Siti Fathimatuz Zahro'
Pernahkah anda
merasa sangat sangat sulit bergerak dan merasa ditarik oleh gravitasi namun
pada akhirnya kaki anda sanggup melangkah?
Situasi apa
yang sering anda alami dengan konteks keadaan tersebut?
Taukah anda
apa dan siapa yang berperan dibalik kaki yang melangkah?
Sebutannya
adalah khidmat. Dalam bahasa mudahnya adalah manut. “Ayo ndang
berangkat. Nanti kena alpha lho”. Sering sekali kalimat itu terlontar
dikalangan santri. Dimana pun. Aku teringat dawuh Alm. KH. Maftuh Sa’id,
“Ora popo shalat mergo absen ngaji mergo wedi ta’zir. Kabeh iku iseh
belajar. Kapeksan suwe-suwe kebiasaan”. Siapa sih yang tidak ingin
berleha-leha merajut mimpi atau luntang-luntang diatas kasur dengan fasilitas
full wifi? Semua masih mempertahankan keinginan masing-masing. Itulah ego.
Dimana seseorang berada pada titik “aku” yang sangat tinggi tanpa melihat ada “dia”atau
“mereka”.
Naah....inilah
jawabannya
Ketika
seseorang tetap datang apapun keadaanya sekalipun ia bersandar pada absen atau
pada apapun yang itu bukan karena semboyan ‘mengubah lelah menjadi lillah’,
“Yaweslah aku berangkat aja dari pada kena hukuman” atau “Hihihi untung aku
ikut pengajian di masjid dan dapet nasi kotak”. sesungguhnya ia telah membunuh
ego. Mengakui kekalahan diatas keegoisan yang disembunyikan dibalik sayupnya
mata atau ngilunya persendian tulang. Sekuat apapun gravitasi menahan, ia
tetaplah seorang pemenang. Namun sering kali kita lupa memberi penghargaan
terhadap diri sendiri. Padahal penghargaan itulah yang nantinya akan menjadi
sumber kekuatan untuk melangkah pada titik kebiasaan. “Yess. Aku keren dong.
Meskipun capek tetep berangkat” atau ketika akan berangkat ngaji kita merasa
sangat ngantuk tapi tetap hadir dan ternyata sepanjang ngaji kita tidak tidur,
itu adalah sebuah prestasi. Patutlah berbangga diri dalam hari “Wiiih keren
yaa. Tadi ngantuk banget tapi endingnya aku nggak tidur sama sekali. Wiiih
hebaat”. Pernahkah anda melakukan hal itu?.
Berbanggalah
pada apa-apa yang ada dalam diri ini. Berilah penghargaan sekecil apapun yang
telah dilakukan. Jadilah stick holder dalam dirimu sendiri J
Ini adalah
sebuah cuplikan kisah yang terinspirasi oleh salah satu buku yang mengatakan
khidmat dapat meruntuhkan sebuah kesombongan.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar