Picture by: lumbungpuisi.com
Oleh :
Nur Sholikhah
Kali
ini aku ingin membagikan rasa gundahku pada kalian kawan, rasa yang terus
hinggap di hati saat hari mulai beranjak malam. Malam yang begitu dingin dengan
angin bersemilir membelai sunyi. Cahaya rembulan masih tetap terang, namun
suasana kian mencekam. Aku tak tahu, apa yang akan terjadi di setiap pergantian
malam. Terkadang semua itu hanya sekedar perasaan, namun terkadang pula itu
sebuah pertanda dari Tuhan.
Suara bising terdengar, iya
begitu bising. Berita-berita itu semakin hari kian menjadi-jadi, menjelma
menjadi sebuah potret kehidupan di negeri ini. Aku terkadang mencoba acuh, tapi
tak bisa. Hati nurani selalu meronta dan berbisik, “Kau adalah tunas bangsa, apa
kau ingin menutup telinga dan matamu rapat-rapat?” Bagaimana aku harus menjawab
pertanyaan yang kubuat sendiri?
Rasanya sudah bosan mendengar
berita dengan tema yang sama, apa tak ada berita baik di negeri ini? Mungkin yang
merasakan hal itu bukanlah aku saja karna tunas bangsa ada dimana-mana. Sebagian
ikut andil merawat bangsa, sebagian lagi malah merusak moral bangsa, dan
sebagian lainnya stagnan dengan keadaan yang ada, merasa sudah nyaman dan tidak
ingin ikut campur dalam masalah yang sungguh pelik ini. Kawan, termasuk bagian
manakah kita?
Rasa gundah itu semakin terasa saat
para calon penguasa berlomba-lomba membangun negeri, segala janji untuk
mengatasi masalah diumbar di mana saja, yang di atas bergejolak menentukan siapa
yang akan mewakili calon para pendekar rakyat, sementara yang dibawah harus
bergelut dengan ketidakadilan. Rakyat menjadi korban mega korupsi e-ktp, rakyat yang menjadi korban kolusi
antara pejabat dengan pengusaha asing, rakyat yang menjadi korban nepotisme,
rakyat yang menjadi korban kerakusan para pemimpin yang tidak amanah. Ah,
gundah ini semakin lantang bersuara.
Memang keadilan yang sempurna
hanya milik Tuhan, bukan para manusia lemah seperti kita. Namun setidaknya
jangan memperbesar kelangkaan akan sifat-sifat terpuji. Negara yang kaya ini
sedang krisis kawan, krisis akan moral dan kejujuran. Maka aku ingin menepiskan
rasa gundah itu bersama kalian, para tunas bangsa yang akan tumbuh menjadi pohon-pohon
teduh, berdaun lebat, berakar kuat, berbuah banyak, hingga siapa saja yang
berteduh dibawahnya dapat tertidur pulas. Tidak hanya tidur, tapi juga bermimpi
indah tentang masa depan yang cerah untuk Indonesia.
Malang, 22 Maret 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar