Seperti yang dikenal pada umumnya ketika
mendengar nama Pondok Darun Nun disebutkan, yang membedakan pondok ini dengan
pondok pesantren pada umumnya adalah “Berbahasa dan Berkarya”. Di mana kalimat
tersebutkah yang seringkali menjadi pengingat, dan seringkali diingatkan kepada
para santri bahwa kita ini mempunyai ciri khas pada dua kata tersebut
(berbahasa dan berkarya). Tidak pernah jenuh Sang Ustadz kami tercinta, Ustadz
Halimi Zuhdy selalu menjadi pemantik kami untuk tetap bersemangat dalam
mengemban amanah tersebut. Setiap ada kegiatan tentang kebahasaan dan
kepenulisan, beliau selalu menopang kami untuk turut berpartisipasi. Tiada
jenuh beliau selalu bersemangat untuk mendukung kami dalam proses belajar dan
terus mencari ilmu.
Pada hari jum’at lalu, tepatnya tanggal 6
juli 2018, dengan dukungan beliau kami mengikuti Daurah Tadribiyah (Pelatihan
Bahasa Arab) dengan tema “Daurah Tadribiyah Li Tarqiyati Kafaati Mudarris al
Lughoh al Arabiyah fil Adab al Arabi,
Balaghoh, wal Bahast ilmi”. Acara berlangsung menjadi dua sesi dengan dua
pemateri yang berbeda. Acara dimulai sekitar pukul 08:00 wib dengan pemateri
yang pertama yakni Prof. Dr. Abdul Karim bin Abdul Karim hingga selesai sekitar pukul 11:20 wib. Kemudian memasuki waktu
dhuhur, istirahat untuk menunaikan sholat jum’at dan makan siang. Selanjutya
pukul 13:00 wib, dilanjutkan oleh pemateri kedua yakni Dr. Abdullah bin Said
Alluwaimi hingga selesai sekitar pukul 15:30 wib. Dan alhamdulillah acara
berjalan dengan baik. Antusias para audien yang merupakan dari berbagai
kalangan dan asal kampus. Dari kalangan mahasiswa dan para dosen. Mereka semua
mengikuti acara dari awal hingga selesai dengan penuh semangat.
Kegiatan ini diadakan oleh Jurusan Bahasa
dan sastra arab (BSA) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang bekerjasama dengan
Ittihad Mudarrisal Lughah Arabiyah (IMLA) Indonesia dan Markaz Malik Abdullah
bi Abdul Aziz ad Dauli li Khidmatil Lughoh al Arabiyah.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz
Halimi Zuhdy, “Pesan pemateri yang paling penting adalah belajar bahasa arab
itu bukan karena orang arab atau bukan karena berkiblat ke Arab, tetapi karena
bahasa Arab itu bahasa Al Qur’an. Maka mempelajarinya karena untuk belajar Al
Qur’an dan agama. Agama islam yang diserang oleh pembencinya, dengan
menghancurkan bahasanya (Arab), sehingga mereka dijauhkan dari bahasa Arab
fushah (Al Qur’an), lebih senang dengan bahasa Ammiyah. Sekarang bahasa Arab ditulis dengan latin, agar tidak lagi peduli
dengan tulisan Arab, dan juga banyak orang Islam disusupi teror, bahasa Arab
adalah bahasa yang sulit dan paling sulit. Sehingga, para pembelajar sebelum
belajar yang terekam dalam dirinya adalah (bahasa
Arab itu sulit), sebelum belajar sudah menjahui duluan.”
Pada intinya sebagaimana yang disampaikan
para pemateri yakni dalam belajar bahasa arab itu dengan dipraktikkan. Melihat fenomena
pembelajaran bahasa arab di Indonesia, kebanyakan dari mereka ialah takut
mempraktikkan, termasuk saya pribadi (hehe). Pada dasarnya bahasa itu sebenarnya
harus dipraktikkan. Jika terpaku dengan teori saja, maka pelaku bahasa tidak
akan pernah mampu memulai untuk berbahasa. Masih kebanyakan di Indonesia lebih
condong dalam belajar tentang bahasa, bukan mempraktikkan bahasa itu sendiri. Merasa
takut dalam berbahasa, itulah yang seringkali menjadi kesulitan bagi perorangan
dalam berbahasa.
Dengan usainya mengikuti kegiatan tersebut,
semoga kita semua mampu mendapatkan keberkahan ilmu dan do’a dari para mu’alim
tersebut. Bisa berkumpul dengan para beliau-beliau yang merupakan orang alim
dalam satu majlis ilmu, semoga Allah merahmati kita semua. Semoga Darun Nun
bisa selalu berusaha untuk mengemban dan menjalankan amanah sebagai Pondok
Pesantren Berbahasa dan Berkarya. Biidznillah…
Malang, 13
Juli 2018
Ma’rifaht
0 komentar:
Posting Komentar