
Review film Taree Zameen Par
By : Siti Khoirun Niswah
Film india
Taree Zameen Par yang disutradarai oleh Aamir Khan ini mengisahkan seorang anak
kecil bernama ishaan yang berusia 8
tahun. Ishaan yang selalu dimarahi oleh
gurunya di kelas, sebab selalu tidak
bisa menyelesaikan tugas dari gurunya baik ketika materi ataupun saat ujian.
Tidak hanya di sekolah, dirumah dan lingkunganya
ia selalu mendapat masalah. Ishaan tidak pernah berhenti menguji kedua
orangtuanya, ishaan sangat nakal dan unik,terkadang sampai berkelahi dengan
teman sebayanya. Namun ishaan memiliki hati penyayang terhadap orangtua,
kakaknya dan teman-temannya. Walaupun dia sering bertengkar dengan teman
sebayanya, dia tidak memiliki rasa dendam terhadap temannya yang memusuhinya,namun
kadang kala dia juga membela diri
sendiri bahwa ia tidak bersalah.
Suatu hari ishaan
berjalan sendirian sepulang dari sekolah,
lalu ia diserang oleh temannya dengan bola. Semua orang jika tiba-tiba di
tendang dengan bola pasti akan marah. Ishaan membela dirinya dihadapan
orangtuanya, dia merasa tidak bersalah namun orangtua ishaan tidak menerima
pernyataan dari ishaan. Ishaan malah
dimarahi dan dihukum untuk tidak main keluar bersama teman-temannya. Ishaan dan
kakaknya memang sangat berbeda, kakaknya ishaan anak yang rajin dan penurut
sangat bertolak belakang dengan ishaan. Ishaan selalu bertindak sesuai dengan
keinginannya sendiri, hoby nya dia hanya melukis. Dia hoby sekali dengan
melukis bahkah yang ada di pikirannya mampu ia gambarkan, bahkan di kamarnya
banyak sekali karya lukisannya.
Ishaan
kesulitan dalam belajar menghitung dan menulis, padahal hal itulah yang
terpenting dalam belajar di sekolah formal. Saat belajar menulis, ia selalu
membalikkan huruf, seperti menulis huruf b menjadi huruf d atau sebaliknya,
menulis huruf “g” menjadi angka 6 dan lain-lain. Gurunya selalu memarahi dia
dan selalu melaporkan pada orangtuanya bahwa ishaan sangat kurang bahkan
dianggap idiot oleh gurunya. Nilai rapotnya selalu nol bahkan orang-orang
menyangka ia bukan adiknya johan. Johan adalah kakaknya ishaan yang sangat
berprestasi di sekolahnya. Karna sering mendapat nilai nol dia sering tidak
naik kelas. Terangkhir tiga kali tidak naik kelas, orangtua ishaan di panggil
ke sekolah untuk menghadap gurunya dan menjelaskan kekurangan dalam diri ishaan. Para guru merasa tidak
tahan dengan Ishaan, mulai dari guru matematika, sains, bahasa inggris, dan
guru mata pelajaran apapun merasa jenuh mengajari Ishaan belajar. Saat kepala
sekolah memanggil orangtua Ishaan ke sekolah, kepala sekolah menjelaskan tidak
bisa menerima Ishaan lagi di Sekolah, karena sudah tiga tahun berturut-turut
tidak naik kelas, selain memalukan gurunya, juga memalukan Lembaga Sekolah.
Setelah mendengar pernyataan demikian, ibu Ishaan merasa sedih karena merasa
tidak berhail menjadi ibu yang baik bagi Ishaan, sang ayah sempat merasa kesal
karena menganggap istrinya tidak bisa mendidik dengan benar, namun baliau sadar
itu juga kesalahannya selalu mementingkan urusan kantor.
Pernyataan
dari kepala sekolah terus menghantui sang ibu, sampai pada malam hari ibu
Ishaan tidak bisa berhenti menangis, akankah benar Ishaan adalah anak yang
ediot. Pada pagi hari di meja makan sambil sarapan sang ayah mendapatkan info
dari temannya bahwa ada sekolah khusus dilengkapi dengan asrama. Orangtua
Ishaan mengambil keputusan untuk memasukkan Ishaan ke Sekolah tersebut. Namun
Ishaan langsung menolak karena Ishaan tidak mau jauh dari keluarganya. Dia
langsung menangis sambil memohon agar tidak memasukkan ke sekolah tersebut. Ia
berjanji akan belajar lebih giat dan akan menjadi anak yang membanggakan
orangtua seperti Johan kakaknya. Sang Ibu merasa tidak tega melihat tangisan
dan permohonan Ishaan, apalagi selama ini yang paling dekat dengan Ishaan
adalah ibunya, dan Ishaan tidak bisa tidur tanpa sang ibu disebelahnya. Ishaan
merasa sangat dikucilkan dan ia sempat kesal terhadap orangtuanya, mengapa
sepertinya ia tidak disenangi oleh orangtuanya. Padahal selama ini ia sudah
patuh dan belajar dengan tekun, ia selalu mengungkapkan apa yang ada di dalam
pikirannya. Di dalam pikirannya, angka bagaikan hewan-hewan kecil yang
beterbangan, itu sebabnya dia kesulitan dalam hal huruf atau angka, namun dalam
hal menghafalkan, ia sanggup menirukan apa yang di contohkan oleh gurunya di
kelas.
Suatu hari
Ishaan mau tidak mau ia tetap dimasukkan dalam sekolah yang berasrama tersebut.
Keluarganya mengantarkan sampai masuk ke tempat tidurnya. Ishaan sangat sedih
dan tidak mau berbicara dengan siapapun. Bahkan dia tidak bicara dengan ayah,
ibu dan kakaknya, ia hanya sedih dan menangis atas semua hal itu. Beberapa hari
ia tidak bisa tidur hai pertama ia sampai menangis di kamar mandi. Paginya ia
harus bangun pagi lalu sarapan pagi, dan memakai seragam sediri. Padahal selama
ini, Ishaan tidak pernah melakukan apapun sendirian. Hari pertama masuk di
kelas adalah pelajaran sastra, ia merasa seperti di neraka. Bagaimana tidak,
dipikirannya huruf bagaikan rantai yang berjalan lalu ia ungkapkan sesua dengan
apa yang ia pikirkan malah di marahi oleh gurunya. Guru di Sekolah yang baru
lebih kejam dari sebelumnya. Karan Sekolahan itu merupakan sekolah intensif
bagi siswa-siswi yang disiplin dan butuh penanganan khusus. Ishaan mulai lelah
dengan semua pelajaran yang ia dapatkan, ia sangt tersiksa dan tak ada yang
bisa menolongnya untuk hal ini. Ishaan hanya bisa pasrah dan menangis, bahkan
ia sudah putus asa dengan semua ini. Mengapa tak ada yang bisa mengerti posisi
yang dia. Ia merasa terkucilkan oleh teman, keluarga dan guru-gurunya. Setiap
hari ia hanya melamun tak tahu arah sepresi
Bel
berdering dan kelas mulai masuk, para siswa dengan tertib dan disiplin
mengikuti pelajaran. Kebetulan pelajaran dikelas Ishaan adalah pelajaran seni,
diantaranya menyanyi, menggambar,melukis dan mewarnai. Kebetulan guru pelajaran
seni sedang cuti, lalu digantikan oleh guru baru yang ditokohi oleh Ameer Khan.
Awal masuk kelas, Ameer kan memperkenalkan diri, dan member tugas pada setiap
siswa untuk melukis apa yang ia pikirkan. Ishaan tidak bisa mengerjakan tugas
sama sekali. Ia bahkan tidak peduli lagi dengan hukuman. Namun Ameer Khan
disini berbeda degan guru-guru yang lain. Ia mencari tahu sebab kenapa Ishaan
bersikap takut dan hilang harapan. Setiap hari guru seni ini megamati gerak
gerik yang dilakukan Ishaan. Ishaan hanya melamun dalam suatu hal. Kemudian
karena tak kuasa meihat muridnya demikian, ia mencari tahu dari teman
sebangkunya, dan teman sebangkunya menceritakan bahwa Ishaan adalah anak
pindahan dari sekolah lain dan ia merasa sangat tertekan di sekolah itu. Ishaan
pun merasa dikucilkan oleh semua orang dan ia mulai hilang harapan dalam
hidupnya. Lalu guru seni itu mendatangi rumah Ishaan dan menanyakan kepada
kedua orangtuanya. Orangtuanya menceritakan apa yang dialami oleh Ishaan bahwa
Ishaan tidak bisa mempelajari angka dan huruf. Ia menunjukkan semua buku
plajarannya,semua tulisannya membalik dan selalu dapat bolpoin merah.
Ameer Khan
menjelaskan bahwa Ishaan bukan anak yang bodoh atau idiot dan butuh sekolah
yang disiplin seperti sekolah yang di tempati sekarang. Sebenarnya Ishaan
terkena Disleksia, ini merupakan suatu gangguan dalam proses belajar seperti
menulis, membaca, atau mengeja. Penderita ini mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
huruf atau angka, dan memasukkan ke sekolah yang ia tempati sekarang adalah
tindakan yang salah. Ishaan memiliki hoby melukis, dan ia memang pandai sekali
dalam melukis. Hoby dan bakatnya ini terenggut oleh keputusan orangtuanya
memasukkan ke sekolah tersebut. Ameer Khan menceritakan bahwa Ishaan sekarang
sudah kehilangan harapan, bahkan ia tidak mau melukis lagi. Setelah mendengar
pernyataan itu,orangtua Ishaan sadar atas kesalahannya dan merasa menyesal
telah memarahinya setiap hari.
Hari demi
hari, Ishaan selalu diajari oleh Ameer Khan dan perlahan ia mulai menumbuhkan
semangat lagi. Ishaan mulai melukis lagi dan belajar tentang huruf sedikit demi
sedikit dengan guru seni itu. Akhirnya suatu hari, Ishaan sudah lancar dan bisa
membedakan huruf dan juga angka, ia pun juga bisa menulis sesuai intruksi dari
guru. Sungguh ini merupakan perkembangan yang sangat pesat bagi Ishaan.
Suatu nilai
yang tak bisa dinilai dengan apapun, seorang anak yang menderita disleksia
berusaha bekerja keras untuk belajar dan melawan penyakitnya. Kita yang diberi
kesempurnaan tanpa adanya gangguan marilah kita gunakan sebaik-baiknya untuk
selalu termotifasi dalam setiap keadaan yang kita jalani.
Malang, PP.Darun Nun BCT 25 November 2017
0 komentar:
Posting Komentar