Oleh: Ahmad Nasrul Maulana
Ini
sudah kelima kalinya aku membersihkan gudang dari lima rumah yang pernah ku
singgahi. Mungkin bisa dibilang setiap tahun ayah membawa keluarganya untuk
berpindah rumah, tak lain karena urusan kerjanya. Dan ini sudah yang kelima.
Ketika
aku sedang asyik menyusun guci-guci berbentuk buah, mataku tertuju pada sebuah
benda bening yang memikatku untuk mengambilnya. Benda berbentuk oval itu hampir
mirip dengan cermin. Aku mengambilnya lalu ku bawa ke kamarku. Selamaaku
berjalan ke lantai dua menuju kamar, benda yang ku pegang ini terasa sangat
dingin di kulit. Kamarku cukup gelap meski pada siang hari sekalipun, karena
memang jendela yang mengarah keluar tertutup oleh gorden besar tanpa ada
sedikit ruang bagi cahaya untuk menyelinap masuk, karena itu aku perlu
menyalakan lampu untuk memasang benda bening ini. Usai tertempel di dinding,
aku kembali keluar untuk melanjutkan pekerjaannku di gudang. Ketika lampu kamar
telah ku matikan dan hendak keluar, tiba-tiba cahaya terang terpancar dari
benda bening itu, sinarnya tajam, Aku sangat kaget saat mengetahuinya. Memang
sejak pertama kali melihat lalu memegangnya aku sudah merasa aneh dengan benda
bening itu. Aku berjalan perlahan mendekatinya, hingga jarakku dengannya cukup
dekat, mungkin butuh lima langkah lagi untuk bisa menyentuhnya. Aku sangat
gemetar dan ragu untuk melangkah mendekati benda bening itu. Namun karena rasa
penasaranku yang semakin menguat, dengan sedikit rasa berani yang masih ku
miliki, ku langkahkan kembali kakiku meski terasa amat berat. Sejauh ini tak
ada yang terjadi denganku, benda bening itu masih memancarkan sinar putihnya.
Hingga pada langkah terakhir dari lima langkah untuk bisa menyentuh benda
bening itu, hal aneh terjadi. Seperti ada energi yang menarikku ke dalam benda
bening itu, aku menjerit dan pandanganku gelap.
Ku
buka mataku perlahan. Sekarang aku berada di tempat yang asing, sebuah desa
yang bangunanya terbuat dari benda bening yang mirip dengan benda yang ku
temukan di gudang. Desa ini sangat sepi. Di ujung desa terlihat sebuah istana
megah yang terbuat dari benda bening pula. Pikirku, penduduk desa ini sedang
berpesta di dalam istana, karena memang dari buku-buku cerita yang pernah
dibacakan ibu untuk menghantar tidurku sering dituliskan jika ada sebuah istana
maka ada raja yang memimpinnya, jika ada yang memimpin pasti ada yang dipimpin.
Oleh karena itu desa ini merupakan desa dibawah naungan istana. Saat aku sedang
asyik memandangi keindahan desa dan istana yang bisa berubah-ubah warna
bangunanya, tiba- tiba dua tombak tersodor di hadapanku.
“Kau siapa ??, cepat ikut kami ke
istana !!.” Bentak dua pria yang berpakaian seperti prajurit istana.
Anehnya, pakaian itu terbuat dari benda bening yang sangat indah.Tanpa banyak
bicara, aku menurutinya. Aku tidak mau mencari masalah dengan orang-orang yang
tidak ku kenali terutama dengan keluarga istana. Bisa-bisa kepalaku dipenggal
atau aku akan dikurung hingga mati seperti di film-film yang biasa diputar ayah
dan kakak saat hellowen datang. Seram.
Tiba
di istana, aku dihadapkan oleh raja di ruangannya. Aku takut namun juga takjub
dengan seluruh furniture dan benda yang memperindah istana ini. Semuanya
terbuat dari benda bening pun dengan pakaian para keluarga istana. Terlebih
lagi dengan jubah kebesaran dan mahkota yang dikenakan raja, seperti kristalyang
sangat mahal.
“Siapa
kau ??darimana kau datang ??.”
“Aku Elma, aku datang dari dunia
yang berbeda dengan kalian. Aku masuk ke sini karena benda bening sial yang ku
temukan di gudang rumahku.” Ujarku
meyakinkan, bahwa aku bukan orang jahat yang menyusup ke istana.
“Selamat
datang Nyonya Elma di negeri Kaca, negeri ini adalah negeri yang seluruh
bangunannya tercipta dari kaca. Perkenalkan aku adalah raja Juliet pemimpin
negeri ini.”Ia mengulurkan tangan lalu aku menyambutnya dengan uluran
tangan pula. Saat berjabat, tangannya sangat dingin seperti dinginnya benda
bening yang ku bawa dari gudang ke kamar.
“Kau
boleh berkeliling istana dengan pangeran Chris untuk melihat-lihat kemegahannya.”
Aku bingung bagaimana cara mengungkapkan keinginanku kepada raja, bahwa aku
hanya ingin kembali ke dunia nyata. Tapi aku takut, jika aku dianggap bertindak
kurang sopan kepada mereka yang sangat ramah kepadaku. Dengan rasa terpaksa, ku
turuti kemauan raja untuk berkeliling istana dengan pangeran Chris.
Sepanjang
perjalanan, aku hanya menjawab singkat pertanyaan-pertanyaan dari pangeran
Chris. Padahal pangeran Chris adalah sosok pemuda yang tampan, tubuhnya tinggi
besar, Ia adalah pangeran yang sangat gagah. Namun itu semua tak membuatku
terpikat, karena yang ku inginkan hanya pulang ke rumah. Dia juga bercerita
tentang asal usul negeri ini. Ternyata negeri ini memiliki musuh besar dari
dulu yakni negeri sinar, sebab itu negeri ini sangat anti dengan benda yang
bersinar karena bisa menghancurkan negeri ini. Ia juga berkata bahwa negeri ini
tak ada malam hari, hanya siang saja, itupun tanpa matahari, penerangan negeri
ini berasal dari kaca-kaca bangunan yang memancarkan cahaya yang terang. Jadi
tiada sinar maupun benda bersinar di sini. Hal itu ku gunakan sebagai alasanku
untuk kembali ke dunia nyata.
“Pangeran,
aku harus kembali ke duniaku demi keselamatan negeri kaca ini” bujukku
kepada pangeran dengan wajah memelas.
“Apa
maksudmu Nyonya Elma??.” Pangeran tersenyum, karena melihatku yang akhirnya
mau berbicara juga.
“Aku
masuk ke negeri ini dari kamarku. seperti yang kau bilang tadi, bahwa negeri ini
sangat anti dengan sinar yang akan menghancurkannya. Biasanya saat sore ibuku
menghantarkan segelas susudan roti tawar ke kamarku, ibu harus menyalakan lampu
untuk menerangi kamarku yang sangat gelap. Aku takut ibu akan menyalakan lampu
yang sinarnya akan menembus benda bening di kamarku, lalu masuk ke negeri ini
dan akan menghancurkannya. Aku harus pulang sebelum ibu masuk ke kamarku.” Sepertinya rayanku berhasil, aku melihat wajah
cemas dari pangeran Chris, karena memang jika satu bangunan terkena sinar maka
akan memantul ke bangunan lain, lalu bangunan lain memantul ke bangunan lain
pula, begitupun seterusnya hingga seluruh bangunan negeri ini terkena sinar
lalu hancur.
“Baiklah.
Aku akan memanggil Afa untuk mengantarkanmu kembali” Ucapnya. Afa ? Siapa
lagi itu?, gumamku dalam hati. Ternyata Afa adalah seekor hewan yang mirip
denganUnicorndi film kartun kesukaanku. Unicorn sendiri adalah
hewan seperti kuda yang memiliki sayap besar dan tanduk di kepalanya. Afa
adalah Unicorn yang sangat menawan sebab Afa terbuat dari benda bening
yang indah.
“Naiklah
Nyonya, kau akan diantarkannya kembali ke rumahmu.” Sebenarnya aku takut
saat menaiki Afa, tapi bagaimanapun juga aku harus memberanikannya untuk
kembali ke rumah.
“Dengan
senang hati Pangeran”
Aku
lihat mata Pangeran meneteskan air mata, dia merasa sangat terpukul atas
kepergianku, padahal kita berdua hanya bersama beberapa jam saja. Aku sendiri
juga demikian, Pangeran Chris adalah pemuda yang baik hati dan ramah, terlihat saat
tadi aku berjalan mengelilingi istana dengannya banyak pelayan yang
menyambutnya dengan senyuman dan sapaan. Andai saja aku bisa membawa Pangeran
Chris kembali ke rumah, betapa bahagianya aku.
Afa
terbang semakin meninggi, aku tak bisa lagi melihat tubuh gagah pangeran Chris.
Semakin tinggi Afa terbang semakin kuat rasa kantuk yang tiba-tiba datang
menyergapku. Aku tertidur. Saat aku bangun, tubuhku sudah berada di ranjang
tempat tidur di kamarku. Bergegas aku beranjak untuk melihat kembali benda
bening di dinding, namun sayangbenda itu telah tiada. Tak lama kemudian ibu
datang membawa segelas susu dan sepotong roti tawar ke kamarku. Ketika ibu
hendak menyalakan lampu, aku reflek berteriak.
“Ibu
Jangann !!” Melihat hal itu, ibu lari ke arahku lalu memelukku.
“Apa
yang terjadi Elma ?? Kau habis mimpi buruk ??.” aku hanya membalas
pertanyaan ibu dengan anggukan, sebab tak mungkin aku menceritakan semua
kejadian yang telah ku alami. Sejak saat itu, aku lebih nyaman tidur dengan
keadaan lampu yang padam.
Pondok pesantren Darunnun Malang
0 komentar:
Posting Komentar