picture from: heryant88.blogspot.com
Oleh:
Nur Sholikhah
Hujan turun begitu deras di tanah air puspawarna, petir
menyambar-nyambar, gemuruh suara guntur menggelegar. Di balik suasana yang
mencekam, ada hati yang risau. Siapa? Dan ia mulai bercerita.
Aku adalah sebuah
negeri yang sedang ribut memilih pemimpin. Orang-orang yang merasa punya nama
bergegas mencalonkan dirinya. Mereka mulai mengumpulkan pasukan untuk perang
suara. Berkali-kali pertemuan diadakan untuk menetapkan siapa wakilnya dan bagaimana
strategi jitu untuk mengalahkan lawan-lawannya. Ada yang mencari jalan dengan
cinta, namun kebanyakan lebih memilih mencari jalan melalui fitnah.
Berbagai media
diarahkan untuk mendukungnya, bahkan acara-acara besarpun dimanfaatkan untuk
mencari perhatian dan simpatisan. Antar pendukung satu dengan pendukung lainnya
saling bersuara, mengumbar janji dan menebar benci. Tak peduli dengan perasaan
rakyat yang terkadang tersakiti.
Apakah negeri ini
sudah dikuasai oleh emosi? Ketika satu pihak melakukan kesalahan, ia bisa
dihujat sana-sini. Tidak hanya melalui lisan tapi juga tulisan-tulisan yang
mengancam. Ah, terkadang keadaan terasa membosankan. Setiap hari masyarakat
dijejali dengan isu-isu yang tak penting, tentang perkataan-perkataan plesetan
para calon pemimpin, tentang hiruk-pikuk suara para pendukungnya, dan tentang
perdebatan panjang tanpa kesimpulan. Belum lagi di media sosial, kedua pihak
saling mencari kekurangan lawan untuk saling menyerang.
Ini seperti sebuah
permainan keegoisan, tak ada yang mau kalah. Harus terlihat gagah, menjadi yang
terbaik dan dianggap pahlawan di mata rakyat. Sedangkan rakyat tak bisa lagi berbuat
apa-apa, hanya bisa menonton sambil mendengarkan orasi-orasi, menerima rupiah lalu
pergi kembali.
Tangis itu pun
pecah di tengah teriakan semesta. Aku takut ia mulai rapuh dan goyah.
“Indonesia bersabarlah, situasi ini memang membosankan. Tapi jangan
takut, ada aku bersamamu yang akan berusaha menjagamu semampuku.”
Malang, 7 Desember 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar