![]() |
Pict from: Dian Lutfiana |
Senjaku
dalam Usia Yang (Tak) Senja
oleh:
Indah Nurnanningsih
Saat pergantian rona
dan nada
Mengusung tarhim yang terpaut
akan
bumbu-bumbu seruan
Kupuaskan diri ini
dengan secangkiran saja
Sebelum langkah terhempas
menuju rumahNya
Inilah saatnya
sunscreen tergantikan lovescreen
Hadirnya senja tlah menyelamatkanku
akan terik sebelumnya
Namun hempasan asmara
darimu mengutarakan jantung hati kian berisik
Seperti engkau padaku, pada
umumnya
Dimana manusia
sepertiku butuh penangkal cinta
Terik itu benar mereda,
tak berarti berhenti sampai disitu saja
Ia memerah, berdarah,
Merekahkan yang harus
rekah dan meredamkan kuncup di pucuk bulan
Tapi apa?
Aku bukan pemuja
fenomena ini
Pergantian langit telah
tuaikan kodratnya untuk hukum alam dan kepatuhan
Sematkanlah setidaknya bunyi
kemahasucian Tuhan
Dengan ini pula,
Senjaku berharap tak
dimanjakan senjamu
Karena aku tlah diberi
sadar dalam falsafah pengertian
Bahwa senjaku adalah
kamu
Maka tugasku ialah tak
mau payahkan
Penuhi saja senjamu
hingga petang, hingga malam, hingga deras dengan hilirnya pekerjaan
Dan kita akan tergenang
bersama dalam pekerjaan penghambaan
Sebelum rona senja ini
termakan usia senjaku
Adakah yang mampu dinginkan
sel surya dari peraduan dengan sebegini syahdunya?
Jikalau itu bukan atas
KuasaNya
Malang,
Maret 2018
---Kutipan tulisan dalam buku bertajuk "Senja"
0 komentar:
Posting Komentar