Oleh : muhammad naufal hanafia
Dalam
berkehidupan, hati merupakan salah satu unsur penggerak manusia dalam melakukan
sesuatu hal. Hati yang dimaksud di sini bukanlah organ lahiriah namun
hati yang ruhaniah al qalb yang,meskipun para ulama berbeda pendapat
mengenai letak atau posisinya. Sebagian ulama berpendapat bahwa qolbu adalah
unsur tidak terindra bersifat spiritual,bukan jantung yang di dada ataupun akal
yang di dalam otak, namun punya hubungan erat antara jantung, otak,indera dan syaraf
manusia, sebagian
lagi berpendapat bahwa hati terletak di jantung yang memiliki hubungan tidak
terlihat dengan kehendak dan perbuatan manusia dengan dalil-dalil.
Seperti
riwayat anas bin malik bahwa Nabi Muhammad SAW ketika kecil pernah dibelah
dadanya oleh malaikat dan mengambil hatinya untuk dibersihkan, juga sabda
Rosulullah tentang taqwa dengan menunjuk nunjuk dada. Kalau
saya sependapat dengan pendapat kedua karena secara pengalaman dan segala
peristiwa emosional pasti terasa lebih dalam dada, contoh ketika cinta
terkhianati, atau
kita dihina,pasti yang terasa sesak dan sakit adalah dalam dada dengan posisi
kita memegang dada atau menepuk nepuknya.
Berbicara
mengenai hati, iapun
bisa bersih dan kotor pula tergantung pemakaiannya dan masalahnya manusia
seringkali tidak menfungsikan hati dengan baik sehingga terjadi disfungsi hati.
Saya mengutip tausiah Habib Novel alaydrus "kenapa kalau mata kemasukan
debu atau kotoran, pasti langsung terasa tidak enak? telinga ketika
kemasukan air atau hewan pasti langsung nggak enak dan terasa,begitu juga tlusupen,
pasti sangat kerasa tidak enak,mengapa? karena semuanya sering
dipakai, tapi hati kita? kemasukan
kotoran yang unlimited kok tidak kerasa nggak enak dan biasa saja? sebab
hati kita jarang dipakai".
Kita
jarang sekali memakai hati dengan baik dan justru mengisinya dengan kotoran dan
penyakit, ketika azan berkumandang, dengan santainya kita menunda nunda, begitu
juga membaca qur'an begitu malas karena merasa sudah bisa dan "ah nanti
ajalah", melihat tetangga senang kita malah merasa iri dan tak suka, orang
lain berbuat baik kita katakan "alah cari muka, pencitraan sok baik",
ketika berbuat baikpun, kita berharap dipuji orang, bahkan bermaksiatpun tanpa
rasa ragu dan gelisah.
Hati penuh sesak oleh kotoran dan
penyakit sampai sampai kita tak merasa tidak enak atau risih dengan kotoran
yang unlimited itu,dengan dunia saja kita peduli setengah mati, terhadap
raga kita senantiasa menghidupi namun entah mengapa kita jarang sekali
menghidupi hati yang akhirnya mati dan merubah kita menjadi manusia keji, naudzubillah
min dzalik, lebih baik Allah binasakan sang hati daripada hati ini
bergelimang cinta yang fana tanpa memberi kasta tertinggi untuk Allah dan
Rosulnya. Maka
dari itu seringlah pakai hatimu dengan baik supaya ketika kotor langsung terasa
serta mudah untuk dibersihkan dan mengisinya dengan ketaqwaan. Obat hati
menurut Rosulullah ialah mengingat kematian,karena dengan mengingat kematian
kita akan selalu takut untuk maksiat karena kita tidak tahu kapan Allah
mematikan kita.
0 komentar:
Posting Komentar