Gonjang-ganjing
bumi Indonesia dikancah perpolitakan semakin membara walhasil kedua kubu saling menjatuhkan untuk
menang. Cari celah kesana kemari demi sebuah kesalahan lawan yang akan langsung
dibanting abis – abisan. Tak ada celah,
pembodohan publik berisikan konten-
konten berita hoax pun menjadi sebuah kelaziman. ironisnya para manusia langsung
percaya saja tanpa membolak – balik halaman duduk perkara yang tengah dibumi
mayakan.
Ujaran
kebencian dimana-dimana bahkan dijadikan ladang usaha bagi opnum – opnum kelebihan
bibir. Karena tren pasar sekarang adalah semakin dalam aib seseorang yang bisa
kita sebarluaskan maka akan menjadi
sebuah capain tertinggi dan kebanggan tersendiri bagi orang – orang yang mampu
menemukannya. Semakin benci berbagai
hayalak terhadap seorang pesohor yang lagi naik daun maka akan semakin bagus
untuk publikasi diri. Kalau dirasa kurang memuaskan untuk memecah belahkan keluarga,
segalan sentimen di uci coba mulai dari sosial ekonomi sampai berujung keputusan
yang sungguh berani yaitu membawa sentimen ras, suku, dan agama.
Teringat salah satu lagu yang sempat terkenal beberapa
waktu lalu yang menurutku sangat menyentuh dan sarat akan nilai berkehidupan
sekarang ini. Dalam bait ke-empat lagu tersebut terdapat lirik yang berbunyi
“ Saat
kejujuran sudah tak bersisa
Saat manusia hidup tanpa hati
Saat membenci terasa nyaman
Saling menyakiti terlihat wajar ”
Saat manusia hidup tanpa hati
Saat membenci terasa nyaman
Saling menyakiti terlihat wajar ”
Entah kenapa lagu milik Raisa yang berjudul
nyawa dan harapan itu terasa benar – benar akan terjadi, atau bahkan mungkin
sudah terjadi tanpa sepengetahuan dan sepemahaman kita. Perasaan Setiap hari
ada saja berita – berita yang tidak manusiawi diberitakan yang secara langsung menimbulakan
keresahan dalam diri masing-masing yang masih memiliki nyawa. Ternyata yang
semu itu seringkali menakutkan. Satu yang perlu diingat dunia
maya itu terkadang bersifat fatamorgana yang terlihat ada tenyata tidak ada, dan yang tidak ada di ada-adakan memanipulasi
Pikiran dan hati.
Mulailah
dengan mawas diri dalam menanggapi segala perkara dan kebijaksanaan dalam meyeimbangkan
rasa respek terhadap perilaku kritis. Jangan
sampai berat sebelah, itu tidak baik bagi kesehatan bangsa. Sebaris lirik terakhir dalam lagu tersebut
berbunyi “Beri nyawa segala harapan” pendapat pribadi mengatakan nyawa itu akan berkembang dan terpelihara jika
harapan berisikan kepastian bukan kebohongan dan kebodohan yang terlihat semu.
Na'an
Malang, 22 januari 2019
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar