Picture from: santrinulis.com
Oleh:
Nur Sholikhah
Di zaman modern, ilmu pengetahuan begitu mudah didapatkan secara
instan melalui media sosial. Kapanpun dan di manapun, kita bisa mengaksesnya
tanpa perlu berpikir panjang. Banyak orang berubah menjadi sakti, tiba-tiba
ahli ekonomi, ahli gizi, ahli agama, ahli tafsir, ahli fiqih dan ahli ilmu
lainnya. Bahkan banyak juga yang memiliki keahlian ganda sehingga bisa
berbicara tanpa hemat kata dan penuh amarah.
Mungkin itu adalah
salah satu akibatnya jika kita belajar tanpa ada guru yang menuntunnya. Apapun
yang dibaca tiada dicerna dan menjadi liar menurut persepsi kita. Apalagi jika
itu berkaitan dengan hal agama. Apa yang jelas menjadi semu seketika. Dan apa
yang semu berubah menjadi hal yang nyata.
Padahal belajar
agama tak bisa instan yang hanya mengandalkan membaca di media sosial dan
buku-buku terjemah. Belajar agama butuh proses dan yang paling utama harus ada
guru yang menaunginya. Itupun tak bisa sembarangan guru, karna mencari guru
agama haruslah yang jelas sanad keilmuannya.
Jangan sampai
terlena, apalagi dengan banyaknya ustadz dadakan yang bertebaran di media.
Mereka berceramah seolah-olah paham segalanya, mencomot hadits tanpa hafal
perawinya dan menjajakan ayat-ayat tanpa tahu tafsir yang sebenarnya. Berbekal
kepandaian berbicara dan mengatur kata-kata, ia berhasil menarik perhatian
penduduk sosial media.
Maka jangan heran
jika kita sering mendapati orang yang begitu mudahnya menyalahkan sesama,
mendebat dengan banyak kata dan isi ceramah yang membuat resah. Bisa jadi
mereka belajar terhadap guru yang salah atau yang tidak jelas keilmuannya.
Karena orang-orang yang ahli akan menjawab setiap masalah dengan kelembutan
ilmunya bukan dengan letupan amarah.
Dan pada intinya,
mencari guru itu memang hal yang mudah karna semua orang bisa jadi guru untuk
kita. Namun untuk mendapatkan guru yang benar-benar menguasai dan mencintai
ilmunya adalah perkara sulit. Apalagi di zaman modernisasi ini, siapa saja bisa
menyamar. Menjadi polisi, tentara, dokter, dosen, ekonom bahkan ahli agama.
Belajarlah ilmu
agama dari seorang ulama atau kyai, jangan hanya belajar melalui buku dan media
sosial apalagi kepada ustadz-ustadz yang suka membenci sesama. Begitupun dengan
ilmu lainnya, carilah guru yang benar-benar menguasai bidangnya. Karna di
situlah kita akan menemukan muara ilmu yang indah, di dalamnya kita bisa merasa
senang dan semakin mengagungkan nama Tuhan. Bukan malah membuat hati resah karna
ujaran kebencian.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Malang, 13 Februari 2019
0 komentar:
Posting Komentar