Oleh Ahmad
Zahrowii Danyal Abu Barzah
Waktu terus berlalu
Memakan sendu yang riuh
Terbalut oleh jiwa yang tak kenal akur
Nan dipikul kebanggaan palsu
Wahai rindu
Yang dirisau kalbu
Bagai tertusuk
panah candu
Membisu lumpuh
dalam tulang rusuk
Wahai pilu
Yang menggeram
dibalik semua itu
Bagai kanker dalam tubuhku
Membengkak rancu
tak tentu
Yang kunantikan, semata hanya satu kedipan
Yang kuimpikan, setara
sampai telaga kautsar
Yang kudapatkan, seutas hanya tanda tiruan
Diriku bukan kisaran angan
Diriku bukan takjub an pemeran laga
Semenjak gunung tergejolak
Kau bak awan yang hanya menyerap abu lava
Memaksakan kehendak hampa
Berpendam dusta dalam kesunyian jiwa
Sampai kapan kau berlapang dada
Menerima seluruh ambisi kesatria
Membungkam konduksi rima kata
Yang dirinya miris nestapa
Kujejaki giras nadi hatiku
Tuk temui beribu makna distorsi waktu
Aku, yang dirindukan sinar bintang yang layu
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar