Akulah penikmat buah keringatnya
Pulkam.. Pulang kampung adalah sebuah
kata yang senantiasa dirindukan seorang perantau, terutama para mahasiswa. Berbagi kisah dengan keluarga
tersayang adalah dambaan semua orang. Saat mentari bersinar terang, aktivitas
ku jalani dengan berbagai harapan dan teringat akan angan bapak ibu ku seorang.
Tentang menyikapi waktu yang terus menjadi tantangan dan ketegaran dalam menghadapi
segala macam keadaan. Jalan yang panjang, luas nan berkelok banyak tujuan,
namun satu yang harus ditempuh untuk sampai ditujuan yang kita inginkan. Rumah
warga memenuhi kanan kiri jalan, sawah dan pepohonan nan hijau menghiasi
penglihatan. Gedung-gedung industri berjejeran, ladang dengan gundukan garam
dan kincir angin yang berputar kupandangi sepanjang jendela berjalan. Bus terus
melaju dan terus kupandangi pembangunan rangka jalan tol. Disana terdapat para
pekerja, tatapan ku kala itu berubah, aku teringat sosok yang selalu tangguh
berjuang, yakni ayahku tersayang. Dimana sejak usia muda hingga sekarang,
bangunan dan jalanan adalah lading utama mata pencaharian ayah untuk memenuhi pangan,
papan dan sandang keluarga kami.
Dari pintu bus
yang telah berhenti, mataku memandang lurus ke arah area penjemputan, terlihat
ayah yang sedang duduk diatas motor dengan mimik penuh harap akan kedatanganku.
Ku pandang tubuh yang dulu gagah dan putih kulitnya kini menjadi hitam karena
sengatan mentari yang terpantul tiap siangnya. Namun, daya juangnya tetap
terpantul dari raut wajahnya. Dan aku penikmat dari buah keringatnya sejak dalam
kandungan hingga kini di usiaku yang telah berkepala dua. Walau tangannya
melepuh akan panasnya semen, walau ototnya kaku karena tengah paya, beliau
tetap memberiku kekuatan dalam menghadapi tiap kesulitan. Terimakasih Ayah..
Kasih sayang mu kan ku ingat selalu dalam setiap langkahku. Aku datang berjuang,
Aku pulang menang!.
By: Anggun Amalia Fibriyanti
Malang, 03 November 2017
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Perum. Bukit Cemara Tidar, F4 No.3, Malang
0 komentar:
Posting Komentar