
Pandangan
akan sebuah Titik
Muda-mudi
berbusana rapi dengan tas digendong kesana kemari. Krieeet suara pintu berbunyi
dengan dengungan kipas AC yang menghiasi pendengaran ini. Tak pernah
terbayangkan sejak pertama kali menginjak bangku kuliah dulu untuk menjadi
seorang mahasiswa yang serasa punya keluarga di kampus ini. Sesekali ku renungi apa yang ku jalani saat
ini, Hati dan ragaku tersentak ketika menjalani profesi ini dengan penuh suka cita
dan kerja keras yang nyata. Ku pandangi muda-mudi berjalan wira-wiri dari
jendela ruangan yang kini menjadi ruang singgah ku. Tak pernah sesekalipun
terbayang aku bisa duduk disini. Dahulu dan hingga kini pun aku juga seperti
mereka yang senantiasa mencari titik dari apa yang disebut sebagai perjuangan.
Perjuangan dalam menimba ilmu.
Dulu.. Diakhir semester menyandang
predikat mahasiswa, anggapan ku bahwa aku akan sesegera mungkin mendapat titik
temu dari apa yang selama ini aku lakukan di dunia kampus ini. Seketika akan
wisuda rasa pikiran ku pun melayang dan penuh imajinasi tentang bentuk titik
apa yang akan ku temukan. Namun, semenit setelah berjabat tangan dengan Pak
Rektor dan ku pandang kedua orang tuaku, serta adikku yang duduk di tribun
ruangan megah tersebut angan ku seolah terbiaskan menjauhi garis normal
imajinasiku akan bentuk titik yang segera ku dapat.
Heran memang, pandanganku sangat
sempit dan terbatas menilai apa titik akhir dari kuliah, yakni kerja. Kerja di
sebuah perusahaan terkemuka, ber gaji tinggi dan berpenampilan menarik semata.
Akan tetapi, apa.. semuanya semu dan banyak kabut yang menghalangi jarak
pandang. Titik itu bisa semakin dekat tapi semakin tak terlihat. Kebingungan merajai
otak ini, dikala tahu kenyataan bahwa pencari kerja membeludak sedang tak
seimbang dengan daya dan luasan medan. Setelah beberapa kali mencoba menerka
dimana letak titik itu, akhirnya ku dapati sebuah titik temu. Titik yang
sebenarnya di impikan oleh seorang sosok wanita yang rela berkorban apapun demi
kehidupan sang anak, yakni Ibu. Hingga
hal yang sama sekali tidak pernah terbayangkan pun menjadi sebuah kenyataan
karena do’a-do’anya yang menembus langit.
By: Anggun A.F
Malang, 9 Maret 2017
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar