Dalam
berita harian kompas.com menjelaskan, bahwa menjelang akhir tahun 2016, Polda
Metro Jaya merilis indeks kejahatan sepanjang 2016. Mereka mencatat, ada 11
jenis kasus yang menonjol pada 2016 yang sebagiannya dilakukan oleh remaja.
Na’udzubillah tsumma na’udzubillah. Di dalam islam telah diperintahkan untuk
menjaga diri untuk menjauhi perbuatan maksiat, sesuai yang termaktub dalam
surah At-Tahrim ayat 6, sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dari
ayat tersebut terdapat perintah Allah pada Nabi Muhammad dan Umat Islam. Apa
saja perintah tersebut? Syekh Ali As-Shobuni dalam kitab tafsirnya Sofwatut
at-Tafasir jilid tiga menjelaskan : Kata قوا dalam ayat tersebut jika dikaitkan dengan
ilmu shorof mengandung fi’il amr yang berarti perintah. Maksutnya, orang-orang
yang beriman diperintahkan untuk menjaga dirinya, pasangannya, anak-anaknya
dari perbuatan maksiat serta menyuruh untuk taat kepada Allah.
Namun,
era globalisasi juga mengarah pada krisis akhlak yang terjadi di lapisan
masyarakat. Hal ini menjadi tantangan yang berat bagi lembaga pendidikan dan
pesantren karena maraknya dekadensi moral umat islam, terutama dikalangan para
remaja yang menjadi calon pewaris bangsa. Hampir setiap hari para remaja ikut
meramaikan media massa maupun media sosial, kriminalitas, peredaran narkoba,
pelecehan seksual, hingga pembunuhan. Hingga tikus-tikus kantor di negeri ini,
the white collar crime, penjahat kerah putih, hampir semuanya adalah orang yang
mempunyai intelektual yang tinggi.
Melihat
akhak pemuda yang semakin menurun, diperlukan solusi untuk mengatasi dekadensi
moral agar terciptanya pemuda yang madani. Dimana, solusi tersebut termaktub
dalam surah Al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
Syekh
Ali As-Shobuni dalam kitab tafsirnya Sofwatut at-Tafasir jilid dua menjelaskan:
kata أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ dalam ilmu nahwu termasuk man’ut na’at, dimana
حَسَنَةٌ mensifati أُسْوَةٌ
. Maksutnya ialah, orang-orang islam diperintahkan untuk meneladani dan
mengikuti sifat Rasulullah daam hal keikhlassannya, kesungguhannya, dan
kesabarannya.
Salah
satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini ialah
mengambil poin penting di dalam kata “santri”. Melihat, pesantren adalah
pencetak genareasi islami. Pendiri pesantren Cidahu Pandeglang Banten, Abuya
Dimyathy menjelaskan pengertian santri dalam setiap hurufnya:
Sin
(س) satrul aurah (menutup aurat atau menjaga
pandangan). Terdapat dua artian di dalam menutup aurat, yakni menutup aurat
secara dhahir yang berhubungan dengan syariat serta menutup aurat secara
bathin, yaitu menjaga perilaku hati.
Nun
(ن) naibul ulama (pengganti ulama). Santri
dituntut untuk meencari bekal ilmu sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan masa
depan sebelum ulama itu dipanggil oleh Allah, karena موت
العالم موت العالم ( wafatnya orang ‘alim seperti matinya
alam semesta)
Ta’
(ت) tarkul ma’aashi (menjauhi maksiat).
Sejatinya, akhlak adalah paling penting dari ilmu, percuma saja jika kualitas
intelektualnya bagus namun tidak beradab.
Ra’
(ر) raisul ummah (pemimpin umat). Dimana
pesantren mempunyai emban yang sangat berat sebagai lembaga pendidikan yang
berasas nilai-nilai keagamaan yang tidak hanya dituntut untuk transfer
knowladge namun juga transfer of (islamic) values dan mengutamakan pembentukan
pemuda sebagai ‘abd sekaligus khalifatulah fi al-ardl.
إ (hamzah kasroh) ikhlasun fi al-‘amal, yakni ikhlas beramal
dalam kondisi dan situasi apapun.
Dalam
hal ini bisa kita tarik benang merahnya, jika para remaja sadar akan tanggung
jawab dirinya sebagai insan a-kamil yang menjadi the vice of God sebagai generasi penerus bangsa mka mereka
pasti tidak akan merugikan orang lain. Sedangkan tujuan utama pendidikan
pesantren dan santri ialah untuk mengembangkan kepribadian muslim yang
religius, mampu teguh dalam berkepribadian, menyiarkan agama atau menegakkan
islam dan kejayaan umat islam.
Untuk
menanggulangi dekadensi moral maka kita harus meningkatkan iman dan ketaqwaan
kita dengan cara memahami makna SANTRI, yakni :
11. satrul
aurah (menutup aurat)
22. naibul
ulama (pengganti ulama’)
33. tarkul
ma’aashi (meninggalkan maksiat)
44. raisul
ummah (pemimpin umat)
55. ikhlasun
fi al-‘amal (ikhlas dalam beramal)
Jika
setiap orang memahami makna setiap kata tersebut, insyaAllah negara ini akan
maju dengan jati diri yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa. Dalam hal ini
bisa kita tarik benang merahnya, jika setiap manusia sadar akan tanggung jawab
dirinya sebagai insan a-kamil yang menjadi the vice of God sebagai generasi
penerus bangsa maka mereka pasti tidak akan merugikan orang lain, serta
berpegang pada akhlak Rasulullah sebagai acuan mereka untuk mendobrak dekadensi
moral. Sedangkan tujuan utama lembaga pendidikan dan pesantren ialah untuk
mengembangkan kepribadian muslim yang religius, mampu teguh dalam
berkepribadian, menyiarkan agama atau menegakkan islam dan kejayaan umat islam.
Mutiara Rizqy Amalia
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar