(Istafti
qolbak!)
Nur
Ma’rifatul Jannah
Sudah
seringkali
kita membicarakan tentang Beliau. Kisah tentangnya sudah masyhur di seluruh
dunia, dari zaman ke zaman. Teladannya sudah seringkali di siarkan di segala
penjuru Masjid. Lantas siapa yang tidak mengenalnya? Bahkan non muslim pun
setidaknya pernah mendengar namanya. Iya, beliaulah Nabi kita, Rosulullah, nabi
Muhammad SAW. Dan kita pasti sudah mengenal beliau bukan? Tapi, sudahkah kita
mencintainya?
Nah, level cinta itu ada beberapa...
Pertama, Diucapkan dengan lisan
Misalnya, mengucapkan “saya cinta
Rosul”. Anak kecilpun bisa melakukannya hanya dengan jika kita memberi contoh
dan langsung ditirukan olehnya, mudah saja jika mengucapkan, meskipun tak
mengerti maksudnya. Atau dengan meyakini yakni misalkan dengan mengucapkan
syahadat. Asyhadu anna muhammadar Rosulullah.
أشهد أن لااله الاالله
وأشهد أن محمد الرسول الله.
Semua orang khususnya muslim pasti bisa
mengucapkan kalimat itu. Dari anak kecil sampai orang tua pun bisa saja mengucapkan itu dengan lisan.
Kedua, Dilakukan dengan perbuatan
Misalnya dengan membaca sholawat atas nabi, melakukan
sunnah-sunnahnya, mengikuti ajaran-ajaran beliau. Itulah beberapa wujud cinta
dengan perbuatan. Teringat kisah seorang sahabat Abu Ubaidillah suatu ketika ia
pernah bertanya pada Rosulullah, Ya Rosulullah beliau
menanyakan kepada nabi perihal berapa banyak, Rosul ingin disebut dalam bagian
dari do’a Ubai. Dengan menawarkan ¼ kemudian ½ dan seterusnya dari doa Ubai.
Nabi pun menjawab, alaa maa syi’ta, faidza zidta fahuwa khoir (terserah kau,
jika kau tambah itu akan lebih baik). Hingga sampai akhirnya sahabat Ubai
mengatakan, ia akan memperbanyak sholawat dalam do’anya. Seluruh bagian dari do’anya
akan selalu ia isi dengan bersholawat untuk Nabi. Demikianlah wujud betapa
cintanya sahabat Ubai terhadap Rosulullah. Maka kita? Setidaknya kita mau
berusaha untuk berupaya membuktikan cinta kita pada beliau.
Ketiga, Dirasakan dengan hati
Mencintai dengan mensyukuri, merasa
bangga dengan segala teladan Rosul. Tapi tidak hanya itu, tapi bagaimana kita
mampu merasakan pula bagaimana penderitaannya. Perjuangannya, merasakan
bagaimana sedihnya, sakitnya.
Teringat kisah seorang sahabat yang
bernama Muadz bin jabal. Tentang betapa cintanya ia kepada Rosulullah.
Begitupun Rosul, sangat mencintainya. Suatu ketika Rosul memerintahkan Muadz
untuk mengajarkan ilmu Pengetahuan di Yaman, beliau berwasiat kepada Muadz
dengan berkata: “Wahai Muadz! Kemungkinan kamu tidak akan dapat bertemu lagi
dengan aku selepas tahun ini, malah mungkin juga selepas ini kamu akan melalui
masjid dan kuburku.” Seketika itu Muadz pun menangis terlalu sedih jika harus
berpisah dengan Rosul. Dan setelah itu, benar Muadz sudah tidak bisa bertemu
lagi dengan Rosul. Beberapa hari sebelum terdengar kabar meninggalnya Rosul,
Muadz sering bermimpi yang ketika terbangun membuat ia sampai merasakan
tubuhnya bergetar dan ketakutan. Kemudian ia membuka kitab Al Qur’an dan
membacanya. Dan ayat yang ia baca selalu berhubungan dengan kematian. Ia merasa
sangat gelisah, dan mengingat Rosulullah dalam mimpinya. Lantas ia pun
melakukan perjalanan ke Madinah untuk memastikan keadaan Rosul. Di perjalanan
ia bertemu dengan seorang yang mengabarkan bahwa Rosul telah meninggal.
Seketika itu Muadz pun terjatuh tak sadarkan diri. Kepergian Rosul dan tidak bisa
berada di sisi Rosul ketika detik terakhirnya, membuat Muadz sangat terguncang
batinnya.
Ingatkah kita tentang bagaimana
detik-detik wafatnya Rosul. Allah mengutus malaikat jibril untuk menjemput
Rosul bersama dengan malaikat Izrail. Akan tetapi Allah berpesan, andaikan Rosul
belum berkenan, sudahlah jangan bawa ia. Lantas ketika malaikat Izrail ditemani
malaikat Jibril datang ke rumah Rosul dan mengatakan maksud dari kedatangannya,
Rosul pun bersedia. Akan tetapi hal apa yang ditanyakan Rosul, justru beliau
menanyakan bagaimana Ummatnya nanti sepeninggal dirinya?
Bahkan ketika di sisi menantunya,
Ali bin Abi Tholib beliau pun menyebut-nyebut ummati...ummati...ummati...!!!
MasyaAllah, di detik-detik akhirnya
pun masih saja yang diingat beliau adalah ummatnya. Tidakkah kita merasa,
betapa Rosulullah sangat mencintai kita sebagai ummatnya.
Lantas kita? pernahkah kita
menyadari akan hal itu? sudahkah kita menyadari akan kecintaannya pada kita?
Sudahkah kita mencintainya? Kedalaman isi hati setiap orang siapa yang tahu?
Istafti qolbak! Tanyakan pada
hatimu!
Semoga kita termasuk golongan orang
yang dicintai beliau, dan mencintai beliau pula.
اللهم صلي على سيدنا
محمد...
110418
Cahaya_Ma'rifaht
Sumber:
https://kissanak.wordpress.com/2011/04/23/kecintaan-muadz-bin-jabal-ra-pada-rasulullah-saw/
0 komentar:
Posting Komentar