CATATAN MA’RIFAHT
Kamis, 01
Feb. 18
Hari
ini ketika aku membaca buku, sampai tertidur sambil mendengarkan radio. Hal itu
masuk dalam mimpiku. Yah, ketika aku terbangun dengan keadaan masih sadar dan
masih teringat apa yang ada dalam mimpiku.
Aku ingat dua nama itu, Ubai dan Muadz. Aku hanya ingat nama
panggilannya saja. Seketika itu aku membuka-buka halaman buku yang tadi kubaca.
Aku ingat meski samar-samar, dua nama itu tidak asing dan ada dalam apa yang
aku baca tadi. Buku itu berjudul Rihlah Ibnu Bathuthah. Aku membolak balik
halaman yang baru aku baca, dan yah aku menemukan nama itu di halaman 64. Begini
yang tertulis dalam halaman tersebut tentang Ubai, “Di perjalanan menuju
Ladziqiyah, aku melewati Ghaur, sebuah lembah yang di tempat itu terdapat makam
Abu Ubaidah Al Jarrah. r.a. Aku menziarahi makam sahabat Nabi ini.” Dan
paragraf berikutnya tentang Muadz, “Aku tiba di Qushair, sebuah tempat di
mana sahabat Nabi, Muadz bin Jabal. r.a dimakamkan. Aku mengambil berkah dengan
menziarahi makamnya itu.” Dari
situlah aku tahu nama lengkap mereka dan tahu bahwasanya mereka berdua adalah
sosok sahabat Nabi.
Hanya sedikit dan samar-samar yang
masih aku ingat. Kisah ketika Abu Ubaidah,
itu mengisahkan tentang sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. ( ¼, ½, 2/3 dan 1). Beliau menanyakan kepada
nabi perihal berapa banyak nabi ingin disebut dalam bagian dari do’a Ubai.
Dengan menawarkan ¼ kemudian ½ dan seterusnya dari doa Ubai. Nabi pun menjawab,
alaa maa syi’ta, faidza zidta fahuwa khoir (terserah kau, jika kau tambah itu
akan lebih baik). Hingga sampai akhirnya sahabat Ubai mengatakan, ia akan
memperbanyak sholawat dalam doanya. Seluruh bagian dari doanya akan selalu ia
isi dengan bersholawat untuk Nabi. Kurang lebihnya seperti itu yang kuingat.
Kalau kisah tentang sahabat Muadz,
aku ingat intinya itu mengisahkan tentang kematian. Sayangnya aku tidak ingat
dengan jelas bagaimana runtut ceritanya yang ada dalam mimpi itu. Akhirnya aku
coba searching di mbah google dengan keyword “Kisah Muadz bin Jabal”. Berikut kutipan
kisahnya yang berkaitan dengan kematian;
“Mu’adz
bin Jabal terus berlalu pergi ke negara Palestina. Mu’adz bin Jabal berada di
Palestina pada saat negeri tersebut tengah terserang wabah penyakit menular.
Tak ayal, ia pun turut pula terkena wabah tersebut. Ketika hampir meninggal, ia
berkata : “Selamat datang wahai kematian! Selamat datang kepada tamu yang tak
kunjung tiba dan selamat datang kepada kekasih yang datang setelah sekian lama dirindukan.”
Kemudian Muaz melihat ke langit dan berkata : “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya
Engkau mengetahui bahwa aku tidak menyukai dunia apalagi untuk berada kekal di
dalamnya selama-lamanya menanam pokok-pokok tanaman dan mengairi sungai, tetapi
segala-galanya itu hanyalah sekedar untuk menghilangkan kehausan di
kawasan-kawasan yang kekeringan serta mengarungi saat-saat kesusahan dan
mendekati ulama-ulama dengan menunggang ke majelis-majelis dzikir. Oleh yang
demikian terimalah diriku ini wahai Tuhanku dengan kebaikan sebagaimana Kamu
menerima diri seseorang yang beriman.” Kemudian Muaz meninggal dunia.
[republika.co.id][1]
Situasi
dalam mimpi itu, aku tengah bersama dengan salah seorang temanku yang bernama
Gerlys. Kami berbincang-bincang,
bercerita membahas tentang dua sahabat nabi tersebut. Abu Ubaidah dan Mu’adz
bin Jabal. Di serambi pondok putri. Di lapangan depan pondok itu ada banyak
hewan unta. Jadi seperti lapangan padang pasir. Mimpi ini berakhir ketika aku
tengah menanyakan pada penjaga unta-unta itu. “Pak, sekarang Gus mastur sudah
tidak ternak sapi lagi yah? Sekarang diganti unta?”
Settingnya
mungkin memang tidak masuk akal, tapi yah begitulah mimpi. Indahnya penuh
teka-teki. Hehehe...
Meskipun
tulisan ini tidak jelas alurnya, semoga masih ada hikmah yang bisa di pungut
dari tulisan yang berserakan ini. Selamat menikmati, meskipun tidak ada
nikmat-nikmatnya sama sekali. Maafkan kalau berantakan ga jelas, maklum ini
hasil dari perpaduan antara alam sadar dan bawah sadar. Hehehe...
Barangkali
ingin mengenal lebih jauh tentang dua sahabat Nabi tersebut bisa googling
sendiri ya...
Terima
kasih sudah berkenan membaca 😊
Cahaya_Ma’rifaht
0 komentar:
Posting Komentar