Oleh: Naufal Hanafiah
Kita, dalam hidup yang plural dan majemuk ini seringkali kebingungan dalam memilih langkah
dan cara hidup, kita ragu apakah yang
kita akan lakukan ini nanti mulus atau tidak dan berbenturan dengan banyak
pemikiran orang lalu orang-orang akan mencemoh dan mencaci apa yang kita lakukan
dan pada akhirnya kita tidak jadi melakukan sesuatu. Kita terlalu takut akan
kata-kata dan cibiran “tetangga”, kita terlalu memikirkan apa kata dan
tanggapan para “tetangga”, kita terlalu mengira-ngira kira-kira “apa ya kata
tetangga nanti”?, pada akhirnya kita takut untuk melakukan sesuatu dan memilih
sesuatu dalam hidup, sebab terlalu khawatir akan salah, cemohan,cibiran dan
omongan orang.
Pernahkah anda berpikir bahwa kita seringkali memikirkan secara serius
sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan, bahkan sama sekali tidak perlu.
Hidup itu kan pilihan, setiap orang kan punya cara dan prinsip hidupnya
masing-masing, punya cita-cita dan keinginan masing-masing, bahkan kita juga
lebih tahu bahwa kita itu cocoknya di mana dan seperi apa. Contoh ketika anda
punya rencana ingin mondok,sebab kita sadar kita kurang dan ingin mendalami
ilmu agama dan ingin menyebarkan kebenaran, ya kalau itu benar dan memang
pilihan anda, ya mondok aja, so pasti ada banyak “tetangga” yang nyinyir “mau
jadi apa ya kalo mondok? Nanti jadi jorok, gudiken, belum lagi nanti mau kerja
apa coba, ijazah juga enggak ada, jaman gini mah cari kerja kan susah, kuno ah”. Jika anda memikirkan dan menanggapi
serius nyinyiran tetangga tadi, pasti anda akan ragu akan mondok atau tidak.
Ketika kita ingin jadi budayawan dan sastrawan karena memang menurut anda punya
bakat disitu atau punya minat dan keinginan tinggi, ya sok..lakuin aja, dan
tetangga mungkin akan berkata “budayawan? Ih kuno bgt dah, malah klenik ngeri
gitu, jaman modern gini iya kali jadi budayawan, sastrawan
juga,gondrong-gondrong nulis nggak jelas,masa depannya ngapain coba”. Ketika
kita suka dengan seorang wanita, tak peduli fisik dan materi kalau memang
cinta(sama2 cinta) ya monggo, tetangga be like nyinyir “eh kamu kan lumayan
ganteng,carilah yg sedikit cantik dan kaya,kalo sama dia apa nggak nambah
beban?”.
Tutup telinga anda dan bersikap BODO AMAT, kalau menurut anda itu
pilihan anda dan anda memang suka yang pilih dan lakukan saja selama tidak
merugikan orang lain, BODO AMAT dengan omongan tetangga. Dalam bukunya Mark
Manson berjudul The Subtle Art of Giving a F*ck “kunci untuk kehidupan
yang baik bukan tentang memerdulikan lebih banyak hal(apalagi omongan
tetangga), tapi tentang memerdulikan hal yang sederhana saja, hanya perduli
tentang apa yang benar dan mendesak dan penting”. Jangan terlalu memikirkan
omongan dan anggapan orang lain, hidup itu kata orang jawa wan sinawang,
bahagiamu belum tentu bahagia saya, senang anda belum tentu senang saya, enak
anda belum tentu enak saya, sesuai bagi anda belum tentu sesuai bagi saya.
Nggak usah terlalu dipikir omongan tetangga, wong tetangga aja juga nggak mikir
pas ngomongin kita, so BODO AMAT!.
0 komentar:
Posting Komentar