Oleh:
Nur Sholikhah
10 November 1945,
peristiwa heroik terjadi antara rakyat Indonesia
dengan para penjajah. Semangat membela negara berkobar, di mana-mana rasa cinta
tanah air berkibar. Tidak hanya di Jawa, namun di seluruh pelosok nusantara.
Dengan tujuan yang sama rakyat bersatu, mempertahankan kemerdekaan yang baru 3
bulan berseru.
Para pahlawan itu menyulut
semangat rakyat, berteriak lantang, menyeru perlawanan. Rakyat tak boleh
menyerah, rakyat tak boleh pasrah. Bangsa kala itu sudah merdeka, hanya saja
sang penjajah belum terima. Maka sebagai warga negara wajib mempertahankannya.
Meski mereka tahu konsekuensinya ialah bertaruh nyawa. Tapi itu dianggap lebih
mulia, daripada hidup tapi tak berbuat apa-apa.
Rakyat telah lupa identitasnya,
yang diingat hanya kita adalah saudara sebangsa yang haus akan kemerdekaan yang
sesungguhnya. Mereka lupa bahwa ada beda, ras, suku, agama, kasta juga rupa.
Semangat membela tanah air telah menyatukan segalanya. Sang penjajah harus
dilawan, tak boleh dimanja. Indonesia bangsa yang kuat dan pemberani, tak
pantas jika senantiasa harus mengalah dan tersakiti.
Pertumpahan darah terjadi, nyawa
manusia melayang akibat pertempuran. Rakyat berkorban demi kemerdekaan Indonesia
bertahan. Mereka sungguh pemberani, mereka lah pahlawan negeri, tak menuntut
imbalan atau hanya sekedar puja-puji.
Kini
kemerdekaan bangsa diakui, ia sudah berdikari selama 73 tahun lebih. Dan
peristiwa pertempuran itu telah menjadi kenangan bangsa yang berharga, tentang
persatuan dan nasionalisme yang tinggi. Ini patut dijaga, rasa senasib dan
seperjuangan berhasil membawa Indonesia bersama mempertahankan kemerdekaannya. Lalu
apa yang harus dilakukan kini untuk menghargai jasa para pahlawan bangsa?
menunduklah sejenak, doakan mereka dan rasakan betapa persatuan bangsa saat itu
begitu kuat. Dan tekadkan diri kita untuk senantiasa menjaganya, NKRI harus
senantiasa utuh, NKRI tak boleh terbelah. Mari tebar kedamaian, jangan
pedulikan perbedaan meski beda pilihan. Kita adalah Indonesia yang kuat, jangan
menjadi lemah hanya karna isu SARA apalagi soal pilihan pemimpin negara.
Selamat hari
pahlawan untuk yang mengaku cinta Indonesia!
Malang, 10 November 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar