Siti Fathimatuz Zahro'
Apa
yang anda cium setelah memakan buah durian?
Cukup
anda menjawab sendiri dan disini saya tidak menjual buah durian.
Pernahkah anda mendengar ungkapan bahwa “Barang siapa bergaul
dengan penjual parfume maka ia akan berbau wangi dan barang siapa yang bergaul
dengan pandai besi maka ia akan berbau asap”.
Saya rasa sangat sering ungkapan tersebut diucapkan. Lantas
bagaimana anda mengartikannya? Saya menggunakan topik pembahasan mengenai
tingkah laku dan kepribadian. Saya mencoba menanyakan kepada beberapa orang
mengenai makna tersebut dan sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa jika
berteman dengan orang baik maka akan katut baik dan sebaliknya jika
berteman dengan orang tidak baik maka akan ikut tidak baik. Nah disitu saya
berpikir, semudah itukah mereka mengatakan? Lalu bagaimana dengan orang buruk
yang berteman dengan orang buruk, sekiranya dari mana mereka mendapatkan
pencerahan kebaikan? Kebaikan versi mereka, dengan kebaikan ‘orang baik’ bisa
jadi akan berbeda. Dan bagaimana orang baik berteman dengan orang baik hingga
memaknai sebuah keburukan. Ada ungkapan yang pernah saya dengar bahwa untuk
melihat sebuah kecantikan maka perlu adanya untuk menjadi cantik terlebih
dahulu.
Ada sebuah
pengamatan yang telah dilakukan oleh seorang guru di Bululawang Kab. Malang
tentang sekelompok anak punk yang masyarakat umum tahu hanyalah komunitas
anak-anak yang berpakaian serba hitam, rambut mohawk, bahkan hingga
mereka tidur diteras toko. Memang sering yang terlihat, mereka numpang
kendaraan-kendaraan bak terbuka seperti truk, pick up, dll untuk menumpang
perjalanan sehingga membuat masyarakat yang melihat menjadi terganggu. Tidak
jarang pula ada beberapa perempuan yang berada dikomunitasnya lengkap dengan
aksesoris yang melekat khas mereka. Make up yang identik dengan
warna-warna gelap dan bold di area mata membuat mereka terkesan sangar.
Jangan dikira mereka tidak memiliki keluarga. Mungkin saat itu meraka
memerlukan ‘dunianya’ untuk menemukan jati diri. Namun siapa sangka dibalik itu
semua ada jiwa sosial yang tinggi. Menurut pengamatannya mereka gemar melakukan
galang dana sosial, menolong orang-orang yang kendaraanya mogok dijalan, serta
membantu mengatur lalu lintas ketika lampu merah padam. Apakah sekiranya
kebaikan-kebaikan seperti itu luput dari pandangan kita?
Seperti ungkapan
hadist diatas, bagaimana menurut anda tentang komunitas ini? Apakah seolah-olah
‘jangan berteman dengan mereka?’ atau bahkal untuk mengenal pun kita membatasi?
Menurut saya, jika anda enggan berteman atau sekedar mengenal saja tidak mau,
silahkan. Itu hak anda. Namun sekiranya ubahlah sorot mata anda ketika melihat
mereka. Anggaplah mereka sebagian dari masyarakat. Padahal dalam kaidah sosial,
hukuman paling berat yang diterima oleh individu adalah dimana ia menerima
pengasingan. Dimana ada dan tiadanya ia tidak memberikan pengaruh bahkan
dianggap tidak ada. Lantas untuk apa dia ada?
Jika diera seperti
ini kita menerapkannya secara tekstual, lantas siapa yang akan berteman dengan
orang-orang yang memiliki track record buruk? Siapa yang akan mengajak
mereka menuju kebaikan bahkan hingga mereka dikucilkan dalam lingkup
masyarakat? Tugas ini bukan murni sebagai tugas Dinas Sosial atau Pusat
Rehabilitas Anak. Semua lingkup masyarakat harus ikut berperan. Setidaknya
menganggap mereka ‘tetap baik’. Dengan cara itu saja sudah membuat mereka
merasa “ada” ditengah-tengah lingkungannya.
Mari saling mengulurkan
tangan untuk mengetahui definisi “baik” menurut mereka dan “baik” menurut kita J
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar