Oleh
Intani Sholihah Hafizatul Husna
Nikmatnya
tinggal di pondok pesantren itu banyak sekali, dulu ketika masih nyantri di salah
satu pondok pesantren ternama di Lombok, banyak sekali mendapatkan
cerita-cerita islami, mulai dari cerita Abu Nawas sampai cerita pemuda yang
matanya buta, pemuda yang kepalanya botak, hingga kisah seorang pemuda yang
terkena penyakit kulit. Tapi tulisan ini bukan menceritakan tentang bagaimana
kehidupan di pondok pesantren, melainkan ada suatu kisah islami yang membuat
hati kecil ini terketuk untuk menulis, serta berharap kita semua bisa mengambil
pelajaran dari tulisan yang masih belum sempurna ini. Jangan lupa bersyukur
hari ini, bahwa betapa beruntungnya kita masih bisa menghirup oksigen-Nya nan
gratis ini. Mau tau ceritanya? Cekidot.
Dahulu ada tiga orang pemuda yang
hidup bertetangga. Pemuda-pemuda ini ada yang kepalanya botak, matanya buta,
dan pemuda satunya lagi terkena penyakit kulit. Kemudian tiga orang pemuda ini
berdoa kepada Allah dengan khusyuk dan tawaddu.
Pemuda botak : “YaAllah, aku
hanya menginginkan rambut yang bagus”
Pemuda buta : “YaAllah,
kembalikanlah penglihatanku, supaya aku bisa melihat semua orang”.
Sedang pemuda yang terkena penyakit kulit berdoa : “YaAllah, sembuhkanlah
penyakit kulit ini, supaya orang tidak jijik melihatku”. Dalam beberapa
hari setelah mereka memanjatkan do’a-do’a itu, permohonan dan do’a-doa ketiga
pemuda itu dikabulkan oleh Allah. Tidak hanya itu, Allah pun memberi mereka
rezeki yang berlimpah. Dan kini, mereka telah kaya dan bahagia bersama keluarga
yang mereka cintai. Hingga tiba suatu hari, seorang pengemis mendatangi rumah
mereka satu persatu.
Pengemis mendatangi rumah pemuda
yang dulunya (terkena penyakit kulit) dan berkata “ Wahai pemuda kaya raya
yang memiliki kulit yang bagus serta wajah yang tampan, aku adalah seorang
fakir miskin. Bolehkan aku meminta sekeping dinar untuk membeli makanan, karena
aku sangat lapar sekali”. Kemudian pemuda itu menjawab “Wahai fakir,
keperluan dan kebutuhan keluargaku masih cukup banyak, jadi aku tidak bisa
memberikanmu sepeser dinar pun”. Pengemis itu itu langsung berkata “
Sepertinya dahulu aku pernah mengenalmu, bukankah dulu kamu adalah seorang
pemuda yang terkena penyakit kulit yang menjijikkan? Lalu Allah dengan kuasanya
mengabulkan do’a-do’amu serta memberikanmu harta yang melimpah ruah?.
Pemuda itu langsung menimpali pengemis yang ada dihadapannya itu dengan lagak
sombong “Asal kau tahu, semua harta yang aku miliki sekarang ini bukanlah
pemberian dari Allah, namun ini adalah hasil dari kerja kerasku selama ini”.
Kemudian, sebelum pengemis itu beranjak pergi ia berkata “ Jika kamu
berdusta atas apa yang baru saja kamu katakan, maka Allah pasti akan
memberikanmu ganjaran atas apa yang kamu perbuat”.
Pengemis itu lalu pergi dan berjalan
mendekati rumah pemuda yang dulunya adalah pemuda yang botak, melakukan hal
yang sama seperti apa yang dilakukan ketia ia mendatangi rumah pemuda yang
terkena penyakit kulit (dulu) . ternyata jawaban yang didapatkan pun sama,
apalah daya lagi-lagi permintaan pengemis itu tidak dikabulkan. Kemudian
pengemis itu berkata lagi “Jika kamu berdusta atas apa yang baru saja kamu
katakan, maka Allah pasti akan memberikanmu ganjaran atas apa yang kamu
perbuat”. Selanjutnya, pengemis
itu mendatangi pemuda yang dulunya buta, kemudian berkata kepadanya seperti
yang dikatakan kepada dua pemuda sebelumnya. Kemudian pemuda yang dulunya buta
itu menjawab “ aku dulu adalah sosok yang buta, kemudian biidznillah Allah
mengembalikan penglihatanku serta memberikanku rezeki yang berlimpah, oleh
karena itu ambillah apa saja yang kau perlukan. Demi Allah aku tidak akan
membuat kamu merasa sulit untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan, karena yang
aku butuhkan hanyalah keridhaan Allah Swt”. Lalu pengemis itu pun berkata “
Tidak usah wahai hamba Allah , aku tidak akan mengambil sepeser dinar dan
hartamu untuk keperluanku, sebab engkau semua tadi telah diuji. Kemudian Allah telah
meridhai dirimu, sementara Allah murka pada dua orang tetanggamu tadi”.
Dari kisah tersebut tentu saja
banyak memberikan kita pelajaran berharga, bahwa maha benar Allah telah
menciptakan rasa cinta kepada kita. Sehingga kecintaan kita terhadap sesuatu
membuat kita tak merelakan apa yang kita cintai diambil oleh Allah. Padahal sejatinya
bukankah Allah adalah pemilik alam dan sesisinya? Seorang ibu/bapak sangat mencintai anak-anaknya. Sehingga
ketika Allah mengambil nyawa anaknya sebelum dia, maka ia meratapinya tiada
bertepi.
Mungkin saja seorang pemuda ketika
sedang merajut benang tali khitbah dengan seorang wanita yang ia cintai, tetapi
Allah memberikan ia skenario diluar dari apa yang ia pikirkan dengan tidak
menjodohkannya, lalu ia bersedih tak bertepi. La tahzan.
Kita barangkali memiliki benda
kesayangan, sehingga tiap hari kita merawatnya , melindunginya, ternyata benda
itu hilang, lalu kita bermuram durja karenanya. Atau kita barangkali adalah
diantara yang dikarunia Allah harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi,
pekerjaan yang mapan, keluarga yang harmonis. Namun, jangan lupakan bahwa Allah
suatu saat akan mengambil itu semua.
Itulah ujian cinta dari Allah dan
Allah menguji terhadap apa yang kita cintai. Dalam (QS. At-Taubah [9] : 24) , Allah
berfirman yang artinya “ katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai,lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya”.
Mencintai keluarga itu sah-sah saja,
tetapi kita harus ingat bahwa keluarga itu merupakan ujian cinta untuk kita,
apakah kita lebih mencintai keluarga daripada Allah dan RasulNya. Begitupun halnya
dengan harta, tempat tinggal, suami, istri, anak, kendaraan, merupakan ujian
cinta yang dicintai dengan posisi yang benar, dengan tidak melupakan serta
melalaikan pemilik-Nya.
Cinta itu membuat kita terbang
bersama sesuatu yang kita inginkan. Jika saat kita menginginkan terbang bersama
dengan yang kita cintai, tiba-tiba harus pupus nan hancur, maka sudah pasti
menimbulkan sakit yang tiada terperi. Dan itulah yang disebut patah hati. Broken
heart. Oleh karena itu jika diantara kita ada yang merasakan hal seperti
itu, maka wajarkanlah diri kita bahwa itu ujian cinta. Pakit hati adalah
perasaan yang sangat manusiawi karena bagian dari rasa cinta kita, yang terbaik
untuk kita adalah berhusnudzon kepada Allah, bermuhasabahlah bahwa ini ujian
cinta-Nya. Selanjutnya kita hanya perlu bersyukur dan bersabar.
Cinta itu muhasabah. Perbaiki dan
koreksi terus diri kita, tidak ada yang tidak baik segala sesuatu yang diujikan
Allah kepada hambanya. Terkadang kita yang kurang peka bahwa dibalik setiap
uji, Allah menjadikan ‘kita yang baru’. Pernah lihat pisau, bagaimana dulunya dibuat
dengan sedemikian rupa?. Pisau yang sering kita lihat di dapur sebagai benda krusial itu dulunya
berasal dari batangan besi yang bersedia dibakar, ditempa berkali-kali. Dan,
hasilnya dia menjadi lempengan logam yang berharga. Jika kita telah mengaku
cinta, Allah tidak akan mendiamkan, kita akan ditempa dengan ujian. Supaya kita menjadi pribadi yang jauh lebih
baik lagi.
Tapi bukan berapa banyaknya kita diuji
yang membuat kita menjadi pribadi yang baik di mata Allah. Melainkan saat ujian
itu menimpa kita, apakah kita masih setia berpegang dengan syariat-Nya, itulah
yang akan membuat kita mulia di hadapan Allah. Kali ini kita mendapat sebuat
pelajaran berharga dari pemuda-pemuda yang diuji cintanya, mungkin setelah ini
kita yang akan diuji cintanya oleh Allah. Maka bersiaplah untuk menaiki tingkat
yang lebih tinggi dari ujian satu ke ujian cinta yang lain, sehingga kita bisa
menghirup betapa manisnya iman. Perbaiki diri, koreksi apa yang salah dalam
diri kita dan berkhusnudzon atas ujian yang Allah berikan. Hammasah.
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar