![]() |
By : Siti Khoirun Niswah
PP. Darun Nun Bukit Cemara Tidar
Pagi-pagi terdengar suara ketok pintu dari depan
gerbang pondok. Terdengar suara
tergesa-gesa memanggil namaku. Setelah kubuka pintu ternyata tetangga pondok
yang menginginkanku menemaninya ke Surabaya. Lalu kubertanya, “dalam rangka apa
pergi ke Surabaya dengan mengajak saya?”. Beliau menjawab “untuk menemani lomba Cerdas Cermat
Al-Quran.” kebetulan hari itu hari libur pondok dan hari libur kuliah tidak ada
alasan lain selain bersedia menemaninya. Sampai di perjalanan, beliau bilang
bahwa ternyata ku di ajak sebagai peserta lomba, teman yang seharusnya satu
grup dengan beliau sedang sakit. Kuterkejut mendengar hal itu karena sebelumnya
belum pernah mengikuti perlombaan cerdas cermat tentang Al-Quran pun juga belum
belajar sama sekali saat itu,tetapi beliau meyakinkanku agar hal itu dibawa
santai saja dan anggap saja jalan-jalan.
Ditengah perjalanan, kami mampir ke pasar Lawang untuk
makan bakso. Kebetulan warung bakso tersebut milik saudaranya jadi kita makan
sampai puas dan tidak dipungut biaya. Setelah selesai makan siang, kita
langsung melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Saat itu ku belum tau menuju
ke Surabaya daerah mana dan sebelum kesana kita mampir sebentar ke rumah teman
yang satu regu lomba dengan kita. Akhirnya lengkap satu regu berisi tiga personil diantaranya saya, tetangga saya, dan satunya
bu elis. Karna perjalanan dirasa masih jauh dan sudah memasuki waktu dhuhur,
akhirnya kita melaksanakan sholat jama’ qoshor di Masjid. Setelah selesai,
dalam masjid tersebut kita berbincang-bincang membahas trik-trik dalam cerdas
cermat. Saat itu kuterkejut tuk yang kedua kalinya, bagaimana tidak, ternyata
kedua ibu itu sama-sama belum menguasai materi yang di lombakan juga. Ku bertanya pada
mereka, “bu, kalau memang belum menguasai tentang perlombaan ini, bagaimana panjenengan
bisa mengikuti perlombaan ini?” sambil kubercanda-canda. “Memangnya perlombaan
ini diikuti berapa peserta dan dalam tingkat apa?”. Lalu perlahan kedua ibu itu
member penjelasan kepadaku.
Jadi critanya ketiga ibu, yang satu
tetangga pondokku, temannya yang sedang sakit (peserta yang lombanya
kugantikan), dan bu Elish teman yang kita jemput sebelum menuju Surabaya tadi,
mengikuti kajian ta’lim Bahasa Arab dan terjemah Al-Quran program dari LP. PPTQ
Safinda Surabaya yang tersebar di 49 kota salah satunya kota Malang, yang
bertempat di Masjid Sabilillah Malang. Setiap hari slasa ibu-ibu tersebut
mengikuti kajian rutinan dan perlombaan ini merupakan perlombaan tinggat Jawa.
Ku salut dengan keberanian mereka. Sudah sepuh namun giat belajar Bahasa
Arab dan terjemah Al-Quran. Mereka bercerita bahwa Bahasa arab merupakan bahasa
yang kaya, sampai menghafalkan mufrodatnya harus benar-benar teliti. Para
ibu-ibu ini telah memfokuskan mempelajari juz dua dan metode terjemah ini
sangat membuat mereka merasa lebih mencintai Bahasa Arab dan Al-Quran. Mulai
dari membahas tentang isim, fi’il, huruf sampai pada tafsir. Waw…. hebat
dan keren, semangat yang luar biasa.
Setelah selesai sholat jama’ qoshor,
kita melanjutkan perjalanan dan sebelum sampai, kita mampir ke rumah makan Padang yang ada di Surabaya.
Di sana segala masakan Padang ada dan dihidangkan semua di meja kita. Setelah
selesai makan, kita melanjutkan perjalanan kembali. Tiba pukul 16.00 kita sampai di Hotel Swiss
Belinn, kita istirahat semalam di hotel Swiss Belinn. Seumur-umur baru waktu
itu ku nginep di Hotel. Kebetulan
saya satu kamar dengan bu Elish. Beliau bercerita bahwa beliau menyukai sekali
dengan Al-Quran saat dibaca ia menyejukkan hati, saat didengarkan ia meluluhkan hati, saat diterjemahkan ia
membuat hatinya menangis. Lalu ku bertanya : “kenapa menangis bu?” lalu beliau
menjawab “karna ternyata banyak sekali perbuatan yang dulu tidak ku lakukan
sesuai dengan ajaran Al-Quran. Betapa banyak dosa yang kulakukan di usia muda
dahulu kala, dan ternyata Al-Quran mampu menjawab dosa dan pahala bagi semua
umat yang melakukan suatu perbuatan.” Ku dengarkan dengan seksama, hingga ku
ikut merinding mendengar pernyataan bu Elish. Beliau memberanikan diri
mengikuti perlombaan ini sebagai ajang semangatnya, karna dengan acara ini
beliau belajar tentang jenis kalimat, arti kata, lawan kata, dan makna dalam
Al-Quran. Semalaman beliau bercerita dan belajar, kita main tebak-tebak an
karna saya pun belum mengetahui metode Safinda mendadak di ajak lomba.
Hari esok tiba,pukul 07.00 kita
berangkat menuju lokasi perlombaan, dan kami bertiga mulai merasakan gemetar
dan gejolak karna pertama kalinya kita mengikuti lomba. Lokasi lomba bertempat
di rumah Haji Sukolilo Surabaya, yang jaraknya tidak jauh dari hotel Swiss
Belinn. Saat kami berumpul di aula gedung Bir Ali. Peserta berjumlah 108 regu
yang terdiri dari beberapa kota
diantaranya, Mataram, probolinggo, Malang, Nganjuk, Lombok, Madura, Kalimantan,
Kediri, Jember, dan beberapa kota yang lain. Ternyata lomba itu terdiri dari
beberapa kota besar. Salah satu pengasuh dari pondok pesantren kyai Anam
terkejut karena biasanya cerdas cermat diikuti oleh anak pelajar. Namun saat
itu yang mengikuti semuanya adalah peserta usia tua. Di aula itu kami kaget
bercampur gembira. Tidak menyangka saja bahwa baru belajar Al-Quran ternyata
sudah bisa mengikuti lomba tingkat nasional. Yang lebih terkejutnya lagi adalah
saya, bagaimana tidak, saya sampai bertanya dalam hati. Posisi saya sebenarnya
dimana? Hehe. Mengikuti kajian Safinda di Malang saja tidak pernah,
mendadak di ajak lomba. Awalnya hati saya tidak tenang, mana mungkin bisa saya
lomba cerdas cermat Al-Quran. Namun
perlahan kita mulai tenang dan dibuat enjoy.
Kita mempunyai nama kelompok “Lentera
Hati 2 Malang”. Saya yang tidak mengerti apa-apa tentang anggota lentera
akhirnya hanya mengikuti intruksi dari ibu-ibu dan panitia. Telah sampai di
ujung pertandingan, kita mendapat urutan pertama. Satu pertandingan melawan
tiga grup dan kita melawan grup dari Nganjuk, Mataram dan Probolinggo. Awalnya
babak pertama masih enjoy-enjoy menjawab. Lalu menginjak babak kedua,
kita sudah tidak bisa menjawab, bukan karna soal yang sulit, namun kecepatan
memencet tombol yang terlambat. Akhirnya usai pertandingan, pertandingan
dimenangkan oleh grup perwakilan Nganjuk. Kami tidak heran karna grup mereka
merupakan grup dari pondok pesantren. Bahkan yang mewakili adalah kyai dan dua
santrinya. Walau begitu kita tidak berkecil hati, kebanggaan yang kami dapat
saat itu ialah, kita dapat bersilaturrahmi dengan anggota LP.PPTQ Safinda dari berbagai kota dan kami
mampu bertanding dengan pengasuh Pondok Peantren Nganjuk. Setelah perlombaan
selesai kita langsung kembali menuju Malang.
Malang,1 Rojab 19 Maret 2018
0 komentar:
Posting Komentar