Picture from: facebook.com
Oeh:
Nur Sholikhah
Manusia dalam
hidupnya selalu menginginkan yang terbaik, hidup dalam harapan-harapan yang ia
ciptakan sendiri, tumbuh berkembang bersama tujuan hidup yang sudah tertanam di
hati. Manusia selalu memiliki rencana-rencana untuk kehidupan di masa yang akan
datang, ia pintar menyusun apa yang akan dilakukan, ia bisa merencanakan
tentang masa depannya, tentang pekerjaannya, bahkan tentang alur kehidupannya.
Namun, manusia hanya sebatas perencana. Ia tidak bisa menjalankan rencana
tersebut tanpa seizin-Nya.
Semua kembali pada sang pencipta,
pemilik kehidupan ini. Rencana-rencana terbaikpun hanya akan menjadi wacana
tanpa belaian tangan Tuhan. Sudah berapa kali rencana kita yang gagal? Sudah
berapa kali harapan kita tak sesuai dengan kenyataan? Sudah berapa kali impian
kita harus terkandaskan? Tapi jangan berburuk sangka pada-Nya meskipun kita terkadang
sering merasa kecewa.
Tuhan lebih mengerti tentang
kehidupan yang kita miliki, Ia lebih tahu apa yang terbaik untuk kita dan
pastinya Tuhan lebih paham kapan kita harus tersenyum bahagia. Mungkin Tuhan
sengaja menunda keinginan kita karna Ia sedang menguji kesabaran dan keimanan
kita kepada-Nya. Tuhan bisa jadi menyembunyikan sesuatu yang lebih berharga
dari apa yang kita inginkan. Tuhan juga sering membelokkan alur rencana kita,
menggantinya dengan cara lain. Tapi di balik itu semua Tuhan sedang
mempersiapkan rencana yang lebih baik daripada rencana yang kita miliki saat
ini.
Sebuah contoh kecil dari kejadian
minggu ini. Sudah 2 kali berturut-turut aku berencana untuk menemui seseorang
yang sangat penting. Beliau adalah informan kunci untuk penelitianku. Rencana
pertemuan sudah tersusun, bahkan apa yang harus aku bicarakan sudah tertulis di
otak. Waktu dan tempat sudah ditentukan dengan sangat jelas, di kantor beliau
pukul 9 tepat. Aku berangkat tanpa sempat berpikir bahwa rencana ini akan
batal. Dan ketika aku sudah berada di tempat sesuai dengan perjanjian, Tuhan
berkata lain.
“Selamat pagi, bisa bertemu dengan
bu Endang?”
“Maaf mbak, bu Endang baru saja
keluar karna ada panggilan mendadak dari dinas,”
“Mbaknya siapa?”
“Saya yang kemarin mau penelitian di
sini bu,”
“Oh, bu Endang memang barusan
berpesan bahwa beliau tidak bisa ditemui karna ada panggilan mendadak dari
dinas.”
Aku hanya mengangguk dan langsung
berpamitan pulang. Iya, memang kita hanya sebagai perencana. Semua kembali pada
ketetapan Tuhan. Tapi aku berusaha untuk tidak kecewa karna aku yakin
rencana-Nya pasti lebih indah. Aku tepiskan rasa bosan dengan berjalan-jalan di
sekitar kantor beliau. Melihat jalan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan
bermotor sambil menikmati musik dangdut yang mengalun merdu. Gerimis turun
dengan tenang dan aku mencoba menerka makna di balik rencana yang tertunda ini
melalui sentuhan lembut gerimis-Nya.
Ah mungkin kali ini persiapanku
belum matang untuk melakukan wawancara dengan beliau. Atau ada sesuatu yang lebih
penting dari rencanaku ini. Oh bisa jadi hari ini aku terlalu terburu-buru
untuk menyelesaikan tugas skripsi. Atau mungkin Tuhan memberiku hal lain yang
belum kupahami. Semua menjadi teka teki, tapi yang jelas karna kejadian itu aku
bisa menorehkan kata-kata yang sedang kau baca ini.
Malang, 24 Januari 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar