Oleh:
Nur Sholikhah
Di sebuah desa
dengan segala keindahannya, hamparan sawah yang menghijau, burung-burung pipit
terbang bebas di langit pagi, suara jangkrik di malam hari dan rembulan yang
menggantung indah di balik rindangnya bambu. Seorang ibu berusia sekitar empat puluh
tahun sedang menonton televisi yang sudah buram, entah karena fungsi
penglihatannya mulai berkurang atau memang karena televisi yang merapuh. Ia
menikmati sinetron kesayangannya yang sekarang lagi tenar.
“ Tivi kok mau rusak lagi, baru
aja kemarin diperbaiki.” Ibu itu menggerutu di atas tikar lusuhnya. Televisinya
tak lagi bersuara, hanya terlihat gambar-gambar bergerak dan buram. Lalu ia bangkit
menggebrak keras benda yang terasa mulai menjengkelkan namun dibutuhkan itu.
Braaaak!
“ Kenapa lagi toh buk? Rusak?”
“ Iya pak, tivi kok rusak
terus.”
“ Namanya juga sudah tua buk,
emang lagi nonton apa sih?”
“ Itu lho pak sinetron
kesayangan ibuk dulu, sekarang diputar lagi.”
Tiba-tiba benda tersebut kembali
normal, mengeluarkan suara dan ibu darmi tersenyum. Malam itu, pasangan suami istri yang tinggal dengan dua
anaknya sukses menonton sinetron jadul yang sedang diputar ulang. Sedangkan di
suatu pagi, sang bapak kembali berhadapan dengan benda ajaib itu. Kali ini, ia
memperlihatkan seorang presenter berita yang sedang berdiri menatap mata si
bapak. Ia bercerita kalau salah satu pemain sinetron kesayangan istrinya telah
mendaftar sebagai calon legislatif.
“ Lho itu kan pemain sinetron
kesayangan ibuk. Duh gusti! Caleg itu apa pak?” si istri datang dengan membawa
secangkir kopi dan rasa penasarannya.
“ Calon legislatif buk seperti
DPR, Dewan Perwakilan Rakyat.”
“ Oalah, yang dulu kita pernah
nyoblos itu ya? Yang jumlahnya banyak dan nggak ada yang ibuk kenal?”
“ Iya buk.” Jawab sang suami
singkat dengan menyambar kopi di tangan sang istri.
“ Oh, kalau begitu ibu pergi
belanja dulu ya pak?”
“ Lho kok buru-buru?”
“ Ibu mau kasih tahu berita ini
ke ibuk-ibuk yang lain. Pasti mereka seneng kalau artis yang sering mereka
tonton mau nyaleg.”
Sang bapak hanya bisa memandang
langkahnya yang semakin menjauh, terlihat wajah istrinya yang bahagia. Ah,
maklum. Mungkin karna masih tanggal muda. Dan pak Slamet ternyata lupa, kalau
ia bukan seorang anggota DPR yang mempunyai gaji tetap yang banyak. Ia hanya
seorang petani yang bekerja demi memberi makan mereka.
Sedangkan bu Darmii, ia sudah
mengobral berita tentang pemain sinetron kesayangannya kepada para tetangga
yang sedang berbelanja di tukang sayur langganannya.
Malang, 21 Juli 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar