Oleh : Inayatul Maghfiroh
Siang
ini sejuk, meski jam menunjukkan jam 12.00 siang tepat, seperti biasa aku
membiasakan diri mampir di sebuah tempat tepatnya di bawah pohon ceri, dimana
aku bisa kembali teringat masa kecilku yang pasti takkan pernah terulang lagi.melamun
dengan pemikiran penuh hayalan adalah salah satu kebiasaan yang tak bisa aku
tingalkan, entah mengapa demikian. Barangkali bagian dari impian yang suatu
saat akan terkabulkan. Dan hari ini aku tidak melamun, namun mengingat seorang
teman yang sering kali memberi motivasi untukku meski kadang harus mengejek
dulu.
Heyyy..(sambil
menepuk pundakku), teriaknya membuatku kaget.
Ehh..
jawabku kaget.
Hahahah....
Selalu
saja kau!!! jawabku kesal
Biarlah..
biar kau tak mudah lupa padaku hahah
Namanya Faiz,
lelaki jahil namun sejuk entah apa itu namanya. Aku tak melanjutkan kesalku,
sepintas percakapan, tiba tiba lewat seorang nenek tua dengan di bopong sebuah
tongkat tengah terbatuk batuk, Aku memandang nenek itu dalam dalam sambil membatin..
Bagaimanakah jika aku sudah tua nanti? Nyaris itu yang ku tanyakan pada diri
sendiri.
Tiba tiba temanku membuyarkan tatapan batinku
seputar nenek tersebut. .......
Jangan takut tua, takutlah masa mudamu tak berguna, katanya seakan benar benar tahu apa yang baru saja aku pikirkan.
Apa yang dikatakan selalu indah, namun tidak
jarang juga untuk mengetahui maksud yang dia katakan aku mempunyai banyak
sekali penafsiran.
Maksudmu bagaimana? Aku harus menjadi lilin
lilin yang melawan angin agar tampak bercahaya dan memberikan penerangan bagi
manusia manusia lainnya?
Jawabannya hanya senyum
Atau aku harus menjadi lilin harapan yang jika lilin lainnya tak menyala aku bisa membantu mereka kembali bercahaya?
Jawabannya tetap senyum
Atau aku harus bertahan meski tubuhku harus leleh namun masih tampak bercahaya memberikan penerangan?
Jawabannya hanya senyum
Atau aku harus menjadi lilin harapan yang jika lilin lainnya tak menyala aku bisa membantu mereka kembali bercahaya?
Jawabannya tetap senyum
Atau aku harus bertahan meski tubuhku harus leleh namun masih tampak bercahaya memberikan penerangan?
Ah jawabannya tetap senyum,
Namun kali ini aku memilih untuk diam , meski
sebenarnya banyak sekali yang ingin ku ucapkan
Jarak beberapa menit ia angkat bicara.
Jarak beberapa menit ia angkat bicara.
Apa yang kau katakan benar, kau harus mampu melawan angin yang kadang kali mengusikmu dengan do'a dan usaha, dan kau harus bertahan dengan cara apapun yang dengan cara itu menambah imanmu (maksudnya istiqomah), dan yang satu belum kau sebutkan kau juga harus bersyukur tentang apapun yang terjadi padamu karena semua tentang pemberian terimalah dan gunakan dengan baik baik. Apalagi waktu... Yang tiap detiknya menjadi penentu.
“biar ku
beri judul kisah ini” jawabku Sambil berdiri semangat
Apa hee?? Apa
Ah .. pasti saja mengejekku.
Gimana kalau “Lilin lilin
kecil melawan angin”
Hahah iya deh iya.. terbaik. Jawabmya yang selalu
mengesalkan.
Gak mau bicara lagi aku dah..jawabku sinis
Loh kenapa? Kan kamu bener...sekali lagi dia mengejekku.
Aku langsung berdiri dan meninggalkannya pergi,
namun ia mencegahku
"jangan cemberut cepet tua lo "
katanya sambil tersenyum sejuk
Tak takut tua, takut masa mudaku tak berguna, jawabku sambil Nelonyor pergi. Kemudian ku tengok kembali dan ia masih tetap di tempat sambil melambaikan tangan tanda perpisahan.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar