Siti Khoirun
Niswah
Hari Minggu tanggal 27 Oktober 2019,
jamaah An-Nafi' Wal Afiq mengadakan seminar "Sekolah Ibu Cerdas" dengan
tema “Komunikasi Ibu dengan Remaja”. Seminar tersebut mengundang seorang
narasumber ibu Yulianti,S.Pd, M.Pd (dosen bimbingan konseling UM) dan dihadiri
oleh ibu-ibu jamaah dan ibu-ibu dari komunitas lain serta beberapa remaja dari
pesantren. Mereka sangat berantusias mendengarkan narasumber membagikan ilmu
pengetahuannya. Berikut beberapa penjelasan yang sempat terangkum saat penulis
mengikuti kegiatan tersebut.
Parenting bukan sekedar tulisan atau
sesuatu yang sedang kita baca akan tetapi juga sesuatu yang perlu dan harus
dipraktikkan. Sayyidina Ali bin Abi Tholib pernah berkata, "Didiklah
anakmu di zamannya sesuai zaman anaknya". Jadi dapat kita jabarkan bahwa
ketika seorang anak lahir pada era millineal, tidak bisa dididik dengan sistem
90-an. Pasti berbeda sistem pendidikan antara pendidikan tahun 90-an dengan
pendidikan zaman sekarang.
Zaman dahulu anak masih takut dengan
kata gak ilok (bahasa jawa). Kata gak ilok zaman dahulu menjadi mantra bagi para
orangtua. Sebab ketika ibu / ayah mengatakan seperti itu, seorang anak pasti
takut dan tidak mengulangi perbuatannya. Misalnya, "Nak jangan makan di tengah
pintu, gak ilok". Seorang anak langsung pergi dan hari berikutnya sudah
tidak melakukan hal itu lagi. Namun sekarang tidak bisa anak diberi kata
seperti itu. Anak zaman millineal seperti sekarang ini, apabila diberi nasihat
terkadang balik bertanya kepada yang menasihati. Apakah karena sangking
cerdasnya anak sekarang? ataukah sudah hilang rasa keta'dziman anak kepada
orangtua akibat beberapa faktor?
Dalam ilmu psikologi (ilmu yang
mempelajari tentang kejiwaan) mengandung beberapa komponen, salah satunya
adalah ekologi (ilmu yang mempelajari tentang lingkungan). Ilmu ekologi
dipengaruhi oleh beberapa aspek di antaranya potensi dan lingkungan).
Sistem pendidikan dalam keluarga
yang utama bukan hanya dari ibu, melainkan juga dari kerabat terdekat seperti
ayah, kakak, adik, nenek atau kakek di mana pemikiran atau karakteristik yang
dimiliki mereka berbeda-beda. Tentunya juga berpengaruh terhadap pendidikan
anak, karakteristik anak, tumbuh kembangnya anak serta emosional yang dimiliki
oleh anak.
Menurut sayyidina Ali bin Abi Tholib
ada tiga cara mendidik anak dalam keluarga, di antaranya :
1.
7
tahun pertama jadikanlah dia sebagai raja. Pada fase umur 1-7 tahun, seorang
anak sangat butuh perhatian, butuh kasih sayang, butuh diarahkan, dan bahkan
sangat bergantung pada orang tua. Contoh: cara membangunkan anak pada usia ini
adalah dengan memberikan jeda waktu. 5 menit lagi mandi ya, 5 menit lagi
sarapan, 5 menit lagi memakai sepatu, dan seterusnya. Tetapi tetap
terlaksanakan sesuai pembelajaran setiap pagi. Bukan ketika dia sudah malas
lalu dibiarkan, biarlah hal itu menjadi pembelajaran bagi dia.
2.
8 -
14 tahun (fase 7 tahun kedua) jadikanlah dia sebagai tawanan. Dalam fase ini,
orang tua mulai menetapkan peraturan. Namun tidak sekedar peraturan yang
apabila tidak dilakukan seorang anak harus diberi hukuman. Menetapkan peraturan
ini dengan memakai logika. Pada fase ini, seorang anak pada umumnya mulai
berkembang dan mulai mendengarkan kata orang lain. Misalnya kata yang diucapkan
gurunya di sekolah. Seorang anak mulai memikirkan apa yang dikatakan teman,
guru, dan orang lain yang telah berinteraksi dengan anak. Di sinilah peran
ibu/orangtua membuat peraturan dengan logika. Orang tua mulai belajar memakai
bahasa anak. Dalam fase ini, pendidikan yang paling susah ialah pendidikan tentang
seks. Pendidikan tentang identitas gender. Perlu berhati-hati pada fase ini, maka
dari itu disebut sebagai fase tawanan.
3.
Umur
15 tahun ke atas (fase 7 tahun ketiga) jadikanlah anak sebagai sahabat/teman.
Anak remaja merupakan anak yang labil artinya masih berubah-ubah, atau biasa
disebut masa transisi. Seorang anak selalu mengatakan bahwa dirinya telah
dewasa, namun yang kita amati, anak umur 15 sepenuhnya dewasa. Di sini peran
orang tua adalah mendengar ceritanya, mendekatinya dengan hati, dan ibu/orang
tua harus melek dengan teknologi.
Generasi sekarang ini bukan lagi
generasi zaman dahulu. Mereka tidak bisa dikekang dengan tidak perlu memakai
gadget atau dilarang pulang malam, habis isya' harus di rumah itu tidak bisa.
Generasi sekarang ini memakai bahasa simbol yang biasa disebut generasi koding
dan minim verbal. Selain itu, generasi ini disebut juga generasi screening
artinya generasi sekarang mengalami penurunan konsentrasi.
Dari uraian tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bagaimana cara kita menjadi ibu yang cerdas untuk generasi millineal.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Perum Bukit Cemara Tidar F3 No.4
0 komentar:
Posting Komentar