Karena orang tua adalah orang yang
harus kita bahagiakan , perjuangan , pengorbanan mereka tak ada duanya saat
membesarkan mereka “Ulfa Ilma”
Itulah salah satu ungkapan wanita
yang biasa disapa ulfa ini, dia adalah anak pertama pasangan kholis dan siti
mulyani , yah dia bukan terlahir dari kalangan berada, keadannya yang pas –
pasan menuntut dia untuk menjadi wanita yang mandiri dan tak luput juga dari
didikan ayahnya yang selalu mengajarkan dia menjadi pekerja keras .
Sempat saat itu ketika dia masih
kecil bersama adiknya, ketika itu keluarga kecil ini masih tinggal disebuah
kosan yang hanya ada 1 ruangan yang disekat dengan kain , yang memisahkan
antara ruang tamu dan ranjang susun untuk tidur , saat itu masih belum ada pet
air yang masuk ini sekitar tahun 95, jadi kalo mau ambil air harus nimba dengan
gerobak yang diisi kedalam ciregen – ciregen . Ayah mereka pun menyuruh mereka
untuk menimba air yang terletak di gang depan sebelah masjid.
terdengar suara dari samping rumah
mereka seorang laki – laki yang paruh baya, “kholis.... itu anak mu kenapa kamu
suruh menimba air , kasihan mereka masih kecil, air itu berat “ kata tetangga
yang melihat kedua anak ini sedang mendorong gerobak dengan berisi air .
Dengan santainya si ayah menjawab
biarlah , “biar mereka tidak mainan air sembarangan , tidak menghabiskannya
dengan sia – sia , agar mereka tau kalo air itu didapatnya susah” .
si bapak ini menyaut lagi “teganya
kamu mereka masih terlalu kecil”.
Si ayah masih tetap dengan santainya
menjawab “aku tidak tega, justru aku sayang kepada mereka, aku menddik mereka
untuk jangka panjang , bisa saja aku menyuruh mereka duduk dan biar aku saja
yang menimba air, namun aku tidak mau itu, aku ingi anakku menjadi orang yang
mandiri nantinya, agar mereka tau sebelum mereka menikmati maka mereka harus
berjuang mendapatkannya itu, tidak terbatas masalah air saja namun untuk semua
hal yang lain juga.
Akhirnya si tetangga sempat jengkel
karena tak tega melihat anak sekecil itu menimba air.
Lambat laun kehidupan mereka sedikit
berubah, keluarga ini mulai membaik mereka tidak lagi tinggal dikos an, mereka
membeli rumah di perkampungan pojok kenjeran , rumahnya juga tidak terlalu
luas, namun mereka sedikit lega karena tidak perlu lagi memikirkan membayar kos
an untuk perbulannya, tak luput dari situ perjuangan ulfa masih berlanjut ,
ketika dia smp saat itu masih belum ada program wajib sekolah 9 tahun , jadi
waktu itu dia masih bayar spp dan orang tuanya sedikit keberatan namun dengan
tekat yang kuat si orang tua ulfa masih ingin melihat anaknya mengenyam
pendidikan setinggi – tingginya. Akhirnya sampai dia dibangku sekolah SMA masih
tetap dia sedikit kesusahan dengan biaya sekolahnya .
Hingga sampai pernah saat itu, orang
tua dia dipanggil untuk menghadap pihak sekolah , karena menunggak uang SPPnya.
Namun orang tuanya hanya bisa menjawab secepatnya saya akan membayar dan pihak
sekolah menjawab “baiklah bu mungkin ulfa akan kami keluarkan dari sekolah”. Si
orang tuanya pun langsung sontak berkata “jangan pak, andai saya punya barang
berharga dirumah, mungkin saya akan menjualnya tapi dirumah saya sudah tidak
ada barang yang berharga dan bisa di jual untuk di jual. Kalo bapak tidak
percaya silahkan ikut saya pergi kerumah sekarang “ ungkap orang tuanya dengan
lemas sambil meyakinkan agar ulfa tidak dikeluarkan. Pihak sekolahpun memberi
keringanan , waktu SMA pun berakhir dan dia melanjutkan dibangku kuliahnya. Dia
senang sekali di kesehatan akhirnya dia mendaftar di jurusan kesehatan namun
dia tidak lolos. Dengan sedih dia tenerima kenyataan pahit itu , padahal dia
termasuk anak yang pandai. Namun ayahnya berpesan mungkin allah tidak
mentakdirkanmu disini nak. “ungkap ayahnya mencoba menenangkan hati anaknya. Karena
dia masih punya tekat untuk kuliah ditahun itu dia memutuskan mengambil jurusan
IPS dan akhirnya dia diterima di jurusan teknik perpustakaan. Tak jauh beda
dengan nasibnya saat bersekolah di SMP dan SMA. Saat kuliahpun ulfa masih harus
berjuang demi membayar uang semesternya dengan dia berjualan bantal , Tas batik
. Dia jajakan itu kepada dosen dan teman – teman , karena waktu itu masih belum
ada sistem online yang seperti sekarang. Banyak rintangan yang harus dia lewati
namun dia selalu mencoba melewatinya dengan sabar. Dengan berjalannya waktu dia
lulus dengan predikat Comload dan dia termasuk cucu pertama di keluarganya yang
menjadi lulusan sarjana. Dan sekarang dia telah diterima di salah satu perusahaan
BUMN tepatnya di kalimantan. Dan allah pun mengganti segal kesusahannya saat
dia mengenyam pendidikan dengan keadaan dia sekarang . Dan itu semua tidak
luput dari doa orang tua dan iktiar .
Ungkap dia “Begitu indahnya yang
kulewati saat itu, ketika aku melihatnya dikeadaan ku yang sekarang lebih dari
cukup. Tapi begitu sulitnya aku saat itu ketika aku berada di keadaan waktu
susah ku kemarin. Pada intinya semuanya sama tapi yang mebedakan hanyalah
waktunya saja. Untuk itu kita syukuri semua nikmati proses karena itu adalah
bumbu - bumbu sebelum kita sukses”. Dan jangan lupa bahagiakan orang tua selagi
mereka masih ada , karena perjuangan mereka mungkin tak sebanding dengan apa
yang kamu perjuangkan selama ini.
Oleh : Alif Nur Lailiyah
Malang, 8 November 2017
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
0 komentar:
Posting Komentar