
Pagi hari di akhir tahun 2017 kemarin, saya dengan tiga teman menyusuri beberapa wisata di ibu kota, kota metropolitan yang penuh dengan cerita-cerita menarik dan juga menyedihkan, dimana kota yang dianggap penduduk negeri ini sebagai kota bermuka dua. Terdapat sisi dimana ibu kota Jakarta adalah surga dan disisi lain adalah neraka. Namun, pembatas dua sisi tersebut tiada yang dapat menentukan tempatnya, bisa jadi bergantung pada posisi kita berada dimana, dalam hal ini mungkin terlihat dari segi kekayaannya.
Dalam
tulisan ini, saya akan berbagi cerita dan rute perjalanan kami yang dimulai
dari kota pinggiran Jabodetabek, yakni kota serpong, tangerang selatan. Di
Jabodetabek untuk pergi ke ibu kota maupun sekitar jabodetabek lainnya dengan
mudah transportasi dapat di akses. Dari kos kami, tepatnya di komplek Batan
Lama, kawasan puspitek kami menggunakan Go-Car untuk menuju stasiun serpong.
Itung-itung sekitar Rp. 20.000, jika dipikir ya sangat murah karena dibagi ber
empat. Tujuan utama kami ke Ancol, Jakarta Utara. Dari stasiun serpong beli
tiket KRL yang disebut tiket harian berjamin. Tiket sekali jalan, dari serpong
ke ancol PP hanya Rp. 16.000 per orang dan saat pulang tiket dapat dikembalikan
kemudian kita dapat kembalian Rp. 10.000, nah jadi total hanya Rp. 6000, kalau
disini sama dengan harga angkot di arjosari heheh… tiket yang uda kebeli tadi
itu uda bebas untuk kita masuk stasiun yang berada dalam rentang serpong sampai
ancol. Untuk masuk stasiun harus melewati pintu elektronik dengan menggunakan
kartu tersebut, caranya tinggal di tap (temple) saja di pintu elektronik.
Contoh Gambar nya niih.. jangan sampai salah, kalo salah malu-maluin..
kelihatan banget tuh ndeso e.. seperti yang saya alami saat pertama kali menggunakan
kartu itu, duuh sungguh sangat memalukan.
Nah..
saat sudah bisa masuk, perhatikan papan pengumuman di peron, agar kamu tidak
salah jalur. Saran saya download gambar rute KRL Jabodetabek, disana sudah
jelas rute line nya. KRL terdiri dari 10 gerbong, dimana gerbong pertama dan
terakhir adalah kereta khusus wanita, biasanya berwarna pink, jadi sungguh
sangat aman dan nyaman naik krl, bersih, rapi, dan juga ada televisi. Setelah
menaiki kereta dari serpong, menuju jalur tanah abang. Di tanah abang ini amat
sangat berjubel manusia, dan pasar yang begitu besar juga banyak angkutan umum.
Harus hati-hati bawa barang disini, jalur krl juga banyak, kalau bingung Tanya
ke petugasnya jangan Tanya sembarang orang. Dari tanah abang naik krl menuju
stasiun angke, dari angke naik krl lagi ke kampong bandan, dari kampong bandan
naik lagi ke stasiun ancol. Nah., jika sudah sampai stasiun ancol tuh, ada bus
wira wiri yang Gratis menuju taman impian jaya ancol. Caranya, kita keluar dari
stasiun kemudian menunggu bus tersebut dipinggir jalan, namun sangat berjubel
orang pula dan banyak yang menawarkan angkot, juga bajai. So.. jangan sampai
bimbang.
Sesampai
di ancol, biaya masuk Rp. 25.000, lumayan bisa ke pantai menikmati indahnya
pantai di ibu kota. Beda lagi ya kalo mau ke Dufan dan yang lainnya.. kami gak
kuat jalan-jalan dengan ongkosnya.. hehe. Dari ancol kita pergi ke kawasan kota
tua, tepatnya di Jakarta kota. Kita bisa naik krl dengan cara kembali lagi ke
stasiun ancol dahulu, namun itu terlalu lama karena harus menunggu bus wira
wiri, jadi kami naik Go Car ke stasiun kota. Tepat di depan pertigaan jalan
sebelum ke stasiun Jakarta kota itulah kawasan kota tua. Disana terdapat
patung-patung manusia asli yang tubuhnya diloteng-loteng cat menyerupai
pahlawan nasional. Kita bisa bersepeda onthel jaman dahulu dengan suasana
gedung museum jaman dahulu. Nah.. singkat saja, waktu sudah setengah 1 siang,
akhirnya kami go to Monas dengan tujuan akhir masjid Istiqlal. Dari kota tua,
kita bisa jalan kaki ke stasiun kota kemudian naik krl ke stasiun juanda.
Namun, lagi-lagi karena berjubel orang akhirnya kami naik angkot dengan tujuan
tanah abang, yang bisa turun di depan gerbang monas pas. Angkot disana harga
nya juga relative sama dengan disini, jauh dekat sama Rp. 5.000. Sesampai di
monas tuh mendung petang, dengan barisan brimob dan jajaran petugas keamanan
kepolisian berjajar dengan sirine di mobil patrol nya menyambut pergantian
tahun baru. Akan tetapi, mendung yang petang dan tebal itu mencair hujan deras,
angin dan kilat yang luar biasa. Kami pesan go car untuk segera kembali ke
stasiun tanah abang, namun driver go car nya muter di bundaran HI dan tidak
menemukan kami, akhirnya hujan pun sangat deras dan kami basah kuyup menaiki
angkot hingga tanah abang. Dari tanah abang pun akhirnya kami langsung kembali
pulang dengan naik krl ke serpong. Lagi-lagi perhatikan jalur peronnya sebelum
memasuki kereta karena pintu hanya terbuka sekali dan dalam hitungan detik.
Lebih baik bertanya daripada sesat di jalan. Dan sangatlah hati-hati dengan
barang yang anda bawa, apalagi di pusat transit stasiun seperti di tanah abang.
Demikian
sekilas pengalaman saya, cerita alur naik krl dari serpong hingga Jakarta pusat
untuk cerita pengalaman lainnya bersambung.. ditunggu ya.. :)
Semoga bermanfaat untuk teman-teman sekalian. :)
Malang, 14 Februari 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar