Mata dan hatiku menjadi terlalu biasa tuk merasakan
ketidakpedulian. Terlalu biasa tuk acuh pada setiap keadaan. Jangan heran jika
suatu ketika kau tuliskan kata-kata pengundang perhatian namun tak ada
sedikitpun tanggapanku tuk kasihan padamu. Atau sekedar ucapan-ucapan perintah
tuk bangun dan mengoleskan minyak penenang pada badanmu. Jangan terlalu
berharap lebih padaku. Karena aku tak sebaik itu. Aku tak punya hati tuk
mengasihi, tak punya hati tuk memberi, bahkan tuk membenci atau sekedar
basa-basi. Aku hanyalah diriku yang hanya peduli pada perut sendiri, menyukai
saat-saat menatap langit malam dan sore hari.
Jika kau ingin merajut mimpi dengan menggandeng tanganku
dengan hati-hati, menarik, mendekap lebih dalam mungkin kau kan temukan sebuah
kehangatan. Meski itu hanya setitik, bahkan mungkin tak kan mampu tuk penuhi
hasratmu ingin dicintai. Ketika kau datang untuk menangis dan menggulung segala
payah, mengalpakan segala amarah, aku disini. Duduk sendiri, siap tuk mendengar
erang suaramu, tanpa banyak kata tanpa banyak tanya.
Tubuh ini Hanya diri yang mati, siap tampung segala harga
diri, kehangatan yang kau idamkan tak kan kau temukan jika kau tak mau
mendekati, menatap, berjalan dan menelisip lebih dalam hutan kesungguhan. kau
hanya diam, merenung di sudut ruangan nan dingin, lembab. Lantas esok kau
terseok keluar dari peraduan, baru dua langkah kau menyerah. Menatapku nanar,
minta dikasihani, dipeluk dan dibuatkan secangkir teh hangat. Maaf, aku sudah
terlampau sering mengingatkanmu aku bukan makhluk yang kau idamkan. Aku hanya
disini, menatapmu sepi, meceritakan dongeng tentang para peri. Biar kau tau ada
dunia disana yang jauh lebih indah daripada berdiam dipelukanku yang sedang
menanti.
Terkadang hujan menembus dan menyapamu perlahan, lantas kau
peluk erat pula dirinya. Tidur, hingga ternyata kau sesap terlalu banyak hingga
esok kau tak mampu hadapi langit yang cerah. Lagi-lagi. aku tak lagi dapat
melihatmu menyerah. Belilah apapun yang kau suka, lalu lupakan segala sengsara.
Jadilah apa adanya. Luapkan segala yang kau punya, takutmu, malumu, maumu,
bahkan jika itu melukai citramu, percayalah kau akan bahagia dengan caramu
sendiri. Dengan derap langkahmu sendiri, meski suatu waktu kau kan temui
rintangan hingga kau harus berbelok atau pilih jalan memutar, setidaknya kau
bahagia.
amanah al mubtada
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar