Berbagai polemik kehidupan mulai absurd, perpecahan diantara satu
kubu, perebutan kekuasaan, memamerkan aset kekayaan, dll. Beberapa tahun ini,
sejak ramainya isu pergantian presiden semakin banyak keganjalan yang muncul. Tentu
seharusnya seluruh warga tidak mempersalahkan masalah itu, karena jatah
kepemimpinan presiden hanya lima tahun. Begitu ricuhnya antara kubu a dan b
mempersalahkan keunggulan masing-masing calon. Tidak tentang itu, karena pada
hakikatnya yang terpenting adalah masa setelah dibaiat dan hasil kerja yang
telah diamanahkan.
Kekuasaan tentu tidak selamanya
abadi, ia juga berbentuk seperi roda yang selalu berputar, ada kalanya fase
kemajuan dan kemunduran. Seperi dinasti yang sangat besar pada zamannya, Dinasti
Abbasyiah dan Dinasti Umayyah yang begitu megah dan besarnya memiliki wilayah
kekuasaan yang sangat luas, harta berlimpah, memiliki panglima yang sangat
kuat, para kabinet yang dapat diandalkan. Akhir dari cerita kedua dinasti
tersebut adalah kemunduran dan muncul dinasti yang baru lagi.
Sesuai firman Allah QS Ali Imron
ayat 26 yang artinya :
“Wahai
Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa
atas segala sesuatu.”
Asbabun
Nuzul dari ayat ini, beberapa tafsir yang bersumber dari Ibn Abbas dan Anas bin
Malik, ketika Raulullah SAW masuk ke Kota Mekkah setelah ditaklukan, beliau
mengatakan bahwa ada saatnya imperium Romawi dan Persia akan ditaklukan oleh
umat islam. Mendengar perkataan tersebut, orang-orang Quraisy tidak percaya dan
menganggap remeh, mereka beralasan bahwa tidak cukupkah Mkkah dan Madinah
sebagai kekuasaan umat islam pada masa itu. Lalu turunlah ayat ini sebagai
peringatan dari Allah SWT.
Dari ayat
tersebut memaparkan bahwa Allah yang memiliki kekuasaan paling tinggi. Allah
berhak memberikan kekuasaan pada siapapun yang dikehendaki. Adakalanya Allah
memberikan kekuasaan sekaligus pangkat, ataupun satu dari padanya. Bagi Allah
sangat mudah melepas dan memberikan sebuah kekuasaan yang menurutNya perkara
yang sangat kecil.
Allah
jugalah yang memberikan kekuasaan kepada orang yang dikehendaki, juga
menghinakan kekuasaan yang kepada siapa saja yang patut untuk dihinakan. Orang yang
diberi kekuasaan adalah orang yang amanah, bertanggung jawab atas kepemimpinan
yang dipimpin, penolong yang jiwanya menguasai hati orang-orang dengan sikap
lemah lembutnya, memiliki keluasan ilmu yang bermanfaat. Sedangkan orang yang
diberi kehinaan ialah orang yang tidak bertanggung jawab terhadap amanah yang
sedang dipikulnya, memiliki dua sisi wajah, tidak ada kemuliaan yang patut
dibanggakan.
Manusia adalah
makhluk yang berbatas, karena pada hakikatnya seluruh makhluk digerakkan oleh
Allah. Namun, mereka berhak memilih pilihan yang mereka ingingkan. Tentunya jalan
yang diridhoi oleh Allah dan RasulNya, jalan yang membawa kepada kebaikan. Sehingga
manusia dapat memposisikan dirinya di tempat terbaik menurut tatanan kehidupan,
dan paham atas segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Tentulah diimbangi
dengan do’a kepada Sang Maha Segala, agar segala sesuatu yang Allah pilihkan
juga terbaik untuk kehidupan bersama.Mutiara Rizqy Amalia
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Luar biasa mbak mutiara
BalasHapus