
By : Siti Khoirun Niswah
Pesantren
merupakan tempat untuk mencari ilmu, khususnya ilmu-ilmu agama. Dalam pesantren
santri dicetak menjadi insan yang paham tentang ilmu agama mulai dari
segi akhlak, segi ketauhidan, segi ibadah dan masih banyak lagi. Dalam
hal ini peran pondok pesantren sangat penting, khususnya untuk mencari
pengalaman dan pengetahuan. Seperti yang banyak diketahui, ada pesantren salaf
dan pesantren modern. Dalam pesantren salaf, sebagian orang mengatakan pesantren
yang penuh dengan ngaji kitab kuning, dan disini santri harus meguasai
materi-materi pembelajaran kitab kuning. Mulai dari membaca kitab kuning,
pemahaman dalam kitab kuning dan pengamalan dari kitab kuning. Sedangkan
pesantren modern, biasanya lebih mengedepankan tentang seni. Diantaranya, seni
berbicara menggunakan bahasa arab, bahasa inggris, dan mungkin beberapa bahasa
lain yang di implementasikan pada pidato, debat, berpuisi, drama, dan lain-lain.
Bahkan bahasa ini terkadang menjadi kewajiban bagi santri, namun juga tetap
berpondasi pada pembelajaran agama islam.
Telah
diketahui, berapa banyak pondok pesantren yang berbasis salaf ataupun berbasis
modern di Jawa Timur. Lalu bagaimana dengan pondok literasi, dimana pondok pesantren
yang mengedepankan literasi namun juga tetap menghidupkan kajian-kajian kitab
kuning? Yah, salah satunya pondok pesantren Darun Nun Malang. Pondok pesantren
Darun Nun merupakan pondok pesantren yang berbasis berbahasa dan berkarya,
salah satu bentuk berkarya adalah menulis. Bahkan hal menulis menjadi kewajiban
bagi seluruh santri Darun Nun. Apakah kegiatan yang lain seperti
berbahasa,sholat berjamaah dan ngaji ta’lim tidak wajib? Tetap wajib.
Pondok pesantren tanpa adanya sholat jamaah dan ta’lim tidak bisa disebut
pondok pesantren. Pondok Pesantren Darun Nun merupakan pondok pesantren yang
juga belajar bermasyarakat. Dikarenakan pondok pesantren Darun Nun berada
ditengah-tengah perumahan, dibawah yayasan Masjid Baiturrahman, jadi selain
berbahasa dan berkarya juga diterapkan belajar bermasyarakat. Para santri ikut
andil dalam kegiatan masyarakat seperti, kegiatan kerja bakti di masjid,
kegiatan keta’liman di masjid, dan kegiatan lain yang dibentuk oleh masyarakat,
seperti qobdar diba’ (pembacaan diba’ antar rumah warga), khotmil quran
antar rumah (bila diundang), dan lain-lain.
Menimba
ilmu disertai dengan berbahasa, berkarya dan bermasyarakat merupakan salah satu
tujuan santri untuk mondok di Pondok Pesantren Darun Nun. Perlu diketahui,
sebagai mahasiswa tidak bisa memakai Pondok Pesantren sebagai pusat belajar
saja. Akan tetapi kita juga harus menggunakannya sebagai tempat untuk berkarya dan
aktif dalam berinovasi. Sebab seorang mahasiswa merupakan seseorang yang menginjak
pada langkah kedewasaan. Dimana sikap orang dewasa adalah tanggung jawab, aktif, dan harus
bisa memunculkan ide-ide bagus untuk generasi kedepan yang lebih baik. Jangan
kita samakan dengan masa-masa kita pada saat duduk di bangku SMP/SMA lagi.
Dimana usia-usia tersebut, para santri memiliki aktivitas yang padat mulai dari
berangkat ke Sekolah, belajar, pulang sekolah mengikuti kajian di Pondok,
dilanjutkan dengan mengaji Al-Quran, mengerjakan PR, sholat jamaah, mengikuti segala
peraturan yang ada, hal itu berkelanjutan mulai hari ahad sampai kamis, dan
hari jumat waktu untuk libur. Nah, aktivitas seperti itu merupakan kegiatan
persiapan bagi seorang untuk menuju pada jenjang mahasiswa.
Seorang
mahasiswa juga harus bisa memposisikan dirinya sebagai seseorang yang bisa
membangun ide-ide cemerlang untuk menuju ke arah yang lebih bermanfaat dan
lebih baik. Menjadi santri sekaligus mahasiswa atau sebaliknya menjadi
mahasiswa sekaligus santri bukan menjadi
kendala untuk memiliki pola pikir yang lebih maju. Dengan menjadikan
diri sebagai santri akan lebih memperkuat pengetahuan tentang
agama islam. Tidak perlu menganggap bahwa menjadi santri sekaligus mahasiswa mengganggu
aktivitas kuliah. Adanya keta’liman, sholat berjamaah di Pondok
Pesantren sebenarnya menjadikan diri seseorang lebih disiplin. Bahkan seseorang
yang memposisikan dirinya sebagai mahasiswa sekaligus santri akan mampu
berinovasi dan berenterprenour jika memilki tekat yang kuat dan
sunggung-sungguh bekerja keras.
Jika
pola pikir mahasiswa dan santri digabungkan maka akan menjadi ide yang brilian.
Artinya disinilah peran seseorang ketika dirinya berstatus sebagai mahasiswa
sekaligus santri. Enterprenour tetap menjadi prioritas namun tidak menghindari
hukum-hukum yang berlaku sesuai tuntunan ajaran islam. Lalu bagaimana cara
mahasiswa yang nyantri tersebut tidak pengangguran? Sekarang ini bukan
zamannya seseorang susah dalam berbisnis. Banyak sekali media sosial yang dapat
dijadikan sebagai bahan untuk berbisnis dalam tanda kutip “positif”. Seorang
mahasiswa yang sekaligus nyantri dapat mengisi aktivitas tambahan
seperti mengajar les kerumah-rumah. Ketika seseorang memiliki kemampuan bagus
dalam berbahasa arab atau inggris, dapat juga membuat lembaga kursus
kecil-kecilan, misalnya. Dengan begitu mereka dapat menggali kemampuan untuk
bekal setelah lulus kuliah. Jadi untuk mengasah kemampuan dan pengalaman tidak
harus bekerja pada orang lain atau bekerja di perusahaan yang besar. Contoh
yang lain dapat juga mencoba berbisnis rajut, mereka yang memiliki kemampuan
dan ketelatenan untuk merajut dapat dikembangakan dengan memproduksi rajutan
misalnya tas, hiasan dinding, taplak meja yang dimana kegiatan tersebut tidak
menganggu aktivitas di Pondok Pesantren. Namun jika tidak memiliki kemampuan
dalam bidang ini, jangan berkecil hati. Youtube salah satu alternatif untuk
mengasah kemampuan tersebut. Semua bisa dicoba jika kita bertekat untuk bisa
mengembangkan kemampuan. Awalnya hanya melihat-lihat youtube bagaiamana cara
merajut, selanjutnya dapat mencoba membeli bahan-bahannya. Karena bahan yang digunakan
untuk merajut pun sesuai kantong mahasiswa, karena hanya menggunakan benang dan
jarum songket. Hal tersebut bisa dilakukan saat libur kuliah atau libur pondok.
Setelah berjalan bisnis tersebut dapat diposting pada media sosial seperti
instagram, whatsapp, line dan lain sebagainya. Sekarang tidak ada lagi alasan untuk tidak mencoba dan memberanikan diri menjadi
seseorang yang sukses dengan menyantri di Pondok Pesantren.
0 komentar:
Posting Komentar