Oleh : Krisna Aditya Putra
Saya merupakan pemuda yang hidup di zaman
millenial, zaman yang orang katakan sebagai zamannya teknologi, semua yang
dilakukan lebih praktis dan mudah. Segala informasi sangat cepat dan mudah didapatkan,
namun kemudahan ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian generasi
millenial masa kini. Kuatnya arus informasi saat ini membuat orang mudah
percaya akan suatu hal tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu dan mudah
percaya akan berita Hoax.
Apa yang menyebabkan mudahnya masyarakat
sekarang percaya akan berita Hoax? Indonesia merupakan negara peringkat
ke 60 atau 2 paling belakang sebagai negara yang memiliki literasi terendah
dari 61 negara – negara yang terlibat dalam penelitian The World’s Most Literate Nations (WMLN), ini sudah sangat
memprihatinkan, kenapa? Karena kurangnya literasi dapat mempengaruhi pola pikir
masyarakat dalam menanggapi suatu berita dan akan mengakibatkan mudahnya
tersebar berita Hoax.
Sejarah perkembangan hoax, Hoax (dibaca: Hoks) adalah sebuah
tipuan dan kebohongan yang menyamar sebagai kebenaran, istilah ini populer di
internet dan media sosial karena peredaran hoax memang lebih mudah
berkembang di internet dan media sosial. Kata “hoax” berawal dari “hocus
pocus” yang berasal dari bahasa latin “hoc est corpus” yang artinya
“ini adalah tubuh”.
Kata ini awalnya digunakan oleh penyihir untuk mengklaim
kebenaran, padahal sebenarnya mereka sedang berdusta. Hocus digunakan
untuk menipu yang digunakan untuk sihir atau mantra para penyihir dan pesulap
jaman dahulu. Kata “hoax” sendiri didefinisikan sebagai tipuan berasal
dari Thomas Ady dalam bukunya Candle in The Dark (tahun 1656) atau risalah sifat sihir dan penyihir.
Pada zaman sekarang masyarakat yang berumur kisaran 15 – 25 tahun adalah
yang paling mudah terserang berita Hoax, karena mudahnya akses teknologi
yang mereka miliki sakarang. Ini adalah usia produktif pemuda yang seharusnya
di usia ini mereka bisa lebih bijak dalam menanggapi suatu berita yang diterimanya tapi faktanya banyak anak muda yang mudah
percaya akan suatu berita tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu, ini
sudah sangat memprihatinkan dimana generasi millennials masa kini adalah calon
– calon pemimpin bangsa selanjutnya, dan ini tidak dapat dibiarkan secara terus
menerus.
Saat ini dunia politik merupakan penyumbang hoax
terbesar, karena banyak sebagian oknum yang memanfaatkan momentum ini untuk
mempengaruhi masyarakat agar memilih salah satu pasangan tertentu, mungkin bagi
mereka segala hal itu halal asalkan diri mereka mampu terpilih untuk duduk ke
senayan atau menjadi penguasa negeri ini, mungkin kita pernah dengar berita
yang mengatakan presiden kita anggota PKI yang sampai saat ini belum ada
sedikit pun bukti yang menyatakan hal itu benar, mungkin kita pernah dengar calon presiden prabowo
sebagai orang yang terlibat dalam insiden 12 mei 1998 walau dia bagian dari
orde tersebut namun hingga saat ini belum ada bukti yang menyatakan dia
terlibat langsung dalam hal tersebut.
Literasi merupakan solusi yang tepat dalam
mengatasi masalah ini. secara bahasa, literasi adalah keberaksaraan, yaitu
kemampuan menulis dan membaca. Dalam bahasa inggris, literacy adalah kemampuan membaca dan menulis (the ability to write and read) dan “kompetensi pengetahuan di
bidang khusus” (competence or knowledge
in a specified area). Kebalikannya adalah illiteracy dalam bahasa Indonesia adalah buta huruf atau tidak bisa
membaca.
Peningkatan literasi menurut saya merupakan
solusi yang harus dilakukan pemerintah saat ini, karena pada era industri 4.0
saat ini membaca bukan suatu kebutuhan primer lagi. Masyarakat lebih senang
melihat segala informasi di madia sosial dibandingkan membaca buku.
Meningkatkan
literasi dengan mengadakan reading corner, sosialisasi literasi dan gerakan
membaca buku merupakan program yang mungkin bisa dilakukan pemerintah untuk
proses meningkatan literasi masyarakat Indonesia. Karena tidak mudah saat ini
mengajak orang untuk mau membaca buku kembali tapi kalau program seperti ini
dapat dilakukan dengan jangka panjang dan komitmen ini bisa menjadi proses yang
baik untuk mengembangkan literasi bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar