah dan mata lembab
" Teman - teman, mohon minta perhatiannya sebentar. Ada kabar duka
yang harus disampaikan" kata Ahmad
pada kami yang sedang asik berbincang - bincang,
seketika kelas menjadi tegang
" Kabar duka apa mad
? " Sahutku pada Roy
" Bu Zai...nab baru saja meninggal 1 jam yang lalu karena sakit
kanker"Ahmad
berkata dengan suara terbatah - batah
" Innalillahi wa inna ilaihi
rojiun" kami berkata dengan pelan
"Mari kita kirimkan doa untuk bu
Zainab" sahut Ahmad
Hatiku masih belum bisa menerima, baru
kemarin aku melihat senyum beliau dengan tulus kenapa takdir dengan cepat
memisahkan ?
Baru kemarin aku mendengar motivasi -
motivasi dari mulut beliau kenapa ajal dengan cepat menjemput beliau. Beliau
selalu tersenyum kepada murid - muridnya tanpa ada yang tau kalo beliau sedang
sakit.
Murid macam apa aku ini, guru yang hampir
setiap hari bersamaku, yang selalu memberi motivasi kepadaku sedang sakit saja, aku bahkan baru tau hari ini setelah satu minggu tidak masuk.
Rasa bersalah muncul dihatiku ketika bibirku mengucap doa untuk beliau.
Maafkan aku bu, engkau akan tetap menjadi
motivatorku.
"Untukmu yang tulus dan luar biasa
sebagai seorang pendidik, Semua kerja keras dan upayamu sangat kami menghargai.
Selamat jalan guruku, engkau pahlawanku, dan surga menantikanmu"
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar