Oleh Dyah Ayu Fitriana
Seperti yang diceritakan ustad
saya, suatu hari Syaikhona Kholil Bangkalan tiba-tiba berhenti dan terdiam
ketika membacakan sebuah kitab. Santri-santri beliau dalam hati bertanya ada
apa gerangan? namun tidak ada satu pun yang berani menanyakan. Pengajian
terhenti lama untuk kemudian diakhiri oleh sang guru. Usai kejadian tersebut
ada salah satu santri yang akhirnya berani bertanya tentang diamnya Syaikhona Kholil
ketika mengajar. Beliau menjawab “Bab yang hendak kubaca tadi adalah sesuatu yang
belum kulakukan. Maka aku tidak berani untuk mengajarkannya.” Begitu
berhati-hati kyai dan guru sebagaimana dicontohkan oleh Syaikhona Kholil
membuat tidak heran jika hampir semua muridnya menjadi ulama besar. Salah
satunya tentu yang sangat kita kenal yakni KH. Hasyim Asy’ari.
Sebagai seorang guru tak jarang
kita menuntut untuk dihormati oleh murid, meminta diperhatikan agar ilmu bisa
masuk, kesal ketika murid tak kunjung bisa dan banyak hal lain yang kita
limpahkan pada murid. Kita meminta mereka menjadi murid yang baik, tapi apakah
kita sudah menjadi pengajar yang baik? Tak banyak yang menyoal adab guru kepada
murid, padahal jika dicermati maka banyak hal yang harus dipenuhi oleh guru
agar muridnya bisa menjadi murid yang berkualitas. Ada beberapa hal yang
dituliskan oleh KH. Hasyim Asyari sebagai bekal menjadi guru yang baik yang
akan dibahas satu-satu di sini.
Pertama, mengawali dari dalam diri
sendiri. Menjadi guru yang baik tentu diawali dari menjadi individu yang baik. Hal
yang paling utama adalah senantiasa mengingat bahwa Allah melihat kita, Allah
yang menyempurnakan dan memberi ilmu serta segala kelebihan pada kita. Mengapa
harus demikian? Mengingat-Nya membuat kita selalu menjaga apa yang masuk ke
dalam perut kita. Guru yang baik akan memastikan bahwa apa-apa yang dimakan
adalah hal yang halal baik dari asli bendanya maupun cara mendapatkannya. Ketika
yang masuk adalah hal-hal baik yang halal maka badn akan ringan untuk melakukan
perintahnya. Mengingat bahwa Allah yang memberikan ilmu akan menjadikan
senantiasa rendah hati, meyakini bahwa ketika murid menjadi cerdas adalah
karena kuasa Allah, dan tak marah ketika murid tak bisa, karena itupun tak
luput dari ijin Allah.
Menjadi guru yang berkepribadian
baik juga berarti menjaga dirinya, menjaga untuk melakukan apa yang diucapkan
dan diajarkan kepada muridnya. Menjaga diri berarti menghindarkan diri dari
fitnah. Mengapa? Karena guru menjadi contoh dan role model bagi murid-muridnya.
Sebisa mungkin apa yang dinasehatkan kepada murid adalah hal yang juga bisa
dilakukan oleh guru, apa yang dilarang kepada murid guru juga senantiasa
berusaha untuk tidak melakukannya. Mengajar dengan memberikan teladan adalah
cara yang paling baik.
Kedua, yakni adab guru di dalam
majlis atau kelas. Pesan pertama yang disampaikan oleh KH. Hasyim Asy Ari
adalah menggunakan pakaian rapi suci dari hadas dan najis. Guru hendaknya
memulai kelas dengan berdoa, selalu berkhusnudzon pada anak yang hadir maupun
yang tidak dapat hadir. Selain itu hal yang sangat perlu guru perhatikan adalah
bagaimana selalu menjaga adab ketika berbicara di depan umum serta tidak malu
jika tidak tahu tentang suatu hal. Terkadang sebagai guru ada perasaan malu
jika murid bertanya dalam forum dan kita tidak tahu, demi menutupi itu
terkadang ada yang sampai mengarang jawaban seadanya, bahkan ada yang sampai
salah memberikan jawaban. Jika suatu kesalahan keluar dari diri guru, maka
murid akan tetap memegangnya sebagai kebenaran, hal ini yang menyebabkan kesesatan.
Maka seperti banyak ulama dulu melakukannya, tidak malu menjawab pertanyaan
dengan kalimat Anaa laa adrii (saya tidak tahu) Wallahu
a’lam.
Ketiga, yakni adab guru kepada
muridnya. Ini yang terkadang masih berlaku searah yakni dari murid ke guru dan
guru kurang memperhatikannya. Padahal proses belajar dan mengajar adalah
terjadi secara dua arah dan keduanya sama-sama menjaga perilaku demi turunnya
keberkahan. Guru harus meniatkan mengajar karena Allah dan menghindari
keinginan yang sebatas ingin mendapatkan harta dan hal-hal dunia menggelayuti
hatinya. Tidak cukup di situ guru yang baik akan membawa nama murid-muridnya ke
atas sajadah di setiap usai sholat dan munajat malam hari. Guru yang baik
selain memberikan rasa kasih sayang kepada muridnya, memmberi nasihat dan contoh
terkait akhlak yang baik kepadanya, juga mengusahakan sambungnya batin lewat
doa.
Maka sangat penting mengikuti
hal-hal diatas demi menjadi guru yang baik. Guru yang baik bagaikan lentera
yang menyinari yang darinya akan hidup lentera-lentera yang lain. Mengajar,
memberi contoh dan Berkarya menuliskan ilmunya demi keberlanjutan apa yang
dibawanya. Menjadi guru yang patut ditiru adalah memperbaiki diri secara
pribadi, menjaga apa yang masuk ke dalam perut dan timbul dalam hati.
Membiarkan orang tahu kalau ada satu dua hal yang ia tidak tahu, dan meniatkan
segalanya karena Allah maka darinya akan berserah diri mendoakan demi
keberkahan yang akan datang pada murid-muridnya.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Terus berjuang di dunia pendidikan smoga Allah senantiasa memberkahi kita
BalasHapus