Oleh : Astri
Dakwah merupakan salah satu sarana untuk
menuju agama Allah SWT. di muka bumi. Ialah jalan yang ditempuh oleh para
pendakwah untuk menyebarluaskan agama islam, mengajak orang lain untuk meyakini
serta mengamalkan aqidah yang sesuai
dengan syariat serta agar umat islam tetap berpegang teguh pada petunjuk yang
benar.
Unsur terpenting yang harus direalisasikan
dalam dakwah adalah keteladanan dan keilmuan. Dalam keteladanan amaliyah harus
mencerminkan keutuhan islam yang shahih dengan segala ajaran dan tuntutannya
tanpa kekeliruan dan penyelewengan.
Kemudian, dalam bidang keilmuan seorang
pendakwah haruslah berpengetahuan luas terutama dalam ilmu keagamaan yang
sesuai dengan al-qur’an dan sunnah. Karena apabila tidak demikian,
dikhawatirkan akan menyesatkan umat. Dan juga agar tegaknya islam bukan hanya
mementingkan formalitas tanpa isi, bukan pula bangunan yang rapuh tanpa punya
penopang kekuatan, sehingga akan mudah hancur saat menghadapi ancaman yang
berasal dari musuh.
Allah SWT berfirman dalam qur’an surah An-Nahl
ayat 78:
والله اخرجكم
من بطون امهاتكم لاتعلمون شيأ وجعل لكم السمع والابصار والافئدة لعلكم
تشكرون النحل 78 ه
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani,agar kau bersyukur.”
Ketika seorang anak keluar dari rahim ibunya, ia tidak
mengetahui dan tidak memahami apapun. Namun Allah SWT. Membekalinya dengan
pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran agar dapat berpengetahuan dan mampu
membedakan yang haq dan batil.
Memperhatikan urgensi yang sangat besar dalam
memperoleh pengetahuan yakni melalui pendengaran, penglihatan, dan akal yang
banyak disebutkan dalam ayat al-qur’an, khususnya untuk mengambil petunjuk dan
peneladanan, maka hendaklah umat islam bertadabbur (mengkaji) dan tidak taklid
dalam menimbang dan mengarahkan indra untuk mengambil langkah dan meyakini
sesuatu yang sesuai dengan ajaran islam.
Taklid buta atau keyakinan tanpa mengetahui
dasar atau alasan, sangat tidak dibenarkan dalam agama islam. Karena Allah SWT
telah mencukupkan manusia dengan berbagai hal agar manusia dapat memikirkan dan
mentadabburi ayat-ayat-Nya dan mendapat pelajaran. Sebagaimana firman Allah
SWT:
كتاب أنزلناه
إليك مبارك ليدبروا اياته وليتذكر أولوا
الألباب
“Kitab (al-qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh
berkah agar mereka menghayati ayat-ayat-Nya dan agar orang-orang yang berakal
sehat mendapat pelajaran.” (Q.S. Shad: 29)
Beberapa ayat al-qur’an yang
menjelaskan bahwa taklid buta tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim dan
kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang muslim adalah mengikuti dalil. Bahkan
para imam pun mengatakan untuk tidak mengikuti pendapatnya tetapi ikutilah dalil.
Sebagaimana yang dikatakan oleh imam Malik bin Anas:
إنما أنا بشر أخطئ و أصيب فانظروا في رأيي
فكل ما وافق الكتاب و السنة فخذوه و كل ما لم يوافق الكتاب و السنة فاتركوه
“Aku hanya seorang yang dapat
melakukan kesalahan dan dapat melakukan kebenaran, maka perhatikanlah
pendapatku.Setiap pendapatku yang sesuai dengan al-qur’an dan sunnah maka
ambillah. Dan apabila tidak sesuai dengan alqur’an dan sunnah maka
tinggalkanlah.”
Namun, jika tidak mengetahui apapun, maka
Allah memerintahkan untuk bertanya kepada yang lebih mengetahui. Sebagaimana
firman Allah dalam surah An-Nahl yat 43:
وما ارسلنا من قبلك الا رجالا نوحي اليهم
فسئلوا اهل الذكر ان كنتم لا تعلمون
“Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang
yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
Dengan demikian, seorang pendakwah dan juga sebagai jamaah hendaklah
tidak melakukan taklid sebagaimana yang telah dijelaskan. Karena taklid akan
menyebabkan sesorang tersesat dari jalan
yang benar dan hanya akan menghasilkan prasangka tanpa diketahui dengan jelas
apa sumbernya dan maksud yang terkandung di
dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar