Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Oleh : Nur Alfiyatul Hikmah
Adzan
subuh berkumandang suara merdu terdengar dari kejauhan hingga tertangkap oleh
telinga yang masih terlelap dikeheningan malam, terbelalak mata saat adzan
sedang dikumandangkan oleh salah satu takmir masjid. Antrian panjang kamar
mandi pun dimulai sejak adzan berkumandang, semua santri antri wudhu dikamar
mandi idamannya masing-masing. Anehnya kamar mandi idaman santri semua sama,
mereka lebih menyukai kamar mandi yang berukuran 2x1 itu. Tak heran jika santri
memang mengidamkan kamar mandi tersebut, bukan karena airnya yang dingin, bukan
juga karena lantainya yang bersih ataupun bukan karena ada hal lain. Namun,
ciri khas dari kamar mandi ini telah menarik perhatian santri sehingga santri
lebih nyaman ketika berada di dalam kamar mandi yang nyaman menentramkan hati.
Jikalau
dipandang, kamar mandi ini terlihat biasa-biasa saja, tidak ada bedanya dengan
kamar mandi yang lain. Mungkin karena letak yang strategis didepan sendiri dan
yang pasti kamar mandi ini dekat dengan tempat sabun mandi, handuk dan terlihat
lebih rapi. Banyak dari santri rela telat jamaah demi mengantri dikamar mandi
ini, padahal kamar mandi yang lain masih ada dan kosong tidak ada yang
menggunakan. Tapi, mau bagaimana lagi. Kalau memang sudah nyaman tidak mau ke
yang lain (ehh... malah ngayall , haha).
Ciri
khas kamar mandi ini nampak spele, mulai dari tempat bak mandi yang berbentuk
persegi yang disampingnya ada wc mungil serta diatasnya ada gantungan baju yang
berjejeran sebagai tempat menopang baju handuk dll. Adapula kran kecoklatan
yang telah nampak lama namun masih tetap digunakan meski kadang ulirannya jatuh
kedalam bak kamar mandi namun hal itu tak membuat santri berpindah kamar mandi.
Mereka tetap lebih suka mengantri kamar mandi yang mulai rapuh itu. Sampai-sampai
pengurus keheranan dengan santri yang memang tak mau dengan kamar mandi yang
lain, banyak alasan yang mereka lontarkan, ada yang nyeletuk kalau kamar mandi
yang lain kurang lebar, kurang bersih, airnya habis, krannya tak bisa diulir,
pintunya tidak bisa ditutup, gantungannya mudah jatuh, tak ada tempat sabun dan
masih banyak lagi alasan yang mereka lontarkan kepada pengurus.
Hari
demi hari, semua pengurus mengadakan rapat bulanan. Mereka membahas kamar mandi
yang memang sudah tidak layak dipakai dan harus segera diperbaiki. Agar santri
tidak hanya mengandalkan satu kamar mandi yang bagi mereka itu kamar mandi
idaman”katanya”. Alhasil, pengurus bertindak untuk memperbaiki semua kamar
mandi yang memang sudah tak layak untuk dipakai. Selesai diperbaiki, semua
santri tak ada lagi antrian panjang dikamar mandi idaman itu, sungguh malang. ia
sudah tak digunakan oleh santri karena ada yang lebih bagus darinya. Meskipun
masih ada yang menggunakan tapi tidak banyak seperti dulu, lama kelamaan kamar
mandi idaman itu tidak terpakai oleh santri karena ia sudah tidak bisa memenuhi
kebutuhan santri, dan akhirnya kamar mandi tersebut rusak, kotor, air tak
ngalir dan masih banyak lagi.
Dan kamar
mandi yang awalnya menjadi idaman santri kini ia tak berguna lagi, dan kamar
mandi yang dulunya tak terpakai oleh santi kini menjadi idaman santri.
Mungkin
kita bisa ambil manfaat dari cerita kamar mandi idaman diatas, pelajaran
berharga bagi kita yakni, jangan terlalu mencintai secara berlebihan dan jangan
pula membenci terlalu berlebihan, nanti akhirnya tidak akan ada kebahagiaan. Tetap
membenci dengan biasa saja dan mencintai dengan biasa saja agar tak langsung
patah saat ditinggal.
0 komentar:
Posting Komentar