Oleh:
Nur Sholikhah
Jam
masih menunjukkan pukul 3 sore, namun langit sudah merubah warnanya menjadi
abu-abu kelam. Awan-awan hitam berbaris rapi menyapaku yang sengaja mengamati.
Sebentar lagi akan turun hujan, batinku. Segera ku langkahkan kaki keluar dari
gedung tempat aku mencari ketidaktahuan. Tempat yang sudah memberiku keluasan
bergerak dan belajar menulusuri kehidupan. Aku menuju masjid untuk menunaikan
kewajiban. Sepanjang perjalanan, aku melewati kawasan kos-kosan, penjual
makanan dan jalan raya yang membentang.
Gerimis turun dengan lembutnya
membasahi bumi, menepis rasa hangat yang sedari tadi mengitari. Aroma tanah
yang basah dan segar segera menusuk indra penciuman ini. Seiring dengan
jatuhnya tetesan-tetesan lembut, bayangan kenangan hadir mengetuk hati yang
memang sedang terbelit rindu. Ah hujan selalu membuatku begini, terjebak dalam
genangan kenangan masa lalu.
Aku teringat dia, sosok lelaki
yang menjadi cinta pertamaku. Dia yang selalu berusaha membuat wajah ini
sumringah. Dia yang telah berusaha membesarkanku saat Negara ini tengah
bergejolak dengan krisis moneternya. Dia sang pekerja keras tanpa peduli dengan
kulitnya yang semakin menghitam legam. Terlintas satu kenangan saat hujan deras
datang, aku melihatnya dari kejauhan. Dia mengayuh sepeda tuanya dengan memakai
jas hujan berwarna biru. Terlihat salah satu tangannya membawa payung, iya dia
mengantarkan payung itu ke tempat aku mengaji. Alangkah senangnya hatiku saat
itu karena hujan tidak bisa menghalanginya untuk senantiasa menjagaku. Meski
dingin berhasil merasuki tubuh, tapi semua terasa hangat karena kasih yang kian
melekat.
Kini ketika hujan datang, hati
ini terasa sangat senang. Aku bisa bermain dengan kenangan masa laluku,
membayangkan semua dapat terulang kembali. Namun, sering aku tersadar bahwa
kini aku tidak berada di sisi mereka, jarak dan waktu telah berubah. Maka harus
ku tegaskan bahwa hujan adalah hujan, bukan kenyataan. Memang benar kata orang,
hujan mempunyai kekuatan untuk menciptakan kenangan. Ia datang tanpa paksaan
dan panggilan. Lembutnya rintik-rintik dan dinginnya perasaan dapat membuat
seseorang terlena. Terutama diri ini yang terlalu memuja hujan di kota orang.
Malang, 1 Desember 2017
Pondok Pesantren Darun Nun
Perumahan Bukit Cemara Tidar f 3 no.4 Malang
0 komentar:
Posting Komentar