
By
: Siti Khoirun Niswah
Akhir ini beberapa bencana yang terjadi di Indonesia mengingatkanku
pada kejadian empat tahun silam, yakni meletusnya gunung kelud yang terjadi di
Kota Kediri. Bencana gunung meletus itu membuat tempat tinggalku terkena abu
vulkanik hingga bagian depan rumahku
sebagian rusak. Depan rumah dipenuhi abu vulkanik hingga beberapa warga merasa
sesak nafas dan seketika itu sekolah libur secara otomatis. Saat itu ku berada
di bangku kelas 12 Aliyah, yang sebentar lagi akan lulus dan melanjutkan untuk
kuliah.
Beberapa minggu kemudian saatnya
pendaftaran kuliah untuk jalur undangan baik bidikmisi ataupun mandiri. Saat
itu ku sangat bingung untuk melanjutkan kuliah. Bukan bingung mengenai jurusan,
namun bingung mengenai segi finansial. Ku begitu ingin kuliah, akan tetapi dari segi
finansial kurang mendukung. Adik laki-laki ku terkena sakit bronkitis
yang hasil diagnosa dokter karena
beberapa hari menghirup udara yang mengandung abu vulkanik. Sementara orangtua
juga harus memperbaiki sebagian rumah yang rusak. Lalu mendadak ibu ku terkena
penyakit ambeyen yang harus berbaring tak berdaya di rumah setelah pengobatan
dari dokter. Satu bulan sudah ibuku tak bisa berbuat apa-apa. Ku merintih,
ayahku bekerja seorang diri karna posisiku yang masih sekolah tak bisa
membantunya bekerja.
Namun walaupun begitu, cita-cita ku
untuk kuliah masih melekat dalam anganku yang entah kapan itu akan
tercapai. Saat itu ku memberanikan diri
untuk berbicara kepada orangtuaku mengenai keinginanku untuk melanjutkan
kuliah. Hasilnya, orangtuaku sangat mendukung keinginanku entah bagiamana
caranya, mereka yakin jika niat baik pasti ada jalan tuk mencapainya. Hari demi
hari terus berjalan, semakin mendekati pendaftaran masuk kuliah jalur undangan.
Orangtuaku bertanya kepadaku mengenai
jurusan yang ku pilih. Ku ingin mengambil jurusan Bahasa Arab walaupun waktu
itu jurusanku adalah Ipa. Lalu ayahku bertanya, dimana kampus yang ku inginkan
dan berapa biaya pendaftarannya. Aku menjawab ingin di UIN Maliki Malang, namun
jika dari segi biaya tidak cukup ku bersedia kuliah di Kediri saja.
Saat itu sempat ku pesimis, UIN Maliki
Malang bagi orangtuaku sepertinya berat. Karena dari beberapa info yang ku
dapat dari sepupu, di UIN Maliki Malang akan dikenai biaya asrama satu tahun ayahku
harus menyiapkan biaya kurang lebih sekitar 10 juta lebih untuk biaya kuliah
dan kebutuhan hidupku di Malang. Ku meyakinkan ayahku, bila di UIN Malang
mahasiswa bisa mendaftar beasiswa setelah lulus seleksi baik undangan ataupun
seleksi tes tulis. Saat itu ku bertekat tuk mengambil jalur undangan. Dengan
segala tekat, ku mengumpulkan berkas-berkas sendirian sampai diterjang hujan
hingga terserang demam dan flu. Tekad ku sudah bulat ku ingin kuliah di
UIN Maliki Malang dengan jurusan Bahasa Arab. Di UIN Maliki Malang ada dua jurusan bahasa
arab, PBA (Pendidikan Bahasa Arab) dan BSA (Bahasa Sastra Arab). Pada saat itu
ku tidak tahu apa bedanya, yang ku tahu PBA berakreditasi B, sedangkan BSA
berakreditasi A, Akhirnya ku memilih jurusan BSA.
Segala berkas sudah dikirimkan oleh
guruku di sekolah melalui via online. Setelahnya ku menunggu pengumuman dan
berdoa dengan sungguh-sungguh agar diterima di kampus UIN Maliki Malang dengan jurusan
Bahasa Arab. Walaupun sebenarnya kemampuanku di Bahasa Arab masih lemah. Ada
tujuan yang tak bisa ku ungkapkan mengenai pengambilan jurusan ini. Setelah menunggu sekitar satu
bulan, akhirnya tibalah pengumuman itu. Hasilnya sangat membuatku bahagia.
“selamat anda lolos sebagai mahasiswa UIN Maliki Malang dengan jurusan Bahasa Sastra
Arab”. Betapa senangnya hatiku mengetahui pengumuman itu. Seketika itu
kebahagiaan terlihat pada raut kedua orantua ku. Seperti dari info yang telah
ku dapat, mahasiswa yang lulus seleksi jalur undangan, dapat mendaftarakan
beasiswa bidikmisi.
Perjuanganku tidak berhenti sampai
disitu. Ku bertekad berangkat ke Malang sendirian naik bis yang sebenarnya ku
tidak tahu dimana letak kampus UIN Maliki Malang. Saat itu ku belum mempunyai
handphone yang bisa untuk melacak lokasi. Akhirnya ku mengikuti arahan dari
bapak kernet bis dan akhirnya ku sampai di kampus UIN Maliki Malang. Ku
mengumpulkan berkas persyaratan bidikmis dan sekaligus menanyakan biaya jika
tidak lolos bidikmisi.
Hari berjalan begitu cepat, telah
tiba saatnya pengumuman bidikmisi. Hasinya, ternyata ku tidak lolos dari
bidikmisi tersebut. Hatiku sangat risau, apakah ku bisa melanjutkan kuliah
ataukah tidak. Namun beberapa jam kemudian ku melihat pengumuman kembali, bahwa
ada perubahan mengenai biaya studynya. Ku melihat informasi melalui web
bahwa untuk tahun angakatanku, tidak dikenai biaya asrama. Hanya biaya spp yang
mulai disebut dengan UKT. Syukur alhamdulilllah hatiku terasa sangat lega,
setidaknya orangtua ku bisa mengusahakan biaya dan ku bisa melanjutkan
kuliah meski tanpa bidikmisi. Kekuatan
doa dan keringat yang bercucuran pada orangtuaku menjadikan kekuatan dalam
diriku.
Akhirnya ayahku semangat bekerja dan
berusaha memberikan yang terbaik untuk ku. Selang beberapa hari kemudian, ku
mendapat info lagi mengenai beasiswa daerah. Akhirnya ku mencoba mendaftar
beasiswa daerah tersebut. Setelah melakukan wawancara dan survey,
akhirnya ku dinyatakan lolos beasiswa tersebut. Lumayan, di awal perkuliahan
hingga semester tiga ku membayar UKT melalui beasiswa daerah tersebut.
Selanjutnya, banyak beasiswa dari kampus hingga sekarang ini sudah lulus kuliah
tepat waktu. Pesan ku, jangan berhenti menggapai cita-cita. Karna jika kita
memiliki tekad yang kuat dan selalu meminta pertolongan pada Allah, semua akan
mudah. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, semua menjadi mungkin jika
kita berusaha dan berdoa.
0 komentar:
Posting Komentar