Oleh: Dinantari Susilo
“Jangan lupa follback!”
“Iya, nanti Line aja kalau belum ku follow.”
“Nggak mungkin lupa, foto kita mau ku upload terus aku tag
ke IG kamu. Nanti juga ada notifikasi.”
“Lagi nggak ada kuota. Nanti paling aku cek kalau ada wi-fi.“
“Oh.. gitu. Lha tapi itu bisa WA ?”
“Paket chatting unlimited.”
“Hmm... pasti pake provider itu ya...”
Familiar dengan kalimat percakapan diatas?
Yup! Selamat datang di Era revolusi 4.0 dimana semua orang
bisa hidup di dua alam. Dunia nyata dan dunia maya. Semua urusan dipermudah
dengan gawai yang semakin hari semakin canggih. Inovasi-inovasi tekhnologi
berlomba untuk mempermudah berbagai urusan. Sehingga tidak bisa dipungkiri
revolusi industri 4.0 bagi masyarakat masa kini,memiliki nilai yang sama-sama
penting. Bukan lagi rahasia tekhnologi industri telah banyak merubah dunia.
Mulai dari ekonomi, pendidikan, bidang usaha sampai masalah pribadi. Tanpa
sadar banyak nilai budaya dibarengi konten-konten negatif diberbagai sosial
media. Namun apakah selamanya negatif?
Mengingat firman Allah dalam Surah An-Nisa ; 19 Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19) Ayat ini
menunjukkan, apapun yang Allah hadirkan merupakan kebaikan meski banyak yang
melihat sisi negatif dari suatu keadaan. Allah yang paling mengerti kebaikan
untuk umat-Nya. Lalu begitu pula muslim di dunia modern yang berhusnudzon bisa melihat
kebaikan dalam perkembangan zaman. Lebih – lebih di era 4.0 yang hampir bisa
dikatakan adanya transparansi untuk semua hal. Menembus semua batas lingkup
kehidupan. Maka adanya perubahan mindset tentang keakraban tekhnologi dengan
kehidupan sehari-hari menjadi penting agar bisa menyesuaikan diri dengan zaman selain
mawas pada sisi negatifnya.
Salah satu kemudahan yang zaman ini tawarkan ialah media bermuhasabah.
Apa itu muhasabah? Secara bahasa muhasabah dibentuk dari mashdar “hasaba-yahsibu
atau yahsubu” yang berarti menghitung. Muhasabah ialah introspeksi, mawas, atau
meneliti diri. Hal ini merupakan salah satu bentuk ketakwaan karena jelas
disampaikan dalam surah Al-Hasyr 18-19: “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk esok (hari akhirat) dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik.”
Dalam islam muhasabah memiliki faidahnya sendiri seperti
dalam hadist H.R. Tirmidzi: Diriwayatkan
dari Umar bin Khattab, Nabi bersabda: Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, dan
hiasilah dirimu sekalian (dengan amal shaleh), karena adanya sesuatu yang lebih
luas dan besar, dan sesuatu yang meringankan hisab di hari kiamat yaitu orang-orang
yang bermuhasabah atas dirinya ketika didunia.(H.R. Tirmidzi).” Selain itu,
dalam kehidupan sehari-hari seperti yang menjadi fokus penelitian Jumal Ahmad
(2018) Bahkan salah satu manfaatnya muhasabah adalah upaya menjaga kesehatan
mental. Penelitiannya didukung oleh pemikiran Imam Al-Ghazali, Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah dan beberapa ulama lainnya. Banyak cara untuk bermuhasabah di era
ini. Apalagi jika yang menginisiasinya adalah anak-anak muda, generasi
milenial. Dengan berbagai inovasi mengkolaborasikan media sosial dan tekhnologi
dengan unsur dakwah.
Mengambil prinsip era revolusi industri 4.0 yang serba cepat
dan mudah, media bermuhasabah pun menjadi beragam, mudah dan mencuruk ke arah
yang spesifik. Terlebih didukung oleh istilah lain bahwa muhasabah adalah media
mengingatkan atau introspeksi diri sendiri, anak-anak muda dengan keinginan dan
kegemaran masing-masing pada era ini bebas memilih caranya sendiri. Melalui
kolaborasi dengan internet dan media sosial, banyak pilihan video maupun audio
ceramah ustadz-ustadzah yang telah banyak dihimpun di youtube dengan tema-tema
khusus, bahkan tak jarang seseorang memiliki ustadz atau ustadzah kesukaan
masing-masing. Kemudian tak asing pula situs-situs dakwah dengan gaya
kepenulisan tertentu. Tak hanya melalui sumber terpercaya, hanya saling berbagi
pengalaman di media sosial pun juga menjadi pilihan. Bahkan yang lebih mudah
adalah penggunaan instagram dengan berbagi quotes dengan kata-kata menyentuh.
Namun perlu diwaspadai jika menyangkut hadist maupun Al-Qur’an dibutuhkan
sumber yang jelas. Bagaimanapun di era ini, segala hal menjadi mudah dicari,
disalin, disampaikan tanpa mengetahui sumber yang jelas.
Banyak jalan mencapai kesadaran diri, namun tetap muaranya
ada dihati setiap orang. Zaman boleh berubah namun hakikat manusaia dengan hati
berapi dan berlubang adalah keniscayaan. Disampaikan oleh Ustadz Rois dalam
kajian Ma’dubatullah Learning Center di perpustakaan UIN Malang 8 Mei 2019,
pada dasarnya hati manusia memiliki api membara yang mana hanya akan padam jika
manusia ridho dengan ketetapan Allah dan begitu juga ada lubang yang tidak bisa
tertutup atau penuh kecuali dengan kerinduan kepada Allah. Melalui muhasabah,
diharapkan setiap hati bisa mengisi kekosongan dan memadamkan api yang membara
tersebut. Menuju kehidupan yang lebih damai meskipun keadaan zaman banyak
berubah dan arus globalisasi yang kuat tak terbendung membawa apa-apa saja baik
yang positif maupun negatif.
Sumber pendukung:
Muthoharoh, Dinatul (2014) Hubungan Antara Muhasabah Dengan
Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi Angkatan Tahun
2012 Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo. Semarang.
Ahmad, Jumal (2018) Muhasabah Sebagai Upaya Mencapai
Kesehatan Mental. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar