Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Merantaulah..
“Melangkahkan
kaki meski tertatih, menanggung asa, tangisan, dan sejumlah rasa meski belum
terlatih, begitulah dia pergi meninggalkan keluarga, sahabat dan kerabat demi
mendapatkan ilmu semata dan demi sebuah pengalaman yang tak terlupakan, siapa
gerangan ? Ya, semua itu tentang perantau, merantau pergi untuk memperbaiki
diri”
Merantau
dapat diartikan “pergi” keluar dari zona nyaman, mendobrak kebiasaan moral di
lingkungan berbeda, belajar mandiri untuk diri sendiri, dan harus beradaptasi lagi
bersama orang yang tidak kita kenal sama sekali. Bukanlah hal yang mudah untuk
keluar dari zona nyaman bahkan harus meninggalakan orang tersayang di kampung
halaman, meskipun berat melangkah namun dari sinilah kita harus belajar untuk
ikhlas mencari ilmu ilahi dan ilmu duniawi
Merantau dengan niat mencari ilmu sangat diutamakan
karena sejatinya menuntut ilmu merupakan pekerjaan abadi manusia sepanjang nafasnya
masih berhembus. Sebagaimana hadist yang sangat masyhur dikalangan para
penuntut ilmu “ tuntutlah ilmu dari dalam kandungan sampai ke liang lahat”,
esensi dari hadist ini bahwa dalam hal menuntut ilmu tidak ada batas usianya
kapan pun dan dimana pun
Dalam
sejarah islam pun banyak ulama’ islam yang berpergian untuk menuntut ilmu di
negeri orang hanya untuk mendapatkan satu ilmu, dalam suatu riwayat seorang
tabi’in terkenal bernama Said bin Al – Musayyab rahimullah pernah berkata bahwa
:
إن
كنت لأسير الليالي والأيام في طلب الحديث الواحد
“Sesungguhnya aku berjalan berhari-hari dan bermalam-malam untuk mencari satu hadits.”
Begitu
pun dengan seorang imam Syafi’i, imam
besar yang mempunyai keunggulan dan kecerdasan akan seluk beluk ilmu tentang
agama islam pernah bersyair yang merupakan nasehat kepada penutut ilmu agar merantau
meninggalkan kampung halaman dan menutut ilmu dari berbagai kalangan dan dari
tempat yang berbeda. Sebagaimana syair beliau :
مَا
فِي المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ
أَدَبٍ
مِنْ رَاحَةٍ فَدعِ الأَوْطَانَ واغْتَرِب
سَافِرْ
تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفَارِقُهُ
وَانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّي
رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءَ
يُفْسِدُهُ
إِنْ سَاحَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
وَالأُسْدُ
لَوْلَا فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ
وَالسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبْ
وَالشَّمْسُ
لَوْ وَقَفَتْ فِي الفُلْكِ
دَائِمَةً
لَمَلَّهَا النَّاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنَ عَرَبِ
وَالتُرْبُ
كَالتُرْبِ مُلْقًى فِي
أَمَاكِنِهِ
وَالعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنْ الحَطَبِ
فَإِنْ
تَغَرَّبَ هَذَا عَزَّ
مَطْلُبُهُ
وَإِنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كَالذَّهَبِ
Merantaulah…
Orang berilmu
dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).
Merantaulah…
Kau akan
dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air
menjadi rusak karena diam tertahan..
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang
Singa jika tak
tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akam kena sasaran
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akam kena sasaran
Jika matahari
di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Bijih emas tak
ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
Jika gaharu itu
keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.
Merantaulah…
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.
Merantaulah…
Orang berilmu
dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang)
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang)
Oleh
: Ira Safira Haerullah
Membaca adalah membuka pikiran kritis, menulis adalah mengalirkan ilmu. Teruslah menulis maka kau akan tau dimana paragraf yg mesti diasingkan. Karya tanpa kritik membuat kita selalu berada di tebing tinggi, tapi ingat implementasi juga penting. Good
BalasHapusMembaca adalah membuka pikiran kritis, menulis adalah mengalirkan ilmu. Teruslah menulis maka kau akan tau dimana paragraf yg mesti diasingkan. Karya tanpa kritik membuat kita selalu berada di tebing tinggi, tapi ingat implementasi juga penting. Good
BalasHapus