![]() |
Pict by: gebetankata.blogspot.co.id |
PP. DARUN NUN BCT MALANG
By
: Siti Khoirun Niswah
“Semakin sering mengayuh sepeda,
semakin pula sampai pada tujuan”
Kata-kata itu
sering terngiang di telinga hingga terkadang lelah hati dan pikiran mengayuhnya.
Namun hal itu menjadi motivasi tersendiri dalam kehidupan. Semakin kita ingin belajar, semakin kita menemukan
kesulitan hingga kesulitan itulah yang menjadikan kita sadar bahwa kita harus
belajar.
Sore itu diiringi
gemercik hujan aku berangkat mengajari seorang ibu. Simple, hanya mengajar
membaca Al-Quran. Awalnya saya canggung mengajar soal mengaji atau yang berurusan soal
agama karna saya merasa saya masih belum
pantas mengajar soal agama apalagi yang saya ajar lebih dewasa dari saya, namun
saya mencoba semampu mungkin bisa mengajarinya mengaji Al-Quran. Karna teringat
salah satu pesan ustadz saya “Niatkan mengajar itu sebagai peran untuk
berdakwah”.
Sore itu, suasana terasa berbeda dari biasanya, nggak tahu kenapa
sore itu seseorang yang saya ajar bersemangat sekali untuk belajar membaca
Al-Quran, hingga beliau membawa semua buku tentang cara mudah belajar membaca
Al-Quran. Mulai dari buku yang sederhana
sampai buku yang level tinggi. Lalu saya diminta, “mbak tolong ajari saya ngaji
seperti ini, mulai dari ini sampai ini (ghorib)” . Saya bilang “insyaAllah”. Lalu
perlahan kita mulai dari membaca ta’awwud, al-Fatihah dilanjutkan dengan
membaca doa pada metode belajar ummi. Sore itu, kita belajar membaca pertengahan surat Ali-Imron. Di tengah-tengah
surat beliau tidak bisa membaca huruf ‘ain, lalu saya minta untuk
mengulang-ulang huruf ‘ain. Akhirnya sedikit demi sedikit bisa membaca huruf ‘ain
dan seterusnya huruf demi huruf kita pelajari. Alhamdulillah pada saat itu saya
telah belajar membaca Al-Quran metode Ummi di Korcab (Kantor Cabang) Batu
setiap hari Minggu. Jadi dapat sedikit membantu membaca bagian yang dirasa
sulit.
Melanjutkan ayat
yang selanjutnya, ketika sampai pada kalimat “Allah” beliau susah untuk membaca
kalimat itu,saya minta berkali-kali untuk terus membacanya. Namun masih belum
bisa, dicoba lagi, belum bisa lagi, sampai beberapa kali belum bisa membaca
kalimat “Allah”. Lalu saya memberi saran bahwa belajar mengaji harus dipraktikkan,
terus dibaca sampai bisa dan harus dibiasakan terus membaca Al-Quran. Setelah saya memberi saran tersebut, ibu itu
menangis dan terlihat sangat sedih. Awalnya saya takut, apakah perkataan saya
menyinggung beliau? Sungguh, dalam hati saya tidak ada sedikitpun maksud untuk
menyakitinya apalagi memutuskannya untuk semangat belajar.
Perlahan beliau
bercerita sambil menangis, “Apa yang salah dengan hidup saya, apakah ini
teguran bagi saya, apakah saya memiliki banyak dosa hingga untuk melantunkan
secuil kalimat “Allah” sangat susah, apakah ini teguran atas kelalaianku mengingatNya?”
tanya ibu tersebut. Saya sejenak diam dan suasana itu menjadi sunyi. Sore itu
saya sempat terharu atas sikap beliau. Beliau bersemangat dalam belajar membaca
Al-Quran bagaikan bertempur mengahadapi perang yang ada didepan mata. Saya akui
sebelumnya belum pernah mengajar seseorang yang belajar membaca Al-Quran sampai menangis. Namun tidak
sampai pada keputusasaan, belajar membaca Al-Quran terus dilanjutkan sampai
selesai pada akhir surat Ali-Imron. Pada
ayat terakhir surat Ali-Imron yang berbunyi “Yaa ayyuhalladzina aamanuus biruu
wa shoobiruu wa roobituu, wattaqullaha la’allakum tufllihuun”, saya meminta beliau
membacanya sampai tiga kali, beserta artinya yang berbunyi “wahai orang-orang
yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah
bersiap-siaga dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. Hanya itu masukan
yang dapat saya berikan.
Dari pengalaman
tersebut, dapat kita ambil sebuah hikmah bahwa belajar harus diiringi dengan
muhassabah seperti yang ada pada pengalaman tersebut. Selain bermuhassabah,
dalam ayat diatas pun kita juga diingatkan bahwa dalam setiap hal apapun, kita sebagai manusia
kita harus bersabar dan tetap berjuang dalam belajar, ini juga berlaku bagi
diri saya dan kita semua untuk terus belajar dalam mengarungi kehidupan. Hal ini
sangat memotivasi saya sebab hal sepele ternyata mengandung makna besar dan
perlu kita intropeksikan pada diri saya khususnya dan umumnya untuk kita semua.
Selasa, 27 Februari 2018
PP.Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar