Picture by smartbisnis.co.id
Oleh:
Nur Sholikhah
Di suatu jalan yang tampak lengang karena
kendaraan-kendaraan berubah menjadi ilusi kelam, aku melihat semua orang
terdiam, berjalan pelan tanpa menatap ke depan. Kedua tangannya memegang erat
benda ciptaan manusia melalui ilmu dari Tuhan. Mereka tak peduli meski rasa kram
mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Gemetar, kaki dan tubuhnya mulai
memberontak pada tangan, namun mereka tetap memegangnya, bahkan semakin erat.
Apakah manusia telah berubah menjadi budak benda buatannya? Apakah itu yang
dinamakan senjata makan tuan?
Pikiran ini mulai menerka apa yang sedang dan telah
terjadi, mengapa semua orang tiba-tiba tak bisa saling berkomunikasi lewat
suara? Mengapa tak ada yang saling sapa atau hanya sekedar bertatap muka? Dan
ternyata aku baru menyadari bahwa mereka terkena efek radiasi, mata menjadi
buta, telinga tiba-tiba tuli, mulut tak lagi punya kuasa tuk bicara. Hanya
tarian jemari yang menjadi senjatanya.
Lalu mengapa mereka tak mencoba mengobati? Semua sudah
terlanjur terjadi, radiasi yang kuat telah membuatnya semakin gila dan
menghilangkan sifat wajar untuk menjadi makhluk sosial sejati. Pengobatan tak
lagi dicari karena mereka sudah tuli. Tak mau mendengar nasihat dari dalam
hatinya sendiri. Miris, melihat semuanya tak bisa lagi menangis. Mereka meringis
di bawah naungan gawai romantis, hidup di dunia maya memang lebih indah
ketimbang di dunia nyata yang penuh luka. Mereka telah amnesia pada siapapun yang
ada di sekelilingnya. Nama hanyalah tinggal nama, tak pernah disebut, tak
pernah di puja.
Mereka memang bodoh atau hanya pura-pura, tidak
tahu-menahu tentang informasi yang terkandung di dalamnya. Begitu mudahnya
orang menggoreng fakta, tanpa membaca dan menganalisa. Para pemfitnah juga
sedemikian rupa, akal tak lagi jadi kebanggaannya. Tanpa menunggu aba-aba ia menelannya
mentah-mentah. Hingga beginilah jadinya, omong kosong bertebaran tanpa sungkan,
tanpa takut atau malu dengan dosa.
Mereka hanya bisa menunduk, entah
merenung atau mengantuk. Tangannya masih dengan posisi yang sama, memegang
benda hasil karya tangan manusia. Apakah itu sebuah jimat? Yang kata orang
merupakan benda yang memiliki kekuatan tertentu. Dan aku rasa iya, ia adalah
jimat yang mampu membuat hati orang-orang menjadi mati dalam dekapannya. Jika
kau tak percaya, lihatlah lorong-lorongnya, kau akan temukan banyak sisi gelap
disana. Kau akan menemukan bahwa banyak orang yang menyebar rasa asam dan pedas
pada negeri ini melalui jimat yang kau sebut “MEDSOS”. Fitnah, omong kosong,
dendam, provokasi, gengsi dan teman-teman buruk lainnya telah menjadi penghuni
akut di dalamnya.
Malang, 8 Februari 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Tulisan realis, bagai pedang menusuk setiap pembaca dengan tangan penuh luka. Itulah relita hari.
BalasHapus