
Oleh Ninis Nofelia
Nania menggelengkan kepalanya.
Pandangannya kosong dengan kepala menghadap ke langit-langit kamar yang
temaram. Ibu yang merebah di sebelahnyapun tak dihiraukan. Entah apa yang
terjadi pada Nania belakangan ini. Sudah beberapa hari ini tak tidur tepat
waktu seperti biasanya. Ibu selalu datang ke kamarnya untuk mengucapkan selamat
tidur dan akhir-akhir ini sering merasa khawatir terhadap sikap putri semata
wayangnya yang semakin misterius.
“Ada apa, sayang? Kalau ada masalah
cerita dong. Ibu akan siap
menjadi pendengar yang baik” Ibu mencoba membuka tabir kegalauan anaknya sambil
mengelus lembut rambut putri cantiknya..
Nania hanya mengulas senyum tipis di
wajahnya sambil mengubah posisi kepalanya menghadap ke arah ibu yang sudah
menunggunya sambil tiduran di sisi kanannya.
“Ibu adalah pendengar yang terbaik
bagi Nia. Tapi… ”
“Tapi apa, Nak??” Wajah penasaran
ibu membuat Nania semakin takut untuk meneruskan ucapannya.
“Tapi Nia belum siap untuk bercerita
sekarang, Bu. Maafkan Nia ya…” jawaban Nania semakin menguji kesabaran dan rasa
kekhawatiran Ibunya untuk mengetahui hal yang membuat putrinya berbeda dari
biasanya.
Tak ada hal yang lebih penting
selain melihat keceriaan di wajah Nania. Mungkin begitulah perasaan semua ibu
di dunia ini. Selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Nania sepenuhnya
menyadari bahwa sikapnya semalam akan membuat ibunya khawatir. Namun, jauh di
lubuk hatinya, tak ingin sedetikpun melihat wajah cerah ibunya memudar.
%%%
Bersambung....
Bersambung....
0 komentar:
Posting Komentar