oleh: Savinatul Jannah
Nyantri alias yang dikenal santri adalah impian sebagian
anak. Mungkin juga rencana lama dari sebagian orangtua… Tunggu duluu sebenernya
kepanjangan santri itu apaa sihh.? Kini kita dapat merangkai dan menjawab teka
teki mengapa saya harus bersyukur menjadi santri. Saya telah temukan hal hal
baik ini.
Sin: satrul al
aurah ( menutup aurat)
Nun : naibul ulama( pengganti ulama)
Ta’: tarku al ma’ashi( meninggalkan ma’siat)
Ra’: Raisul ummah(pemimpin ummat)
Menjadi santri itu prihatiin. Makan seperlunya. Ingat teman
dan ingat waktu. Makan untuk hidup,bukan sebaliknya. Perlu istiraharat tapi
perbanyak istirahat. Dawuh ustad “ Tirakat
mu hari ini adalah penentuan masa depanmu” . Gambaran itu masih terlihat di banyak
pesantren sampai saat ini.
Santri perempuan
mereka berpakaian panjang sampai menutup mata kaki dengan penutup kepala
yang tidak bisa di lepas. Dalam kehidupan yang realita santri putri lebih rajin
dari pada santri putra… mereka menyapu, mencuci pakaian,dan menjemur kasur.
Lain
halnya dengan Santri putra yang bersarung, itu rumusan pertama yang di
pelajari dan di rekam mata saya di hari pertama tinggal di pesantren.celana
jeans bahkan tidak bisa dipakai. Baju lengan panjang dengan kerah tegak adalah cirri lainnya. Ada yang menyebutnya
baju kokoh atau baju muslim.
Ada juga yang bilang,
santri itu identik dengan lapar, hehehe.. santri yang lapar juga tidak bisa
langsung makan seperti selama ini yang kita terbiasa di rumah,, yang begitu
enak…perut berbunyi, tinggal buka saji diatas meja makan dan mengisi nasi
dengan lauk lengkap. Santri mana bisa begitu. Makan aja pakai jadwal mau makan
tetap harus masak sendiri sendiri atau berkelompok.
Hidup menjadi santri
itu membawa kita untuk belajar menjadi sin :satrul al aurah. Ada aturan
tentang berpakaian. Dawuh ustad “ kita harus belajar menutup aurat”. Aurat kita
bukan cuman dengkul. Percuma dengkul
kita di tutup tapi otak pembentuk pikiran liar menjalar seperti tidak pernah
diajar…
Jangan plirak- plirik
yang unfaedah,plester mulutmu ketika susah di control juga bersihkan pikiran mu dari keinginan yang
buruk dan tata hati mu di saat gundah gelisah.
Santri juga akan
mengerti masalah Nun: naibul ulama. Santri adalaha penggantinya
ulama. Saya yakinkan bahwa saya mondok
karena mao berguru kepada para kyai dan saya niatkan juga mengosongkan pikiran
dan menghilangkan kebodohan yang ada pada diri saya.
Saat mondok, saya
makin dekat dengan teman teman dan paham karakter setiap orang. Tidak semua
langsung cocok . tapi justru di hari itu saya belajar tentang Nun: naha anil
munkar artinya jauhi kemungkaran.
Tau kan apaa itu
kemungkaran..? mungkar adalah ingkar. Mungkar juga perbuatan yang diingkari
oleh akal. Rasa marah yang akut, ringan tangan dalam arti suka main tangan dan
bersikap tinggi hati di hadapan orang
lain. Akhlak ini semuanya ditolak akal sehat dan tidak dibolehkan oleh agama.
Kali ini saya
akan mau merangkai satu deret nilai unggul santri. Perilaku, cara berfikir,
cara hidup, dan cara masyarakat. Sejatinya pesantren adalah sekolah kehidupan. Inilah
nilai unggul santri sesingkat yang saya rasakan .
1.
Mandiri
Meskipun saya mengalami masa masa di suapin
,di manja, ketika saya mejadi santri pertama kali di pondok pesantren
at-tholibiyah Tegal,Jawa Tengah. Orang tua saya memasukkan saya ke pesantren
itu.
Santri itu mencuci sendiri. Semuanya, mulai dari menguras kamar
mandi,merapikan kamar tidur sehingga menyapu seluruh ruangan yang ada di dalam
pondok. Santri itu memasak nasi sendiri, nyeplok telor sendiri itu pun kalo
abis gajian hehehe.. nah sudah pastikan santri itu mandiri
2.
Solidaritas
Solidaritas terbentuk secara alami di
pondok, mana ada santri yang tak pernah minjam uang? Pasti iyakan,,,karena
sekaya apapun santri selalu ada masalah dengan keuangan, entah kiriman uang
datang telat atau habis sebelum tanggalnya. Saya paling sering mengalami kasus
yang kedua itu, uang habis sebelum tanggalnya. Bukan karena kurang tapi saya
memang royal dan boros. Kekompakan itu akhirnya membentuk saya untuk menemukan teman teman dekat,sebutlah semacam
kelompok. Bersama mereka saya masak bareng, nyuci baju bareng, saling berbagi
sampo, sabun ataupun makanan.
3.
Kedisiplinan.
Disiplin tak lain dari ketaatan atau
kepatuhan kepada peraturan pondok. Masuk
pesantren pun demikian. Santri tunduk dengan peraturan yang ada. Bisa jadi
selama 24 jam kita di pesantren waktu kita ditata dan diterbitkan. Jangan
harap bisa tidur siang bila antara dzhur
dan ashar ada jadwal kegiatan.
Kadang keberanian untuk melanggar hal tersebut muncul sekedar untuk
menunjukkan bahwa kita bukan anak cemen. Kadang juga karena di panas panasin
teman meskipun ujung ujungnya yang kena hukuman yaa sendirian. Semenjak itu
saya belajar dari pengalaman emas itu, bahwa didikan pesantren telah membentuk
diri dan karakter saya .
4.
Memaknai makna kehidupan.
Salah satu hal penting dari ilmu kehidupan
adalah adaptasi. Siapaun yang mampu beradaptasi maka dia akan hidup lama.
5.
Lebih paham ilmu agama.
Dimana lagi bisa mendalami ilmu agama
secara intesif bersama guru agama yang
sudah banyak makan asam garam kehidupan dan hidup selama 24 jam di lingkungan
agamis?
a.
Aqidah dan tauhid.
Pesantren akan menanamkan pembelajaran mengenai aqidah dan ketauhidan
kepada Allah yang termasuk rukun iman.
b.
Belajar tajwid.
Belajar
tajwid untuk mengenali dan membedakkan huruf huruf yang ada di al quran secara
benar dan fashih dengan sesuai makhraj huruf hijaiyah dari rongga mulutnya.
0 komentar:
Posting Komentar