Oleh:
Nur Sholikhah
Bunga, jika kau dengar kata ini apa
yang kau kira? Apakah kau menerka bahwa ia adalah sesuatu yang indah, berwarna,
mempesona? Jika memang iya, maka samalah pikiranmu denganku. Jika ku dengar
orang menyebut bunga, aku membayangkan ia berwarna-warni, begitu elok dengan
kupu-kupu dan para kumbang yang beterbangan di atasnya. Kuning, merah, ungu,
oranye, jingga, putih, oh sering kali aku tergoda.
Dulu
pada masa kecil, aku selalu memimpikan ada taman di depan rumah dengan segala
macam bunga yang bertengger disana. Lalu di kala pagi, sinar mentari akan
menyemburat menghangatkan kelopak dan mahkotanya. Dedaunan yang hijau menggoda
terlihat masih basah diterpa embun pagi yang bersua. Ah betapa indahnya jika
aku benar-benar memilikinya bukan?
“Apa
kau tidak tahu jika ada bunga-bunga yang kejam?” tanya seseorang pada suatu
sore.
Aku
mengernyitkan dahi, berpikir mencari celah jawaban atas pertanyaan itu. Aku
buka kembali memori-memori lama, masa kecilku dulu. Guruku tak pernah
menceritakan tentang bunga yang kejam, aku pun belum pernah mendengar dongeng
itu sekalipun. Mana ada bunga yang kejam? Bunga jelaslah pembawa kebahagiaan. Aromanya,
bentuknya, dan segala keindahannya. Ataukah bunga yang dimaksud bunga yang
kejam itu bunga yang telah layu? Ah tidak mungkin, bagaimana bisa ia dinilai
kejam dengan keadaan yang seperti itu.
“Aku
belum mendengar kisah tentang itu, apakah kisah itu baru saja kau karang sejam
yang lalu?” jawabku.
“Baiklah
jika kau memang tak tahu. Kan kuceritakan sedikit kisah tentang bunga yang
kejam itu. ia memang mempesona, bahkan mungkin semua manusia menginginkannya. Ia
terselip di antara kesempitan, menjerat siapa saja yang terdesak kebutuhan. Meski
bunga itu telah dilarang, tapi ia tetap saja mekar. Menebar keharuman yang
berujung pemerasan. Siapapun yang sudah mabuk dengan aromanya, ia akan merasa
ketagihan bahkan bisa jadi hilang rasa perikemanusiaan. “ Kalimatnya terhenti
begitu saja.
Aku
masih tak mengerti, mata ini menatap langit yang mulai menampakkan warna
jingganya. Apakah yang ia maksud bunga yang kejam itu adalah Ningsih? karna ia
adalah bunga desa yang berkeliaran di malam hari mencari mangsa hingga pagi
buta.
Malang, 26 April 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar