Oleh:
Nur Sholikhah
Hidup di
tengah-tengah masyarakat yang sensitif memang bukanlah perkara yang mudah. Hal
buruk sekecil apapun akan dikritik dengan pedasnya, begitu pula dengan hal baik
yang dipuji setinggi-tingginya. Heran, ada saja segerombolan manusia seperti
itu.
“Bu, mau
kemana pagi-pagi sudah rapi begini?”
“Mau kerja
bu, mencari penghasilan tambahan.”
“Oh Suami
ibu gajinya kecil ya, makanya suruh ganti pekerjaan dong. Jangan cuma jadi guru
saja, sudah tahu anaknya tiga. Masih kecil-kecil pula.”
Aku hanya
tersenyum masam, lalu mulai mengayuh sepeda tuaku. Dan di tengah jalan, aku
melihat segerombolan bapak-bapak di sebuah warung kopi.
“Hari ini
kopi kalian aku yang bayar,” Kata seorang bapak berkumis tebal.
“Wah,
hebat sekali kau. Pulang-pulang kau sudah jadi orang sukses ya?”
“Iya lah,
disana aku bekerja pada orang yang kaya raya.”
Selanjutnya
masih banyak pujian-pujian yang mereka lontarkan untuk bapak berkumis itu.
Padahal setahuku, dia adalah pengedar narkoba.
Malang, 11 April 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar