Oleh Dyah Ayu Fitriana
Ini hujan terakhir sebelum baitku pulang
Kuserahkan tubuh puisiku padanya agar dibasahi dengan rintik rintik kata yang berjatuhan
Ini hujan terakhir di kota dingin
Kota yang telah mengandungku bertahun-tahun dengan rahim indahnya
Sebelum pulang, kukatakan pada bayang bayangku panjang lebar
Dia bilang tidak mau ikut
Aku jawab tak apa, asal ia tak menyebabkan masalah
Aku katakan padanya
Rahim yang dingin ini tak hanya berisi air ketuban
Ada campuran misik yang wanginya semerbak
Maupun darah yang amisnya menyeruak
Kukatakan Jangan kau kaget dan minta pulang padaku nanti
Terimalah semua harum dan amisnya dengan segenap cinta
Dia mengangguk, sepertinya
Hujan terakhir sebelum dia dan aku berpisah
Bayang bayangku itu jadi banyak kata
Entah ia belajar pada siapa, jokpin atau sapardi
Ia menasehatiku
Agar banyak-banyak minum jamu
Selain menyehatkan jamu melatih untuk meneguk saja pahitnya kehidupan
Dia juga banyak berujar
Bahwa sebagai pemilik jasad, tanganku kurang kasar
Keluar dari rahim berarti siap meremukkan tangan dalam pesakitan
Aku menelan ludah
Tapi enggan berkata menyerah
Hujan terakhir itu melumuri tubuhku dengan kata kata
Sebelum berpisah
Puisiku perlu dieja
Pondok Pesantren Darun Nun Perum Bukit Cemara Tidar F3 No 4
0 komentar:
Posting Komentar