Oleh: Fitriatul
Wilianti
Sebenarnya saat
ini bukanlah waktunya untuk menceritakan semester III, karna mengingat 12 hari
lagi aku akan menjalani Uas (Ujian Akhir) kemudian liburan dan lanjut ke
semester IV. Tapi untuk
mengevaluasi diri, kan kuputar kembali memori-memori selama perjalanan semester
III. Masa-masa
semester III ku tidak luar biasa seperti yang diharapkan, malah terasa biasa
saja dan
tidak ada yang menarik, semakin hari kelasku semakin membosankan. masuk kelas, menunggu
giliran presentasi, bertanya jika sedang ingin, duduk dibelakang dan mengantuk. Masa-masa
semester tiga tidak sesuai harapanku kita hanya mendengarkan dosen berbicara, membuat
makalah, presentasi, Uts, Uas, dan berputar disekitar itu saja. sepertinya
semakin tinggi
tingkatan kuliahku semakin kurang pula semangatku, padahal aku baru semester
III belum
masuk semester V, semester VII dimana disitulah puncak dan inti dari perjuangan
dalam perkuliahan.
Terkadang aku juga
berfikir, apa yang luar biasa dari kuliah dan apa yang istimewa dari seorang Mahasiswa, aku juga bertanya pada diri
sendiri, sebenarnya apa yang aku harapkan dalam ruangan
kelas, apa yang ingin aku capai dalam perkuliahan, jika semua yang aku jalankan sekarang
terasa membosankan, siapa yang perlu disalahkan, apakah dosen-dosen yang tidak mampu
membuatku bersemangat dalam mata kuliah, ataukah orang-orang sekitar yang tidak mampu
menghadirkan ketertarikanku dalam menjalani aktifitas di lingkungan kampus.
Haha...bukan
mereka yang disalahkan, ini salahku, ini tanggung jawabku. jika kamu ingin
berhasil berjuanglah,
keluarlah dari zona nyamanmu, ini sudah tahun kedua kamu kuliah, jangan buat uang
orangtuamu sia-sia, kembali ke cita-cita awal dan fokus akan hal itu. Dulu
awal mula aku datang ke Uin, Menjalani Pbak, dan menikmati masa-masa awal
semester I, aku
sangat bersemangat, kuliah tidak ingin telat, tugas selalu tepat waktu, belajar
ketika Ujian, dan
lain-lain. Bahkan ketika semester awal aku sangat bersemangat dalam organisasi.
Dimasa-masa awal aku putuskan untuk mengikuti
Organisasi besar di Kampus, yaitu IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), pertama
kali aku di Diklat di IMM aku sangat senang, dan selalu bersemangat
di dalamnya, dan tertarik dengan kegiatan-kegiatan yg diadakan. Aku juga aktif
di orda-ordaku,
dan tidak pernah melanggar aturan selama setahun tinggal di Ma'had. Aku rindu
diriku yang dulu.
Ternyata benar apa
yang kebanyakan orang katakan, bahwa semakin tinggi jenjang perkuliahanmu, maka
akan semakin membosankan untuk duduk didalam kelas dan seperti
itulah yang kurasakan sekarang. Mata kuliah yang semakin tinggi dan semakin
susah tidak
cukup menantangku untuk selalu semangat, kesibukan pondok juga terasa biasa aku lewati.
Walaupun kadang aku merasa bosan dengan semua itu.
Di IMM terakhir aku di
diklat dan di
ikrar sebagai Instruktur, sebenarnya Instruktur bisa dikatakan sebagai nyawa
dalam meregenerasi
ikatan, dan aku seharusnya tahu akan hal itu. Tapi kenapa sampai sekarang aku tidak
bisa membagi sedikit waktu untuk ikatan. Dan sudah beberapa bulan aku pasif di
IMM, mulai
dari ketika diadakannya DAD pertama yang seharusnya aku sebagai instruktur
disana, tapi karna
adanya kewajiban pondok akhirnya aku di alihkan dalam tugas yang lain, itu juga
karna aku
tidak bisa membagi waktu dan di dukung oleh penyakit malasku, bahkan kemarin
adanya Musyawarah
Komisariat yang seharusnya diwajibkan bagi seluruh anggota aku malah fokus
pada kegiatan yang lain. Dan setelah aku ingat-ingat sudah berapa alasan yang aku sampaikan untuk mengalihkan kewajibanku.
pada kegiatan yang lain. Dan setelah aku ingat-ingat sudah berapa alasan yang aku sampaikan untuk mengalihkan kewajibanku.
Sebenarnya cerita
ini tidak begitu penting bagi kalian, aku hanya
berbagi cerita, dan semoga kalian tidak seperti aku, semoga masa semester III
kalian selalu
membahagiakan serta dipenuhi rasa semangat dalam belajar dan selalu menjalani apapun
yang menjadi niat awal memasuki dunia kampus. Dan untukku semoga aku kembali menemukan
rasa semangatku dulu, dan mulai fokus serta menyelesaikan apa yang telah aku mulai.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Sepertinya aku juga melihat diriku di cerita ini
BalasHapus